Pages

Monday, July 14, 2014

Mari kita menciptakan Pemilu Damai



Mungkin ada dari pembaca blog sama merasakan hal yang sama dengan saya, muak dengan PILPRES!
Ini yang saya rasakan, awalnya saya semangat menyonsong PILPRES, saya pun sibuk mencari bahan untuk membuka cakrawala pemikiran saya, karena PILPRES kali ini terasa begitu ketat, sungguh dari hati yang paling dalam saya sulit memilih, bukan saja karena dua-duanya bagus,tapi dua- duanya punya ‘catatan’ bagi saya.

Saya diawal merasa pantas jika disebut swing voters, karena benar2 gamang mau milih Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK. Saya benar2 cukup mengandalkan riset pribadi dan mengamati Debat Capres. Pada debat Capres kedua,saya akhirnya bulat membuat keputusan, saya punya kepastian mau milih siapa di PILPRES ini. Saya enggak perlu sebut pilihan saya di sini ya, karena cukuplah FB, PATH, Twitter sekitar saya saling serang gara- gara beda pilihan ini.

Saya nulis ini karena saya sungguh muak, muak semuak muaknya dengan para pendukung Capres yang seperti orang gila membabi buta.
Satu sisi saya senang melihat orang- orang sekarang punya concern dalam memilih presidennya, mau punya peduli pada politik negaranya. Tapi ternyata masih juga ada yang tidak siap dalam mengemban demokrasi. Orang2 awam yang dadakan paham politik ini tau- tau mulai aktif dan massif. Mereka dengan pengetahuan yang mungkin baru segitu tidak diimbangi kebesaran jiwa dan memaknai demokrasi dengan benar.
Sehingga dengan info sedikit yang juga belum tentu benar, akhirnya siap menyerang siapa saja yang berbeda dengannya. Dan enggak pandang bulu, mau saudara kandung, mau orang tua, mau sahabat, mau kenal mau enggak, pokoknya kalo beda ya wajib serang.
Apa sebutan yang pantas disematkan dengan prilaku seperti ini? Egois?? Mungkin, saya enggak tau yang pasti saya lelah dan muak liat sikap2 itu.

Saya menyimpan rapat pilihan saya di dalam hati, mungkin suami saya tau siapa pilihan saya, tapi kami pun  enggak banyak membahasnya. Saya sering lihat orang2 di lingkaran pergaulan media social saya sering menyanjung Capres Pilihannya yang sering juga beda dengan pilihan saya, tapi saya enggak pernah mau nyerang. Saya berfikir, ini demokrasi, silahkan pilih yang anda suka karena saya menghormati anda, dan saya ingin anda melakukan hal yang sama terhadap saya.
Tapi lain kenyataannya dengan beberapa orang di lingkaran media social saya, yang kadang melihat orang lain yang menyanjung capres pilihannya lantas ‘diserbu’, disudutkan, diolok bahkan berujung pada adu argument.

Suami saya yang dikenal cukup vocal pernah ikut menyuarakan isi kepalanya, ia menulis sesuatu di laman FB nya tentang pilihannya, saya pikir itu gak salah. Toh selama ini teman2 di FB saya banyak yang begitu, dan saya pikir itu hak azasi dia, kalo saya enggak sepakat ya saya gak usah capek2 mikirin apalagi ngabisin waktu mendebat. Karena media social bukan tempat paling fair untuk berdebat.
Lagi pula apa sih yang perlu diperdebatkan, toh salah satu Capres akan jadi presiden kita. Apakah kalau presiden pilihan kita kalah kita akan diusir dari Negara ini?
Apakah pula kalau presiden pilihan kita terpilih kita pun tiba2 jadi kaya mendadak atau dikasih jabatan mentri? Enggak kan? Kita akan menjalani hidup kayak biasanya kan apapun itu?
Jadi kenapa kalau hidup akan berjalan seperti biasa siapapun yang terpilih, kenapa kita harus kehilangan sahabat, saudara, kerabat maupun kenalan hanya karena ini?

Saya merasa hubungan silaturahim dengan semua orang adalah hal penting, saya enggak mau menjadi orang yang gegabah dalam menentukan sikap. Yang saya pahami, hidup saat ini tidak bisa dipandang hitam atau putih, tapi ada abu- abu yang kita mungkin gak mampu menterjemahkannya.
Didalam ketidakpastian itu, kita akan tetap hidup dalam masyarakat, kita tetap hidup bersama di Negara ini, sebuah perpecahan gak berguna apa2 untuk kita, gak akan membangun apa2 buat Negara kita. 

Maka dalam tulisan ini, saya mau bilang pada semua orang, jangan menjadi pemicu masalah dengan terus menerus terpancing emosi dan memancing emosi orang lain dalam urusan Pilpres, apapun hasilnya, Negara kita harus tetap dipimpin seorang Presiden dan Negara kita harus maju. Gak akan ada kemajuan sebuah bangsa yang dng adanya perpecahan apalagi sebuah kerusuhan. Mari dukung
kedamaian untuk Indonesia.