Pages

Friday, August 14, 2009

Hari hari Bersama Eyang

Saya terlahir dari suku yang beragam,Papa saya orang Sumatera sementara mama saya orang Jawa dengan budaya Jawa yang kuat. Saya dibesarkan oleh Papa dan mama dengan pola didik campuran budaya. Namun di Usia 18 tahun saya pindah dari Lampung merantau ke Jakarta untuk kuliah. Dan sejak itu saya tinggal bersama Eyang (eyang putri ibunda mama) di Utan Kayu.

Eyang yang merupakan perempuan Jawa dengan kehidupan ala ningratnya membuat saya begitu shock atas pola didik dan aturan di rumah yang diterapkan Eyang. Eyang menerapkan budaya disiplin dan tata karma ala ningrat yang agak sulit saya cerna, karena saya dibesarkan dalam pola asuh yang cenderung general.



Eyang bersama Lulla dan Aya

Selama proses itu sungguh gak mudah bagi saya,apalagi saat itu usia saya terbilang ABG.Berbagai benturan terjadi, saya merasa asing dengan pola didik eyang, dan eyang pun berkeras melihat saya sebagai anak nakal yang terlalu bebas. Jangan tanya gimana saya sering dimarahin, diomelin,diprotes bahkan ‘dimusuhin’ sama eyang kalo saya bertindak tidak sesuai dengan apa yang eyang mau. Proses itu proses belajar bagi kami berdua dan sangat tidak mudah, namun lambat laun kami mulai saling dapat memahami. Ada banyak hal prinsip yang saya manut sama aturan eyang, dan ada hal-hal kebiasaan saya lainnya yang dapat di excuse oleh eyang. Misalanya saya yang berantakan,malas bangun pagi dan manja mau gak mau harus merubah diri sesuai kemauan Eyang,karena dalam pola didik yang diterapkan eyang kerapihan, bangun pagi dan bertanggungjawab mengurus rumah adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua perempuan. Mau gak mau saya mati-matian membiasakan diri memenuhi tuntutan itu. Lalu eyang pun terpaksa menerima kebiasaan saya seperti suka jajan sembarangan dan cekakakakn tanpa aturan, karena dalam budaya jawa jajan sembarangan itu gak baik dan tertawa lebar gak keru keruan itu tabu. Eyang ngalah untuk hal itu. Maka sejak itulah kami saling mengalah dan mulai damai hidup berdampingan.

Di rs saat Lulla lahir 4 tahun lalu

Setelah saya menikah saya ‘keluar’ dari rumah Utan kayu, ikut suami. Ketika Lulla lahir saya pindah ke mertua, karena rumah Depok yang saya dan Tori beli belum siap huni. Usia Lulla 3 bulan, saya diminta balik ke Utan Kayu menemani Eyang yang ternyata mulai didiagnosa mengalami masalah pada jantung. Saya kembali pindah kesana, menemani eyang.Cukup kesulitan rasanya untuk pindah ke rumah sendiri. Sementara Tori yang sudah memprovide rumah buat saya dan Lulla jelas sudah tidak sabar ingin pindah ke rumah sendiri. Negosiasi terus berjalan dengan eyang supaya saya bisa pindah ke rumah sendiri dan eyang pun mau mulai meninggalkan rumah Utan Kayu dan tinggal di rumah anak-anaknya. Eyang jelas masih berkeras untuk tinggal di Utan Kayu,namun ia memberi restu pada kami untuk pindah ke rumah sendiri dengan catatan Lulla harus ulang tahun pertama di rumah Utan Kayu. Maka pada ultah pertama Lulla kami merayakan di rumah itu, eyang senang bukan main,ini kali pertama baginya menyiapkan ulang tahun buat cicit,maklum kala itu baru Lulla cicit yang dimiliki. Rasa sayang dan bangganya dengan Lulla luar biasa,dia kerap menyebut Lulla si ayu,karena menurutnya paras Lulla itu ayu dan ‘ndlalah Lulla itu emang tabiatnya kalem persis gambaran perempuan Jawa yang tertanam di mindset eyang selama ini.

Persis tanggal 25 maret 2006 kami pindah ke rumah Depok, rumah yang kami bangun bersama. Sejak itu eyang tinggal sendiri (hanya dengana ara pembantu), gak lama dari itu eyang sakit, masalah di jantung mulai menggerogoti kesehatannya. Maka Eyang pindah ikut anak-anaknya,dari Semarang, Bekasi sampai Cinere.

Lebaran di rumah depok

Lebaran tahun lalu memiliki kesan bagi saya sekeluarga, eyang memutuskan berlebaran di rumah Depok, senang bukan main rasanya karena kalo ada eyang pasti tamu yang hadir juga banyak. Saya open house akhirnya, seminggu menggelar meja makan untuk menjamu tamu- tamu eyang. Saya dan Tori yang basicnya senang kumpul-kumpul merasa begitu happy,dan mungkin kalo ingat lebaran tahun lalu suka senyum sendiri, sungguh berkesan!


