Pages

Tuesday, October 21, 2008

Selamat Jalan Bu de Rumi


Hari Sabtu lalu (18 Oktober 2008), kami sekeluarga mengalami duka yang mendalam,kami kehilangan orang yang kami sayangi, Bu De Rumiyati,istri dari Pak De Heppy Djoko Kakak tertua nyokap gw.Keluarga nyokap gw adalah keluarga yang kompak,dengan jumlah bersaudara hanya 5 orang,membuat sense of belonging keluarga itu kuat.Including gw yang sudah menjadi generasi anak.Gw memiliki hubungan yang sangat erat dengan semua sepupu,paman dan tante dari pihak keluarga nyokap,mungkin karena kemi memilik visi dan pemikiran yang sama maka kami menjadi lebih closer.Dan hubungan gw secara personal dengan Bu De Rumiyati pun dekat.Kami sering menghabiskan waktu ‘curhat ‘ bersama, kami sering melakukan agenda shopping bersama, bahkan Bu de adalah mentor bagi perkembangan karier gw,karena posisi terakhir beliau adalah seorang human resource seperti gw.











Anak dan suami tercinta alm











Bu de,meninggal karena mengidap penyakit kangker otak yang diidapnya sejak Juni lalu, bener-bener kayak di cerita Sinetron saat kami mendengar vonis dokter tentang umur Bu de saat itu.Sejak terdiagnosa kangker otak, 4 dokter mengatakan Kangker otak tersebut sudah di taraf stadium 4, alias stadium akhir,dan umur Bu de diprediksi tidak lebih dari 32 minggu.Pukulan hebat buat keluarganya juga kami. Vonis itu sangat membuat kaget,karena selama ini almarhumah tidak pernah mengalami sakit apa-apa,bahkan tidak pernah mengeluh sakit berarti mengingat aktivitas hidup beliau sangatlah padat.Almarhumah bukanlah wanita yang ordinary,kalo boleh digambarkan, beliau adalah wanita ‘perkasa’, wanita yang sukses di karier dan wanita yang merupakan salah satu pemimpin terbaik di tempatnya berkarier.Gw mengagumi beliau,dia wanita karier yang tangguh dan cerdas.Ini terbukti bukan hanya dari kariernya yang gemilang tapi juga dibuktikan saat beliau mengambil program master,IPK yang diperoleh nyaris 4,dengan masa kuliah kurang dari 2 tahun,padahal itu sudah disambi dengan karier dan mengurus anak suami di rumah.Sungguh mengagumkan!



Prosesi memandikan jenazah

Ketika Kangker itu Merubah Segalanya

Menginjak usia 56 tahun, bulan Februari lalu, Bu de resmi pensiun dari tempatnya berkarier, RS Karyadi Semarang.Saat itu Bu De sudah menunjukkan keanehan, keluarga sempat mengiran Bu de mengalami stress karena pensiun, wajar bagi semua orang yang masuk kategori “gila kerja” akan mengalami hal seperti ini jika memasuki masa pensiun.Makin lama, prilaku Bu de semakin janggal, Bu de jadi sering ngomong sendiri, gak mau makan dan emosional.Maka suaminya mengajak Bu de ke Psikiater untuk konsultasi.Sebulan mengikuti pengobatan psikiater, tidak juga membuahkan hasil.Sang Suami yang juga berprofesi sebagai seorang dokter, melihat progress pengobatan tidak mengalami kemajuan bahkan mengalami kemunduran.Maka atas inisiatif suaminya ,dilakukan tindakan MRI, semacam mengambil gambaran otak.Dan dari hasilnya terlihat terdapat kangker ganas bersemayam di otak Bu de.Saat itu 4 dokter diajak berkonsultasi oleh Pa De, dan semua mengatakan hal sama, sudah stadium 4 dan umur Bu de tidak lebih dari 32 minggu lagi.Telak!sungguh telak, mungkin bagi Pak De yang berprofesi sebagai dokter hal ini mustahil,karena sebelumnya Bu de tidak mengeluh sakit kepala atau apapun.Maka Pa de, tidak berhenti melakukan berbagai macam upaya pengobatan.Namun sayang, letak kangker yang bersemayam di tengah tengah otak itu tidak mungkin diambil melalui operasi,jikalau dipaksakan, kemungkinan bu de sembuh dan bisa normal pun hanya hanya fivty fifty, tidak ada yang menjamin. Sungguh pilihan yang tidak mungkin diambil.













