Pages

Friday, December 31, 2010

Lemahnya Perlindungan Konsumen

Hari ini saya kesal luar biasa, saya yang merupakan benar-benar diperlakukan secara tidak adil oleh Produsen toko buku besar Gramedia.

Ceritanya gini, saya dan rekan kantor saya sore ini berangkat ke Gramedia Pejaten Village, kami kesana untuk berbelanja gift buat karyawan, pilihan kami jatuh pada Pulpen Parker, sebuah brand pulpen yang lumayan bagus. Saya membeli dua macam Pulpen Parker, satu jenis sebanyak 9 buah, sejenis lainnya sebanyak 12 buah. Yang 12 buah ini harga satuannya Rp.168.000,-, kata si penjaga counter Parker bernama Ayu, harga itu belum termasuk harga discount. Lantas saya mengatakan,”kalo discount jadi berapa?”

Ia mengatakan, “sebentar saya hitung bu”,lalu ia hitung dan ia memberikan harga pada saya, sekilas saya lihat hitungna yang ia sodorkan dan saya setuju. Tak lama Ayu membuat nota,saya melihat ia sampai dua kali mengganti nota yangia buat,tapi buat saya yah mungkin emang prosedurnya begitu, saya gak mengecek kembali perkalian yang ia lakukan. Lalu nota diberikan ke saya dan saya pun melakukan pembayaran, tak lama kemudian Ayu dan rekan SPG lainnya mengemasi pulpen-pulpen yang saya beli. Setelah saya menyerahkan tanda pelunasan dari kasir,saya cukup lama menunggu para SPG dan Ayu membungkus mungkin sekitar satu jam,karena cukup lama saya pun sempat belanja barang-barang keperluan gift lainnya. Ketika saya sampai kembali di kantor dan bahkan sudah bersiap akan pulang, tiba-tiba saya dapat telepon dari Gramedia mengatasnamakan dari counter Parker tersebut,mereka menuntut kekurangan harga pembelian atas barang yang saya beli tadi.

Saya kan bingung?saya salah apa?

Saya bayar sesuai nota yang mereka berikan, lalu kenapa saya dikerjain sekarang untuk diminta kembali ke Gramedia Pejaten Village untuk membayar kekurangan uang yang terjadi bukan karena kesalahan saya. Kesalahan ternyata terjadi saat si penjaga counter bernama Ayu itu melakukan penghitungan di nota.Ia salah dalam memberikan harga,harusnya harga yang ia berikan setelah discount bukan senilai yang ia tulis di nota,harusnya sedikit lebih besar dari apa yang ia tulis pada nota yang ia berikan ke saya.

Saya heran, kesalahan ini kan kesalahan mereka, ini bukti ketidak telitian mereka. Saya sebagai konsumen kan bayar sesuai nota,saya pun tadi disana menunggu cukup lama. Jika mereka kerja benar, mereka harusnya menghitung ulang,jikalau ada kesalahan yang mereka temukan saat saya masih disana pasti tadi langsung saya bayar kekurangannya. Ini setelah hampir 2 jam berlalu mereka baru menyadari,ini kan kacau.

Sementara kita sebagai konsumen,kalo sampai salah beli barang atau kita beli buku yang ternyata ada kerusakan,kita gak bisa minta ganti atau minta balikin. Peringatan ini kan jelas tertulis pada struk pembayaran yang kita dapat kan seusai membayar di kasir.

Namun apa jadinya jika kesalahan ada pada pihak mereka?mereka meneror kita terus untuk bertanggungjawab atas kesalahan mereka. Ini sungguh gak adil.Ini bukti kongkrit bahwa peringatan “BARANG YANG SUDAH DIBELI TIDAK DAPAT DIKEMBALIKAN” merupakan pernyataan yang berat sebelah, mementingkan produsen, sementara kita konsumen masih tetap harus direpotkan oleh keteledoran dan kecerobohan Produsen. Disini saya melihat kita selaku Konsumen sama sekali tidak diperlakukan adil di negri ini, Produsen besar bertingkah laku penuh kuasa pada konsumennya. Melalui tulisan ini saya melawan atas kelumpuhan perlindungan konsumen yang terjadi. Saya tidak mau peduli pada kesalahan yang mereka buat sepertinya mereka tidak peduli pada apa yang menimpa konsumennya.

Maaf jika tulisan saya tidak berkenan bagi pihak2 tertentu,agar menjadi pelajaran bersama.

