Pages

Wednesday, November 6, 2013

Kids and Gadgets


Jaman udah canggih banget, orang jaman sekarang gak pernah kurang hiburan dan gak pernah kekurangan media ngabisin kejenuhan. Semua udah ada  dalam sebuah benda kecil disebut smartphone semua jenis hiburan bahkan. Handphone maupun tab laris manis di Indonesia,trakhir saya dapat info  Indonesia adalah pengguna Tab terbesar di dunia. Ya gimana enggak, anak 3 tahun jaman sekarang tinggal di Indonesia rata2 punya tab semua, masing2 nenteng gadget modern itu kemana pergi.

Dari games, playlist music, berita sampe e-book ada semua di tab atau smartphone tiap orang. Saya juga pengguna smartphone. Cukup gemar media social karena bisa berjumpa dan akrab- akrab lagi sama teman- teman lama saya. Lalu saya juga sering ngandelin playlist di smartphone untuk menghibur diri saat naik kereta sepulang kerja, tapi untuk games, berita dan ebook jarang banget pake media smartphone. Saya sendiri gak punya tab, awalnya punya, lalu merasa gak praktis, karena harus bawa2 gadet yang butuh diperhatiin batere nya, ah ribet, akhirnya skrg cuma pake satu smartphone saja, cukup dan tanpa power bank pula, saya bener2 orang jadul yang gak suka ribet.

Saya nulis ini cuma mau menggambarkan bahwa jamak banget bagi orang sekarang menikmati kesendiriannya tanpa harus kesepian. Orang sekarang juga mungkin mulai menikmati masa2 antri panjang menunggu sesuatu karena tak lagi menjemukan. Dan untuk itu semua orang menghibur dirinya dengan gadget- gadget canggih dalam genggaman.

Saya enggak tau ya efek jangka panjangnya orang- orang yang kecanduan menggunakan gadget dan ikut menulari kebiasaan itu pada anak- anaknya. Tapi saya sendiri melihatnya, anak anak emang cenderung meniru dan susah sekali untuk dihentikan sekalinya kita mengajarkan gaya hidup tertentu pada mereka.

Saya ambil contoh soal gadget play station, mungkin anak- anak saya terlihat ndeso saat pergi bersama, mereka tidak menenteng gadget apa2, tidak juga smartphone, ipad atau tab apalagi playstation portable. Tapi saya mensyukuri ini, karena anak2 jadi lebih banyak aktif permainan fisik, dan khusus untuk Lulla ia menaruh minat yang besar pada handcraft. Saya juga mudah mengarahkan Lulla untuk membaca buku. Saya pun akhirnya tidak mengalami masa2 senewen karena harus pake perang melepaskan anak balita saya maupun gadis kecil saya dari kecanduan PSP. Saya pernah lihat teman saya sampe harus marah besar ketika melihat anaknya ngamuk karena harus mematuhi aturan pembatasan main Playstation. Duh kok ya jadi repot ya gara gara benda satu ini  pikir saya.

Buat anak- anak saya, saya ingin mereka tumbuh normal setidaknya mirip seperti saya kecil dulu. Saya kecil bersama abang, adik  dan kakak perempuan saya yang lain, kami tidak pernah difasilitasi mainan mahal, abang saya pernah punya SEGA kala itu anak2 lain sudah main PS, hahah… ktinggalan jaman banget. Saya pun hanya pula 1 buah Barbie yang harus saya mainkan berdua dengan adik saya. Itupun baju barbienya cuma 1 stel itu aja, membuat saya kreatif menjait sendiri baju Barbie saya dengan kain bekas, saat itu usai saya kelas 5 atau kelas 6 SD. Saya dan kakak2 pun jika mau beli buku jarang diprovide beli buku baru di toko buku, tapi lebih banyak diarahkan hunting buku bagus di toko bekas, oleh karena itu saya sampe sekarang saya punya rasa excited besar saat menemukan bazaar buku murah, jaman sekarang beli buku murah kadang jauh lebih hemat dibanding harus nawar di bursa buku bekas.

Saya ingin anak2 menjadi sekuat dan sekreatif itu menjalani hidup. Saya gak setuju jika harus provide apa2 yang sama dengan teman2 nya, bukan karena saya tidak mampu, tapi saya ingin mereka lebih keras meraih keinginan mereka, mereka harus lebih kreatif menggapai keinginan mereka.

Saya memang gak bisa ‘plek’ menyamakan situasi saya kecil yang tumbuh di kota kecil dengan kehidupan sederhana dengan kondisi anak2 saya sekarang, tapi setidaknya hidup sederhana dan penuh perjuangan telah saya tanamkan sejak dini. Konsep hidup hura hura, glamor dan mudah, saya upayakan untuk tidak mereka biasakan dalam hidup mereka. Untuk itu saya mulai dengan kebiasaan mereka untuk tidak saya fasilitasi dengan gadget mahal sepertinya sebuah awalan yang sejiwa dengan prinsip didikan saya.

Saya tidak maksud menyatakan ini pola didikan terbenar bagi semua parents, tapi bagi saya dan suami pola ini yang kami pilih. Bagi para parents lain pasti punya strategi lain yang mungkin lebih cocok dan pas dengan latar belakang maupun visi misi hidupnya.

No comments: