Setiap hari saya pergi bekerja, dari pagi hingga petang. Hal
yang sungguh enggak mudah, selain lelah perjalanan, juga lelah fikiran karena
rasanya tiada hari tanpa sibuk dan harus menyelesaikan berbagai tumpukan
tanggungjawab. Lebih lagi saya adalah seorang istri dan ibu sekaligus. Saya
mungkin sudah ratusan kali mengalami kejenuhan, kecapean dan demotivasi
terhadap rutinitass kerja saya ini.
Adalah bohong jika ada manusa yang tidak pernah jenuh, capek
dan demotivasi dlm menjalani rutinitas kerja sehari hari, karena pada dasarnya
semua manusia selalu ingin hidup enak dan bahagia.
Tapi ini kan hidup, mana bisa isinya seneng terus, mana bisa
isinya mudah terus, pasti ada titik enggak enaknya dan titik susahnya.
Jadi saya melihat kerja itu bukan sebagai beban, tapi
sesuatu yang emang suatu pilihan yang harus dijalanin. Ketika harus berhenti nanti
ya bukan karena pertimbangan yang sepele atau bukan karena emosional. Apalagi
gak bisa terus kerja karena alasan dikeluarin orang atau karena dipaksa dengan
alasan kita tidak produktif lagi dan jadi beban orang.
Kerja itu saya buat sebagai salah satu bentuk ibadah saya
sama Allah. Saya kerja bukan cuma sekedar nutupin kebutuhan hidup. Saya memang
bekerja motivasi awalnya untuk anak2 saya, yap! Saya punya mimpi besar atas
masa depan mereka, dan biaya untuk itu saya rasa tidak sedikit, dengan saya bekerja
maka saya memiliki income yang bisa saya persiapkan untuk itu. Tapi karena ini untuk
masa depan anak-anak maka saya mau income yg masuk itu harus lewat jalur
halalan thoyiban, artinya halal dan atas ridho Allah SWT. Saya enggak mau se-sen
pun income saya masuk dengan unsur ketidakadilan. Saya mau income saya emang
setara dengan hasil kerja saya. Artinya, saya mau kerja keras dan atas itu pula
saya ingin dibayar pantas. Saya enggak mau kalo saya magabut (makan gaji buta)
karena saya anti jika tidak menunaikan kewajiban saya dengan baik sementara
saya dapat hak saya utuh. Oleh karena itu effort kerja saya minimal harus
sepadan dengan apa yg perusahaan bayar ke saya. Ini ada kaitannya dengan
barokahnya pendapatan saya yang saya peruntukkan untuk anak2. Bayangin kalo
dari sisi dana simpanannya aja enggak barokah, gmn jalan kedepan anak2 saya? Jangan2
saya malah jadi org tua yg tidak amanah krn memasukkan rezeki tidak halal untuk
anak2 saya yang kemudian menjadi penghalang masa depan mereka? Na’udzubilaminzalik.
Itu alasan utama saya, alasan kedua saya ingin anak- anak
punya role model yang memberikan mereka referensi tentang kerja keras, orang
tua mereka memperlihatkan betul kehadapan mereka bahwa hidup itu tidak mudah,
semua harus dikejar dengan kerja keras. Setiap manusia punya peran, dan itu
semua harus berjalan dengan baik dan penuh tanggungjawab.
Alasan ketiga , saya ingin punya prestasi yang saya
persembahkan untuk anak- anak saya, saya tidak semata mengincar jabatan demi
pendapatan, tapi saya ingin mewarisi gaya kerja yg professional, berintegritas
dan penuh prestasi. Karena saya pun melihat papa saya dulu bekerja penuh dengan
integritas, bahkan bisa senantiasa menjaga prinsip dirinya di sebuah instansi
kerja yang lumayan dinilai terkorup di negeri ini. Saya percaya anak2 akan
melihat apa yg orang tuanya lakukan.
Jadi sebagai ibu bekerja, saya ingin sedikit berbagi perasaan,
bahwa saat kalian para ibu memilih untuk bekerja dengan pertimbangan apapun,
lakukanlah dengan penuh tanggungjawab kepada Allah swt. Karena peran kita
sesungguhnya adalah ibu, pendidik anak- anak, maka jangan pernah memilih untuk
berkarier hanya karena untuk status/ prestige dan prinsip asal dapat uang
bulanan sementara cara kerja seenaknya, tidak berintegritas,professional dan tidak
jujur, apalagi sering membohongi perusahaan dengan mengatasnamakan anak supaya
dapat dispensasi untuk malas- malasan.
Ingat setiap kita pergi bekerja, sesungguhnya kita telah
merenggut waktu yang seharusnya kita peruntukkan untuk anak2, jadi jika memilih
untuk bekerja jangan sampai pilihan itu malah membawa keburukan kepada anak2
kita, seperti rezeki yang tidak halal, kita memupuk keburukan karena sikap
kerja kita yang pemalas, tidak professional, tidak jujur maupun mental kerja
buruk lainnya, jangan pula kita mewariskan atau mencontohkan mental kerja yang
buruk semacam itu kepada anak2.
Pilihan menjadi pekerja ada pada diri masing2 orang, tapi
bekerja itu harus dikembalikan kepada tujuan yang hakiki, bahwa hak dan
kewajiban kita selaku pekerja dan mahluk Allah harus memenuhi unsur adil, agar
hasil kerja kita dan waktu yang kita habiskan untuk bekerja mendapat ridho
Allah dan barokah buat anak- anak kita…
Selamat berjuang!