Merayakan Ultah Lulla ke 4

Pada saat ultah Lulla keempat pada bulam maret lalu, saya lagi-lagi memiliki kesan khusus,saat itu eyang sedang di rumah tante betty di bekasi, pagi-pagi eyang menelpon Lulla untuk mengucapkan selamat ulang tahun, padahal eyang itu pikun dan terganggu pendengarannya,tapi ia masih ingat ultah cicitnya tercinta,dan masih menelpon walau saya juga tidak yakin dia mendengar dengan baik pembicaraan di telpon atau tidak. Kesan yang saya tangkap blio kecewa karena di hari itu kami tidak membuat perayaan apa-apa untuk Lulla, eyang memang memanjakan Lulla sangat. Bahkan dari oom dan tante saya, saya mendengar eyang bolak balik ngomong mau kasih apa ke Lulla saat ulang tahun, how amaze… Akhirnya sore itu saya yang sudah membuatkan kue tart untuk Lulla akhirnya membawa kue tart beserta birthday girl-nya ke bekasi,ke rumah tante betty,hanya untuk tiup lilin bersama Eyang Buyut. Dan kami semua bernyanyi bersama mengiringi Lulla tiup lilin, eyang seneng banget….


Pada saat ultah Eyang 13 Mei lalu, kami ramai-ramai berkumpul merayakannya, kebetulan eyang lagi di Cinere di rumah Pak de jimmy. Saya bikin tumpeng, tante betty beli tart, tamu yang diundang juga lumayan ramai, hampir semua cucu kumpul,we seriously celebrating that day!at that time eyang ultah ke 84 dan bu de andry istri pak de jimmy ultah ke 48, so sweet…hari itu kami foto2 bersama, lucu dan membahagiakan banget,eyangkumpul dengan kelima anaknya dan cucu-cucunya.




Perayaan Ultah Eyang ke 84

Dan mungkin itu kumpul-kumpul ceria kami yang saya gak tau apakah bisa terulang apa enggak. Bulan Juni eyang jatuh di Bekasi.Tulang panggul patah,sejak itu eyang tergeletak di tempat tidur. Berbagai upaya penyembuhan, dan semua gak ada hasil. Sampai eyang meminta dilakukan operasi pengangkatan tulang yang patah untuk diganti dengan tulang buatan. Semua setuju, eyang bahkan memanggil saya dan Tori sebelum ia masuk RS untuk operasi, eyang sempat minta dibuatkan pernyataan yang distempel oleh Notaris yang menyatakan keinginan operasi adalah keinginannya sendiri,sehingga apapun yang terjadi anak-anaknya tidak boleh ada penyesalan.



1 jam sebelum eyang operasi tulang

Dan pada tanggal 27 Juli eyang dioperasi di RS Siaga,sebelum masuk ruan goperasi eyang looks very happy,dia melambaikan tangan ke kami di depan pintu ruang operasi,saya hamper nangis,saya takut operasi gagal dan eyang tak kembali. Namun operasinya Alhamdulillah berjalan mulus, eyang bahkan sempat bisa berdiri. Tapi anehnya kondisi kesehatan eyang in general malah makin merosot. Kata dokter, darah yang dikeluarkan saat operasi tidak tergantikan oleh asupan nutrisi yang masuk,karena eyang makannya sangat sedikit dan susah makan.Seminggu kemudian dipulangkan ke rumah, namun kondisi perawatan di rumah tidak menjadikan lebih baik,eyang makin terus merosot.Beberapa kali berhalusinasi, bahkan hari minggu lalu saat saya merawatnya ia sudah berhalusinasi akan banyak hal dan tidak mau makan sama sekali.

Akhirnya Senin, 10 Agustus lalu, eyang masuk ICU di Kardiovaskular Hospital Puri Cinere, sejak itu eyang makin terus merosot kondisinya. Dokter saat ini sudah menyerah,mereka tak lagi bisa melakukan apa-apa untuk membuat eyang kembali pulih. Tadi malam saat saya datang,tangan eyang sudah bengkak, ternyata cairan dalam tubuh sudah tidak mengalir ke tempat yang seharusnya,paru-paru sudah ada yang terndam cairan,eyang sudah tidak bisa bicara, dan tergeletak makin lemah dan terlihat menderita.



Membimbing eyang saat eyang sempat kritis

Kesedihan yang ada di hati saya melihat beliau demikian tidak lagi dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Saya iklas,apapun yang terbaik bagi eyang saya serahkan pada Allah. Kondisi eyang naik dan turun, sudah 3 hari ini sejak dokter ‘angkat tangan’ kami menemani dan menuntun eyang . Kami sadar,mungkin ini adalah jalan yang mendekatkan kami akan perpisahan dengan dirinya. Tapi apapun yang terbaik kita harus pasrah,toh apapun didunia ini datangnya dari Sang Pencipta,maka kembali pulalah padaNya.



Mohon doa agar Eyang dapat melewati kesulitan ini dengan lancar...

Yang pasti saya begitu bahagia karena pernah melewati hari-hari bersamanya,senang dan sedih yang kami lewati membuat saya makin menyayanginya. Blio special buat saya sama seperti kedua orang tua saya,karena sebagian karakter yang tumbuh dalam diri saya adalah karakter yang dibentuk olehnya, dimata saya dia wanita yang saya kagumi.Dia adalah sosok perempuan perkasa, seorang wanita karier yang independence membesarkan 5 anak dalam status menjanda ditinggal meninggal suami di usia 32 tahun,perfecto untuk urusan dapur, creative,organisatoris,pandai begaul dan modis.Saya kagum dan terinspirasi olehnya…

Terimakasih ya Allah atas hari-hari indah bersama Eyang, semoga engkau berikan yang terbaik baginya…amin!