Wednesday, December 29, 2010

Menghadapi Suami Cuek

Seberapa banyak pria yang perhatian pada pasangan?
Gak banyak, terutama ini di Indonesia, atmosfer masyarakat patriarki yang membuat pria terbiasa menjadi manusia yang selalu diunggulkan. Pria Indonesia dikenal cuek pada pasangan,kurang helpful,tidak romantic dan tidak gemar memuji. Beda dengan pria Amerika atau Eropa yang biasa dengan kemandirian sehingga cukup helpful di rumah tangga, gamblang dan biasa menganggap romantis adalah hal yang gak cengeng.
Beberapa hari lalu saya melihat keluhan seorang teman di FB yang menumpahkan uneg-uneg tentang sikap cuek suaminya. Ini bukan pertama buat saya melihat hal serupa,bahkan banyak kasus cueknya si lelaki sampai merusak rumah tangga yang dibangun. Ketidakpuasan istri akan sikap suami jelas memicu keributan terus menerus,sehingga masalah semakin hari semakin besar.



Kecuekan pasangan biasanya kalo didiamkan akan menjadi parah dari hari ke hari,awalnya dia akan cuek pada istri lama-lama dengan adanya anak pun ia bisa cuek lepas tangan semua urusan anak kepada istri,yang lebih parah apabila si istri biasa memenuhi kebutuhan hidup sendiri,lama-lama nafkah materi yang harusnya ia terima pun terancam tidak diterima karena kecuekan suami.Ini bisa saja terjadi,jika tidak dikomunikasikan terus menerus.
Jangan tanya saya kenapa pria begitu cuek?entah karena system pola pikirnya yang praktis membuat mereka enggan melihat detail kebutuhan perasaan perempuan atau apa saya juga gak mengerti,saya yakin dari aspek psikologis pasti ada penjelasan mengenai hal ini.
Tapi selaku perempuan yang juga memiliki suami dengan sikap cuek, tentu saya puas merasakan asam garam perseteruan gara-gara hal ini.
Sampe sekarang saya masih sering mengalami,meski sedikit banyak si cuek yang menjadi mitra sekamar saya itu udah mulai berubah,padanya saya menerapkan sebuah prinsip. Kalo prinsip yang saya anut adalah “mengalah dulu lalu berperang”.
Prinsip saya itu saya terapkan di rumah, pertama saya memang cenderung mengalah,saya bukan type istri yang banyak nuntut, saya membiarkan dia tetap bebas mengelola uang pribadinya,berhubungan dengan keluarga,taman dan hobbynya, saya membiarkan ia menikmati hidupnya,intinya saya bersikap sangat toleran padanya. Tapi dibalik itu saya membuat perhitungan jika sikap cuek dia sudah mulai mengganggu. Sikap mengalah saya tentu gak bisa terus- terusan, jika apa yang ia minta selalu saya kabulkan,maka sekali-kali permintaan saya juga wajib dia turuti dounk?setidaknya dia tau kalo saya sampe marah dan complain itu artinya ada sesuatu yang diluar batas toleransi saya pada dia.

Emang biasanya saya ngomel, kalo ngomel gak mempan, saya akan memberi jarak padanya untuk sementara,yang biasanya saya memanjakannya maka untuk sementara saya akan pasang aksi mogok memberikan kasih sayang saya padanya,saya biarkan dia berfikir bahwa gak enak hidup tanpa perhatian dan kasih sayang dari orang yang kita sayangi. Biasanya dalam 2 hari dia sadar,betapa dia salah.
Kedua jika dia cuek pada anak,rajin –rajinlah menasehatinya agar tidak cuek pada anak,karena efeknya akan terasa jangka panjang. Berilah contoh kasus2 yang anda temui di masyarakat yang diakibatkan anak tumbuh pincang kasih sayang,angkat masalah orang yang berkaitan dengan hal ini,ajak ia diskusi, dengan diskusi sesering mungkin anda akan memperoleh kesepakatan visi dan misi dalam mendidik anak-anak, insyallah iapun akan memiliki kesadaran dan semangat yang sama untuk mengubah kecuekannya pada anak.
Intinya,jangan lelah menegurnya dan mengajarkannya cara memperlakukan pasangan dengan baik. Memperlalukannya dengan baik dan penuh hormat adalah investasi ajaran anda padanya, sehingga bila suatu hari nanti ada hal yang tidak berkenan padanya,anda dapat mengingatkan dia tentang bagaimana cara anda memperlakukan dia dan anda ingin diperlakukan sama. Jangan biarkan dia bingung dalam menentukan langkah untuk memperlakukan anda seperti apa.

Gak mudah menghadapi sikap ini, butuh kesabaran dan ketelatenan,saya juga belum berhasil total kok, suami saya masih sering ‘kumat’, tapi setidaknya mengajarinya bagaimana bersikap sedikit banyak mengingatkan dia,”oh iya istri saya sudah luar biasa memperlakukan saya,saya gitu gak ya ke dia?”,rajin rajin menegur dan berdiskusi.

