Pages

Thursday, November 21, 2013

Prestasi di raport pertama Lulla

Ini adalah cerita saya waktu pertama kali mendapat Raport akademik sekolah Lulla. Tidak sempat terposting, tapi sekarang saya posting ya :)

________________________________________________________________________________

Mungkin hampir seluruh ibu di dunia ini akan merasakan sama dengan apa yang saya rasakan, kawatir dengan prestasi anak- anaknya di sekolah. Yah,sejak Lulla masuk SD saya memang menjadi panik setiap kali dia akan menghadapi ulangan, karena saya tau betul bahwa psikologis anak yang dari TK ke SD itu lumayan berat.

Di TK anak-anak kan belum dituntut banyak, sementara di SD anak dituntut untuk mengejar prestasi. Kejadian pada Lulla, ia masih gak mengerti apa itu ulangan, kenapa harus ada jatah waktu pengerjaan soal, kenapa harus ngerjain PR, apa itu nilai, guna nilai itu apa. Dan lain sebagainya. Hal- hal yang gak mudah untuk dijelaskan.
Dengan kondisi seperti itu membuat Lulla seperti seperti malas2an dalam melakukan review pelajaran. Sebelum ulangan pun sepertinya santai2 saja, kadang malah saya yang sangat tegang dan panik, sementara ia tetap santai saja.
Saya akui Lulla adalah anak yang cerdas,dari sisi IQ ia memiliki keunggulan dengan berada di angka 120 (superior) jika diukur dengan skala Wechsler, tentunya tidak sulit baginya menangkap sebuah pelajaran, tapi menilik dari pola santai yang dia terapkan dalam belajar, saya tetap kawatir.
Ditambah dengan kesibukan saya mengurus Brave yang masih bayi dan mengurus karier saya yang juga gak tau kapan santainya, saya jadi terbatas untuk punya waktu mengajar Lulla.

Terkadang saya menyempatkan diri sepulang kerja mereview pelajaran, mengoreksi PR, mengajari pelajaran sekolah dan lain2. Kadang itu juga dirasa tidak kondusif, dimana di fisik saya yang lelah kadang membuat saya hilang kesabaran. Jadi yah, kadang seadanya saja.

Tapi memang kunci mengajar anak bukan kuantitas semata tapi kualitas dan kontiunuitas,jadi gak bisa asal2an dan suka2 aja yah. Harus tekun biar mental belajar anak terbentuk disitu. Jujur saya belum sukses untuk itu.
Di bagi raport kemarin saya merasa belum maksimal, dari nilai-nilai raport yang dibagikan oleh sekolah, Lulla mendapat dua angka 10 yaitu di mata pelajaran English dan Bahasa Indonesia, dan nilai paling kecil adalah angka 8 untuk olahraga. Sepintas terlihat memuaskan karena buku raport dihiasi dengan angka 8,9 dan 10, tapi ternyata Lulla hanya berhasil menempati peringkat ke 3 di kelasnya.
Not bad but not really good, ehehehe...masih gak puas aja. Karena saya yakin jika diasah dengna baik anak ini pencapaiannya akan lebih dari ini. Tapi saya cukup mengapresiasi dia atas pencapaian itu, lumayan lah untuk anak yang begitu santainya itu. Jadi saya tetap mengucap terimakasih atas persembahan prestasinya, dan saya juga masih berharap ada peningkatan yang berarti di semester mendatang.

Memang ini adalah fase yang gak mudah, dimana merawat bayi sendiri,mewujudkan impian memberi ASI sampai 2 tahun, harus dibarengi dengan memberi bimbingan belajar buat Lulla dan karier yang gak ada santainya, semoga Allah kasih kemudahan, karena balik ke prinsip hidup saya : HIDUP HARUS DIISI DENGAN KERJA KERAS AGAR BERMANFAAT BAGI UMAT DAN AGAR JADI AMALAN BEKAL AKHIRAT, ehehehhe...

Wednesday, November 20, 2013

Menuju Life Satisfaction



M
anusia tidak akan pernah cukup, istilah yang sering sekali kita dengar. Meski itu benar adanya, saya berpendapat tiap manusia perlu untuk memiliki rasa kepuasan dalam hidupnya, setidaknya berdamai dengan diri atas takdir dan kehidupan yang Allah berikan kepadanya. Meski kita tidak boleh menyerah dan segera puas atas apa yang kita peroleh, namun sebagai manusia yang bijak, anda punya hak untuk memilah mana yang anda anggap cukup dan mana hal yang anda anggap harus terus diperbaiki dan upayakan untuk jadi yang terbaik diantara manusia lainnya.
Kemampuan memilah ini saya kaitkan dengan life satisfaction seseorang. Kalau menurut literatur, life satisfaction adalah komponen kognitif dalam subjective well being, subjective well being mengacu pada perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik. Subjective well being ini diidentifikasi sebagai positif affect dan negative affect. Komponen afektif ini mengacu pada evaluasi langsung terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya, meliputi perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dialami individu dalam hidupnya. Kepuasan hidup sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman- pengalamannya yang disertai dengan tingkat kegembiraanya. Dan life satisfaction dapat diukur dari seberapa baik dan memuaskan hal- hal yang sudah dilakukan individu tersebut dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area utama dalam hidup yang mereka anggap penting, seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, spiritualitas dan aktifitas di waktu luang. Dan hal ini berpatokan dari kepercayaan orang tersebut dalam menilai kehidupannya, ia yang dapat menilai apakah situasi dan kondisi kehidupannya positif dan memuaskan atau tidak.
Intinya seberapa besar seseorang merasa cukup puas atas kehidupannya, setidaknya untuk aspek- aspek penting dalam hidupnya. Saya yakin sekali life satisfaction akan berkaitan erat dengan rasa syukur seseorang atas kehidupan yang Allah berikan.
Mengapa demikian?
Karena, kadang kita sebagai manusia sering lupa, bahwa hidup kita sudah cukup, bahkan jauh lebih cukup dari orang lain. Contoh, saya pernah menemukan seseorang yang telah memiliki pernikahan, anak-anak, rumah sendiri dan kendaraan, tapi orang itu tidak puas atas apa yang dimilikinya, ia mudah terpancing ketika tetangganya membeli mobil baru yang lebih bagus dari miliknya, ia kadang kurang bisa menerima dengan lapang dada melihat orang lain naik jabatan sementara ia tidak. Padahal jika dilihat dari apa yang ia miliki, ia memiliki hidup yang lebih dari cukup, namun kehidupan orang yang ia nilai lebih baik dari dirinya membuat ia terusik, resah dan mencari cari kesalahan pada banyak hal.
Saat menemukan hal- hal semacam ini, menurut saya cobalah tenang, jangan tergesa- gesa melakukan judging pada banyak hal, entah pada tingkat keberhasilan diri anda meraih materi ,maupun pertanyaan mengapa anda tidak meraih prestasi tertentu, ada baiknya anda ‘bicara’ dengan diri sendiri terlebih dahulu. Anda sebaiknya mengembalikan pada pemikiran bahwa tiap orang punya beban hidup dan prioritas masing- masing yang sudah pasti tidak sama dengan anda. Dan jika anda melihat orang meraih prestasi tertentu, pernah kah anda berfikir lebih bijaksana, bagaiamana cara agar anda  mampu meraih prestasi yang sama baiknya, apakah anda memiliki kapasitas sebaik orang itu, apakah kontribusi anda sebesar kontribusi orang itu? jika belum bagaimana meraihnya?.
Jika anda melihat orang memiliki barang yang lebih bagus dari milik anda, pernahkah anda berfikir apakah benda yang sama suitable for me? Dalam artian sudah pantaskah anda memiliki hal yang sama, baik dari sisi kecukupan dana, maupun kesesuaian antara barang tersebut dengan kebutuhan/ prioritas dalam hidup anda?
 
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan berupaya untuk meraih sesuatu, yang salah adalah jika kita TIDAK menyusun prioritas pencapaian dengan baik, dan kita terlalu sibuk melihat dengan barometer diluar diri kita tanpa melihat kedalam diri kita sendiri.
Jika kembali mengangkat pada apa yang terjadi pada contoh yang saya berikan tadi, dimana seseorang mudah terpancing melihat orang membeli kendaraan yang lebih bagus dari miliknya lalu ia otomatis membentuk mindset bahwa “wah saya jangan sampe kalah dari dia”, lalu mati- matian mengupayakan untuk memiliki benda yang sama, saya kawatir orang ini menyusun prioritas yang salah dalam hidupnya. Karena sebuah benda tidak merefleksikan apa- apa tentang diri anda. Dalam hal ini kendaraan hakikatnya adalah kebutuhan dan berkaitan dengan kemampuan, tanpa memiliki kendaraaan yang sama atau lebih baik dari yang dimiliki orang, anda akan tetap hidup baik-baik saja dan tidak sengsara. Jika orang itu punya prioritas tertentu, anda tentu memiliki prioritas lain dalam hidup, mungkin anda bisa lebih fokus mempersiapkan hal hal yang lebih penting bagi kehidupan anda. Jika memang prioritas penting dalam hidup anda sudah terpenuhi, anda pun ternyata memiliki kebutuhan yang membuat anda harus membeli kendaraan yang lebih baik dari yang dimiliki sekarang dan ternyata anda masih memiliki dana lebih dari cukup, itu artinya anda memang patut memilikinya tanpa harus memaksakan diri. Sekali lagi tujuannya bukan karena anda ingin dilihat oleh orang atau terlihat lebih hebat dari orang, tapi karena prioritas hidup anda sudah beres, anda pun membutuhkannya untuk kemudahan hidup anda sekeluarga serta anda pun punya dana lebih untuk hal itu.
Inilah realita hidup yang saat ini kita hadapi, orang kadang terpancing untuk aktif mengawasi hidup orang lain dan mengabaikan Life Satisfaction nya sendiri.
Untuk itu cobalah tips berikut ini :
1.           Susunlah prioritas- prioritas hidup anda sesuai dengan porsi hidup anda, jangan mengacu pada kehidupan orang, karena hidup kita, pandangan kita, kebutuhan kita dan rezeki kita tentu tidak sama dengan orang lain.
2.         Berbahagia atas apa yang anda punya, ikutlah berbahagia atas keberhasilan orang, dan jadikan keberhasilan orang lain sebagai inspirasi dan energy positif yang ikut mendorong anda untuk bahagia dan menjadi kekuatan anda dalam mengejar mimpi bukan sebagai pengusik rasa bahagia dan tujuan hidup.
3.         Jujur atas hidup anda, buat diri anda percaya diri atas diri anda bukan barang- barang atau hal- hal lain yang melekat di diri anda. Menjadi percaya diri bukan berarti merasa selalu lebih baik dari orang lain, menjadi percaya diri artinya mencoba jujur dihadapan orang atas kekurangan diri anda, mau belajar, mau menerima kritik dan dengan fair mengakui kesalahan dan meyakini diri sendiri untuk dapat memperbaikinya. Jangan pernah menjadi orang yang gemar mencari kesalahan orang lain dan mengkambing hitamkan orang lain atas kekurangan atau kesalahan anda, karena hal ini dapat menghalangi proses belajar pada diri anda sendiri.
 
Menjadi pribadi seperti dikatakan tips diatas akan membuat anda selalu merasa bersyukur dan secara damai dapat menerima kenyataan apa yang anda dimiliki dan tidak dimiliki, secara tidak langsung hal itu  akan membuat anda berpacu melakukan perbaikan diri dengan cara yang positif, saya yakin pula anda akan jauh lebih bahagia, lebih menghargai diri dan hidup tenang tanpa harus berhenti berusaha memperbaiki diri. Jika sudah demikian, maka katakan selamat datang pada Life Satisfaction!
(ErryTMRiyadi)

Tuesday, November 12, 2013

Belajar Public Speaking

Saya senang bergaul dan berteman, dari kecil seperti itu, tapi ternyata cukup pengecut jika harus berbicara di public, apalagi bicara di forum yang serius. Saya saat saat SMA bukan anak bodoh, saya begini begini selalu masuk rangking 3 teratas di kelas, tapi jangan harap guru melihat saya sebagai siswa tauladan yang aktif di kelas, saya jarang bertanya atau kasih pendapat. Karena menurut saya saat itu bersikap begitu kelihatan lebay dan show off, selain itu saya juga grogi jika harus bicara di depan kelas dan menatap mata guru, padahal kalau tidak ada guru saya juara nakal nya di kelas.



Kebiasaan itu terus berlangsung sampai saya lulus kuliah, padahal ketika kuliah cukup aktif di organisasi, tapi ya itu saya tidak kehabisan akal untuk cari orang lain yang bisa saya sodorkan untuk bicara di forum selain diri saya pokoknya!  Sampai pada suatu titik saya mau gak mau harus memberanikan diri bicara di depan umum, saat saya jadi HRD, gak ada orang lain yang wajib menyampaikan kebijakan perusahaan selain saya, finaly saya kehabisan gaya untuk meyodorkan orang lain, maka saya pun menghadapi kenyataan, bicara di depan umum untuk pertama kalinya!

Hal itu akhirnya terus berlangsung, saya mulai terbiasa menerima tugas- tugas untuk menghadapi audience dari internal karyawan di perusahaan tempat saya bekerja.
Saya gak tau awalnya dimana, sampailah akhirnya saya mulai dapat tawaran ngisi seminar-seminar bertemakan soft skill diluar perusahaan dengan audiencenya adalah orang- orang diluar karyawan perusahaan tempat saya bekerja, orang- orang yang betul- betul asing buat saya. Dan hasilnya betul- betul berjalan lancar, bahkan kembali dapat undangan demi undangan serupa. Saya amazed sendiri, saya enggak pernah diajarkan public speaking apalagi kursus public speaking, tau- tau sudah dapat beberapa kali undangan jadi trainer di beberapa universitas.

Secara otodidak pun saya berlatih membuat materi- materi presentasi untuk training – training yang dibawakan, sekali lagi tanpa kursus formal, semua bergulir begitu saja.
Disini saya cuma mau share untuk pembaca yang mungkin memiliki masalah yang sama seperti saya dulu, takut jika harus bicara di depan umum, bagaimana menghadapinya? Saya yang dulunya sama sekali tidak terbayang untuk (akhirnya) memiliki skill ini dan ternyata bisa membuat orang cukup mencerna dan memahami apa yang saya sampaikan, merasa perlu berbagi tips, supaya apa yang saya dapat bisa bermanfaat, minmal untuk pembaca blog ini.

Berikut tips dari saya :
1.      Amati dan adopsi caranya
Amati trainer- trainer professional yang anda temui di media televisi maupun di acara training yang anda hadiri, lihat cara mereka luwes dalam bergerak. Lihat cara mereka berbicara kata perkata, dengan artikulasi yang jelas dan kepercayaan diri yang kuat. Gaya luwes bagaimana mereka memegang mic, saat batuk, saat curious menanggapi pertanyaan,cara mereka memposisikan diri bahkan materi menarik dan gaya joke mereka di panggung.

2.      Kuasai Materi

Kuasai materi training yang akan anda sampaikan, untuk awalan saya anjurkan anda melakukan riset sendiri, menyusun sendiri materi anda meski anda memiliki team persiapan yang cukup. Mengapa? Karena dengan anda menyusun sendiri materi anda, anda menguasinya secara tidak langsung, anda akan hapal luar kepala, tau betul detail- detail yang akan anda sampaikan. Saat anda di hadapan audience anda bukan menjadi orang yang membacakan slide anda, tapi menjadi orang yang menjelaskan isi slide anda, ingat semakin ringkas slide anda semakin terbuka ruang lebar bagi anda untuk menjelaskan isi materi anda.
 
3.      Hadapi Rasa Grogi
Saya percaya, trainer atau public speaker sekaliber apapun pasti memiliki rasa grogi, bohong kalau tidak. Tapi ada beberapa cara menghadapinya, pertama peganglah pulpen di salah satu tangan yang bebas, buat saya pulpen atau pointer adalah benda yang paling mungkin dipegang saat jd trainer, gak mungkin juga megang hp atau dompet kan? Heheh

4.      Kenali suara anda
Maksudnya gini, ada orang yang terlahir dengan suara cempreng, nah saya salah satunya, saya kalau bicara biasa sungguh tidak enak didengar, nyanyi pun begitu, jauh dari merdu. Tapi saya realize bahwa jika saya bicara dalam keadaan,serius saya mampu mengeluarkan suara2 yang lebih dalam atau berat. Nah saya latih ini kesekian kali, sampai saya tau ini suara saya yang akan saya tampilkan di public, bukan suara cempreng berisik saya biasanya. Mengapa? Setidaknya orang butuh kenyamanan saat mendengar kita bicara, agar materi yang disampaikan dapat dicerna tanpa harus membuat telinga orang lain sakit.

5.      Kontak mata
Ini masalah klasik yang sering timbul bagi public speaker, materi bagus, outlook bagus tapi gak menatap audience, justru menatap ke slide dan seolah hanya membacakan slide saja. Saya jamin trainer seperti ini hanya akan membuat audiencenya ngantuk, karena seolah tidak ada interaksi antara audience dengan trainernya. Anggaplah kita ngobrol dengan audience kita, anggaplah kita berdiskusi atau seolah kita sedang mengemukakan pendapat dihadapan mereka, dengan cara itu anda akan terus jaga kontak mata anda dengan mereka. Belakangan ini saya selalu akan menatap mata audience saya yang terlihat sudah mulai ngantuk atau sering bisik2, tujuannya agar mereka kembali focus kepada saya.

6.      Lemparkan Joke dan Berita Masa kini
Saya menyukai gaya trainer yang update, gaul, bisa kasih joke yang terkini dan mengangkat issue2 update. Saya perhatikan audience juga begitu mereka cukup senang jika kita memberi sample- sample kasus yang berkaitan dengan berita yang sedang hangat. Atau saya melemparkan joke2 yang terkait dengan topik2 yang hangat atau saya menampilkan video/ gambar yang terkait dengan issue2 yang sedang happening. Untuk itu banyak-banyaklah membaca berita, dengar radio dan media social yang rajin menyuguhkan berita dan isue2 hangat, combine lah dengan materi- materi training anda.

7.      Berpakaianlah dengan wajar
Menjadi pembicara di depan umum, sungguh menimbulkan efek deg- deg an tersendiri, semua orang tampak memperhatikan kita, itu benar adanya. Orang menatap kita, untuk mereka menatap kita tanpa membuat mereka harus melemparkan pandangan aneh apalagi bisik2, cobalah berpakaian yang aman, artinya normal dan tidak mencolok, tapi rapi, resmi dan tanpa aksesoris mencolok, agar sebagai awalan anda tidak perlu cemas atas pandangan orang yang terfokus terhadap pakaian anda.

 Yah paling saya baru bisa kasih contekan segitu tentang gimana saya melewati masa ketakutan saya saat menghadapi audience. Yang terpenting, semua trainer/ public speaker itu wawasannya luas, membuat dirinya tak habis akal menyampaikan sesuatu, jadi sekali lagi, membaca itu penting buat anda yang mau mulai belajar public speaking! Selamat Belajar J

Wednesday, November 6, 2013

Kids and Gadgets


Jaman udah canggih banget, orang jaman sekarang gak pernah kurang hiburan dan gak pernah kekurangan media ngabisin kejenuhan. Semua udah ada  dalam sebuah benda kecil disebut smartphone semua jenis hiburan bahkan. Handphone maupun tab laris manis di Indonesia,trakhir saya dapat info  Indonesia adalah pengguna Tab terbesar di dunia. Ya gimana enggak, anak 3 tahun jaman sekarang tinggal di Indonesia rata2 punya tab semua, masing2 nenteng gadget modern itu kemana pergi.

Dari games, playlist music, berita sampe e-book ada semua di tab atau smartphone tiap orang. Saya juga pengguna smartphone. Cukup gemar media social karena bisa berjumpa dan akrab- akrab lagi sama teman- teman lama saya. Lalu saya juga sering ngandelin playlist di smartphone untuk menghibur diri saat naik kereta sepulang kerja, tapi untuk games, berita dan ebook jarang banget pake media smartphone. Saya sendiri gak punya tab, awalnya punya, lalu merasa gak praktis, karena harus bawa2 gadet yang butuh diperhatiin batere nya, ah ribet, akhirnya skrg cuma pake satu smartphone saja, cukup dan tanpa power bank pula, saya bener2 orang jadul yang gak suka ribet.

Saya nulis ini cuma mau menggambarkan bahwa jamak banget bagi orang sekarang menikmati kesendiriannya tanpa harus kesepian. Orang sekarang juga mungkin mulai menikmati masa2 antri panjang menunggu sesuatu karena tak lagi menjemukan. Dan untuk itu semua orang menghibur dirinya dengan gadget- gadget canggih dalam genggaman.

Saya enggak tau ya efek jangka panjangnya orang- orang yang kecanduan menggunakan gadget dan ikut menulari kebiasaan itu pada anak- anaknya. Tapi saya sendiri melihatnya, anak anak emang cenderung meniru dan susah sekali untuk dihentikan sekalinya kita mengajarkan gaya hidup tertentu pada mereka.

Saya ambil contoh soal gadget play station, mungkin anak- anak saya terlihat ndeso saat pergi bersama, mereka tidak menenteng gadget apa2, tidak juga smartphone, ipad atau tab apalagi playstation portable. Tapi saya mensyukuri ini, karena anak2 jadi lebih banyak aktif permainan fisik, dan khusus untuk Lulla ia menaruh minat yang besar pada handcraft. Saya juga mudah mengarahkan Lulla untuk membaca buku. Saya pun akhirnya tidak mengalami masa2 senewen karena harus pake perang melepaskan anak balita saya maupun gadis kecil saya dari kecanduan PSP. Saya pernah lihat teman saya sampe harus marah besar ketika melihat anaknya ngamuk karena harus mematuhi aturan pembatasan main Playstation. Duh kok ya jadi repot ya gara gara benda satu ini  pikir saya.

Buat anak- anak saya, saya ingin mereka tumbuh normal setidaknya mirip seperti saya kecil dulu. Saya kecil bersama abang, adik  dan kakak perempuan saya yang lain, kami tidak pernah difasilitasi mainan mahal, abang saya pernah punya SEGA kala itu anak2 lain sudah main PS, hahah… ktinggalan jaman banget. Saya pun hanya pula 1 buah Barbie yang harus saya mainkan berdua dengan adik saya. Itupun baju barbienya cuma 1 stel itu aja, membuat saya kreatif menjait sendiri baju Barbie saya dengan kain bekas, saat itu usai saya kelas 5 atau kelas 6 SD. Saya dan kakak2 pun jika mau beli buku jarang diprovide beli buku baru di toko buku, tapi lebih banyak diarahkan hunting buku bagus di toko bekas, oleh karena itu saya sampe sekarang saya punya rasa excited besar saat menemukan bazaar buku murah, jaman sekarang beli buku murah kadang jauh lebih hemat dibanding harus nawar di bursa buku bekas.

Saya ingin anak2 menjadi sekuat dan sekreatif itu menjalani hidup. Saya gak setuju jika harus provide apa2 yang sama dengan teman2 nya, bukan karena saya tidak mampu, tapi saya ingin mereka lebih keras meraih keinginan mereka, mereka harus lebih kreatif menggapai keinginan mereka.

Saya memang gak bisa ‘plek’ menyamakan situasi saya kecil yang tumbuh di kota kecil dengan kehidupan sederhana dengan kondisi anak2 saya sekarang, tapi setidaknya hidup sederhana dan penuh perjuangan telah saya tanamkan sejak dini. Konsep hidup hura hura, glamor dan mudah, saya upayakan untuk tidak mereka biasakan dalam hidup mereka. Untuk itu saya mulai dengan kebiasaan mereka untuk tidak saya fasilitasi dengan gadget mahal sepertinya sebuah awalan yang sejiwa dengan prinsip didikan saya.

Saya tidak maksud menyatakan ini pola didikan terbenar bagi semua parents, tapi bagi saya dan suami pola ini yang kami pilih. Bagi para parents lain pasti punya strategi lain yang mungkin lebih cocok dan pas dengan latar belakang maupun visi misi hidupnya.