Terharu saat jenazah meninggalkan kediaman di Papandayan no5 Semarang


Banyak orang menyarankan untuk berobat ke Guang Zou China, tapi saat itu terjadi kendala pada pengurusan visa,karena sedang berlangsung Olimpiade di China.Setelah visa dapat diurus,kondisi Bu de tidak memungkinkan lagi untuk dibawa jauh,karena perkembangan kangker ini begitu cepat,bukan hari demi hari tapi dari jam ke jam.

Sejak Agustus akhir,Bu de sudah kehilangan ingatan total, Bu de tidak mampu mengenal orang, bahkan minggu pertama puasa,saat gw menengok kondisi Bu de di Semarang, Bu de sudah tergeletak di tempat tidur tanpa bisa bercakap-cakap lagi.Kangker dengan cepat telah memporak porandakan memori dan fungsi tubuhnya.












Papa Tori ikut mengusung jenazah


Banyak Spekulasi

Munculnya penyakit kangker otak ini menimbulkan banyak spekulasi di kalangan keluarga, dengan gejala yang tidak menunjukkan gejala sakit fisik,penyakit ini menimbulkan gejala yang aneh. Bu de tidak pernah mengeluh sakit,tapi beliau jadi orang yang berprilaku aneh,seperti pikun,suka bicara sendiri dan mengalami berbagai disorientasi,termasuk nilai, waktu dan arah.

Banyak yang mengatakan “jangan-jangan diguna-guna”, well…gak salah juga orang menilai demikian, karena penyakit kangker otak yang biasa dipaparkan di televisi adalah penyakit yang ditandai dengan gejala-gejala ektrem,seperti sering pingsan,sering mengucurkan darah dari hidung ataupun mengalami kesakitan di kepala yang luar biasa.Ciri penyakit Bu de jauh dari itu.Mungkin kalo boleh saya mengadopsi, saya jadi teringat ketika infotaintment tivi membahas mengenai penyakit selebrity Gugun Gondrong,yang sebelum koma sempat terlihat suka ngomong sendiri juga seperti itu,dan sempat dicurigai diguna-guna orang.

Nah ternyata penyakit kangker atau tumor otak ini gak selamanya menimbulkan gejala penyakit fisik secara ektrem, tergantung pada lokasi yang diserang.Menurut Pak De, kangker menyerang area memori Bu de ,no wonder kerusakan paling parah adalah di ingatan.

















Akhir dari Penderitaan itu

Gw bisa merasakan, Bu de menderita karena penyakit ini.Dan gw sungguh bersimpati melihat kondisinya,untungnya Bu de memiliki suami yang setia,untuk ukuran seorang suami yang sangat mampu membiayai kehidupan istri, tentu Pak De tidak sulit untuk menyewa perawat khusus yang akan mengurus istrinya,tapi Pak de tidak melakukannya.Beliau lebih memilih untuk mengurus istrinya sendiri,mulai dari nyuapin makan,memandikan,menggantikan baju dan segala keperluan lainnya,dilakukan sendiri oleh Pak De.Gw sangat mengagumi semangat pak de untuk terus mengurus istri tercintanya.

Dan setelah mengalami koma beberapa kali , akhirnya Bu de berpulang ke Rahmatullah dengan tenang dihadapan oleh suami dan putra semata wayang mereka pukul 02:00 dini hari di RS Elisabeth Semarang, 18 Oktober 2008.Akhirnya penderitaan itu tidak lagi menggelayuti Bu de, penderitaan itu telah usai baginya.

Selamat jalan Bu de,thx for all happiness that we share together,semoga mendapat tempat terbaik disisiNya,amin ya robbal alamin…

We’ll missing you..,Teruntuk Ibunda tercinta (alm) Ny.Rumiati S.Km,MM

4 comments:

Lisa said...

RIP ya utk bude kamu.

Desy Yusnita said...

Turut berduka cita...
semoga Allah swt menerima arwah beliau di sisi Nya, amin...

Pitaloka said...

turut berduka cita. semoga amal ibadahnya diterima dan segala dosanya diampuni oleh Allah, amien

primaningrum said...

turut berduka cita, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kemudahan dan keikhalasan hati.