Jangan juga berharap tiba-tiba suami anda akan menjadi seromantis Richard Gere di film-film cinta, lihat pada hal-hal yang esensi, misalnya pada saat anda sakit, apakah ia sudah mulai lebih ber emphaty dan mau membantu anda mengurus anak-anak dan mengurus anda, jika itu terjadi, jangan lupa katakan terimakasih,hargai apa yang ia lakukan.Lakukan perubahan secara bertahap dan dari hal-hal yang bersifat essensial dan logis. Intinya jangan terlalu muluk ingin suami anda berubah drastis, hargai proses,karena gak mudah merubah prilaku yang sudah tumbuh berkembang puluhan tahun di diri seseorang bukan?

Thursday, December 9, 2010

Kehamilan kedua dan cobaannya

Jumat pekan lalu saya beraktifitas seperti biasa,memang agak beda dari biasanya,saya rada mondar mandir dan sore hari nya saya mengikuti simulasi pemadaman kebakaran gedung, mengingat peran saya sebagai HRD,setidaknya saya harus belajar dasar-dasar penyelamatan jika ada kebakaran. Menurut saya aktifitas itu tidak melelahkan,tapi ternyata berefek pada bayi dalam kandungan saya, terjadi pendarahan ringan pada rahim saya.

Sore itu juga saya ke RS, setelah melewati pemeriksaan, saya diminta untuk bedrest beberapa hari. Tentu hal ini cukup bikin ngeri, dokter cukup tegas meminta saya untuk mengurangi aktifitas dan berbagai rambu lain diberlakukan pada saya, sampai minggu ke 16 kehamilan saya nanti di bulan Februari,lama ya?

Ini hal yang gak mudah bagi orang kantoran dengan segudang aktivitas dan tanggungjawab seperti saya,apalagi secara fisik saya merasa sehat dan baik-baik saja, tentu pelarangan untuk banyak bergerak bagai penjara bagi saya,namun demi baby dalam kandungan ini,saya pasrah,saya akan berupaya.

Kehamilan kedua ini memang berbeda dari kehamilan pertama waktu mengandung Lulla. Saat itu saya gagah luar dalam, masa kehamilan tidak menjadi begitu berat untuk saya. Tidak ada aktivitas yang dikurangi,sampai-sampai saat itu orang lain yang menghawatir kondisi saya,saking lincahnya saya.

kondisi baby di minggu ke 8


Di kehamilan kedua ini Kadang saya gak bisa pungkiri fisik saya relative kepayahan,saat ini rasa mual jauh lebih hebat melanda diri saya,kalo dulu saya hanya mual malam hari tanpa mengganggu aktivitas kantor,kali ini berbeda, hampir setiap siang saya mual dan mengalami berbagai rasa gak enak lainnya, yang namanya muntah jangan ditanya,saya sering sekali muntah dan mengalami sebah yang luar biasa.berbeda jauh dari sebelumnya.

Namun saya tetap mencoba membawa diri dengan semangat yang sama,namun sekuat tenaga saya mengkondisikan diri saya sekuat mungkin, tetap saja kandungan saya kali ini tidak sekuat sebelumnya.

Suatu malam saya bertanya pada Allah,mengapa?kenapa kehamilan kedua dan pertama berbeda?kenapa gak senyaman kehamilan pertama?

Saya akhirnya membuat kesimpulan sendiri, saat ini ujian yang harus saya hadapi sedang diubah.

Dulu waktu kehamilan pertama, kehidupan ekonomi saya sedang tidak stabil, kondisi baru menikah tentu sedang membangun perekonomian sendiri,mengingat kami memulai hidup benar-benar dengan ‘kaki sendiri’ maka saat itu adalah titik nol dari kehidupan rumah tangga kami.Rumah masih ngontrak,kendaraan belum punya,gaji masih jauh dari cukup maka Allah menguji saya dengan sesuatu yang sesuai dengan kemampuan saya untuk menghadapinya.

Saat ini kondisi jauh lebih mendingan, sedikit banyak kehidupan ekonomi sudah berjalan normal, setidaknya enggak morat marit, fasilitas alhamdulilah ada, yang bantuin nganter kemana-mana dan ngurus rumah tangga juga ada, itu semua saya anggap sebagai kekuatan saya,maka Allah pun menguji saya dengan mengukur kekuatan yang saya miliki saat ini.

Pemikiran itu yang mengantarkan saya pada rasa syukur, intinya dulu dan sekarang saya sama-sama dikasih cobaan,tapi jenisnya beda,meski sama-sama berat tapi itulah cobaan dari setiap anugrah dan sebuah nikmat. Kehamilan ini adalah anugrah dan nikmat dari Allah, dan cobaan yang diberikan saat ini adalah bagian dari tangga untuk meraihnya. Semoga Allah memberi cobaan yang memang saya kuat menghadapinya…