Pages

Tuesday, April 28, 2015

Ulang Tahun di tanah suci

Ini sedikit cerita dari ulang tahun saya 24 Maret lalu. Mungkin buat saya ulang tahun tahun ini adlah ulang tahun terbaik sepanjang hidup saya, kenapa?
jawabanya karena saya melewatinya di dua tanah suci bagi orang Muslim, yaitu Madina dan Mekkah.
Pagi pada tanggal 24 itu saya membuka mata berada di Madinah, dan sempat menikmati ibadah dihari pertambahan usia saya di masjid Nabawi, dan ketika petang saya sudah berada di Mekkah dan hari itu saya menutup hari dengan menunaikan ibadah umroh di Masjidil Harom ,Mekkah.
Ini sebenernya tidak saya rencanakan sebelumnya, saya bahkan tidak tau akan merayakan hari jadi saya di dua kota tersebut.
Saya memang dihadiahkan oleh suami saya paket perjalanan umroh bersamanya, tepat di bulan Maret. Namun atas seizin Allah tanggal keberangkatan bertepatan dengan hari menjelang ulang tahun, dan hari ulang tahun tepat dengan hari ibadah umroh saya.



Bagaimana rasanya ya, sungguh gak bisa dijelaskan, saya benar2 merasa senang dan merasa berkelimpahan kasih sayang dari Allah. Saya merasa syukur atas apa yang Allah berikan kepada saya dan keluarga.

Berbicara tentang ibadah umroh maupun haji, say ameyakini itu adalah perjalanan yang bersifat spiritual. Saya mengalami banyak hal- hal yang mengejutkan dan membuat saya percaya bahwa Allah maha tau isi hati manusia.
Seperti contoh, sejak dari tanah air saya mengatakan kepada suami, "aku mau ibadah, jangan sampe deh tergoda belanja- belanja, sayang waktuku". berkali- kali saya mengulang itu pada suami saya, dan apa yang terjadi? Kita tak mungkin menampik, bahwa banyak penajaja barang dan pernak pernik berjualan dipinggiran masjid, namun setiap saya tertarik untuk melihat, maka saat itu juga saya terserang sakit pinggang luar biasa. Bahkan pernah pada saat saya berada di Mekkah, seorang tante saya di tanah air titip pesan minta dibelikan parfum di Hilton tower lantai 3, hilton tower terletak disebelah tower hotel say amenginap, logikanya tidak jauh kan? maka saya menunaikan titipan pesan itu, saya dan suami menuju tempat yang dimaksud dan sungguh tidak jauh, namun apa yang terjadi? pinggang saya sakit parah, saat itu saya benar2 dibilang hampir tidak sanggup untuk jalan, boro2 mau melirik barang2 lain atau mau mencari sajadah bagus secara khusus. .Saya hanya sempat belanja oleh2 sedikit untuk orang terdekat, itupun tempat belanja yg hanya dekat dng eskalator hotel, selebihnya saya tidak tertarik apa2. Allah menjawab perkataan saya, saya tidak mau belanja, hal yang tumben sekali datang pada diri saya :)

Kemudian soal makan, saya adalah orang yang cukup picky eater, saya enggak suka makanan timur tengah, saya tidak suka aroma herbs nya. Tapi dari tanah air saya selalu bilang sama diri saya sendiri, makanan disana enak semua, saya enggak mau jajan, saya mau makan apa yang hotel / pihak pnitia sediakan. Dan apa ang terjadi? saya disana tidak ada cerita lesu makan, saya nikamti semua makanan, apakah terpaksa? enggak sama sekali, di lidah saya semua makanan enak. Bahkan ketika sampai di Mekkah, hotel menyajikan setiap sajian adalah international food dan nasi yang tersedia pasti dimasak ala timur tengah, ditamabah lagi tak tersedia sama sekali sambel atau cabai. Lalu apakah saya mogok makan? sama sekali enggak, say atetap lahap makan. Saya pun selalau menanti waktu makan dengan suka cita. Saya sama sekali tidak jajan, ice cream pun dmata saya enggak menarik. Suami saya sampai heran dengan saya yang rajin mengeluh soal makan jadi begitu sangat makan tanpa rewel. Dan alhamdulilah say apun meminta dalam hati say amau sehat, balik ke tanah air dengan sehat. Dan karena pola makan saya yang teratur dan tidak jajan, saya sama sekali tidak terkena batuk, kulit kelupas atau merah pun tidak, semua tampak baik2 saja dan segar- segar saja, betapa Allah mengabulkan semua perkataan maupun bisikan dibatin saya, Subhanallah walhamdulillah :)

Jadi tips dari saya, berdoa lah yang baik- baik, maka Allah akan mengabulkan. Soal nafsu belanja yang hilang pun saya syukuri, karena saya sadar saya perempuan yang cenderung konsumtif karena sering membeli barang tanpa mikir perlu atau tidak, dan Allah melindungi saya dng isi dompet yg terbilang hampir utuh say abawa kembali ke tanah air, alhamdulilah lagi :)
Sungguh perjalanan yang indah dan penuh kenangan indah, jujur saja nagih untuk kembali kesana perasaan hati ini.

Saya berharap dapat diberikan rezeki berlimpah untuk kembali kesana bersama anak2, suami, orang tua dan saudara2 saya. Setiap saya berdoa itulah yang saya ikut panjatkan selain doa- doa saya yang lain.
Beribadah bersama keluarga akan menjadi penglaaman tak terlupakan seumur hidup, dan saya berharap Allah akan mengabulkannya, amin.
Saya pun berharap saya diberi rejeki untuk memberi kesempatan bagi orang lain untuk menikmati kesempatan yang sama, amin :)


Monday, January 12, 2015

Hidup Sederhana yang makin langka


Sekelumit uneg- uneg saya yang sedang menikmati hujan di meja kerja saya di daerah Selatan Jakarta. Saya pengguna media social yang lumayan aktif, saya memiliki akun Facebook, Twitter, Instagram, dan Path. Memang tidak semuanya aktif, belakangan yang paling aktif adalah path. Karena path lebih dirasa mengasyikkan karena relative lebih privat, kita boleh memilih siapa2 teman yang boleh berteman dengan kita.

Kegiatan saya di path biasanya enggak jauh2 dari memposting tentang masakan saya, makanan kesukaan, mengabadikan kegiatan dng teman, saudara maupun kerabat, tingkah laku konyol2 saya dan teman2 dan sisanya lebih banyak tentang tingkah anak2 saya. Saya rasa itu yang masih sesuai dengan etika kepantasan untuk di share dengan khalayak. Meskipun path cukup limited tetapi saya masih merasa yang ada didalam jejaring path saya kesemuanya bukanlah masuk kategori orang- orang yang merupakan sahabat terdekat saya, saya harus katakan mereka adalah orang lain buat saya.
Untuk itu saya rasa masih perlu untuk memilah mana informasi yang patut dibagikan kepada mereka dan mana yang tidak patut. Sejauh ini saya menutup sekali informasi mengenai hal2 berkaitan dng masalah pribadi terlebih lagi mengenai materi. Buat saya kepemilikan materi adalah privacy, selain itu ada nilai kepantasan yang saya yakini bahwa urusan mengumbar kepemilikan atas materi itu bagian dari sifat pamer. Dan sifat pamer bukan sifat yang dapat dikatakan benar, mengapa? Karena ditinjau dari pemahaman agama sudah jelas salah, ditinjau dari aspek psikologis pun itu salah satu prilaku yang memprihatinkan karena menjurus pada gejala Hedonisme. Banyak akibat buruk yang ditimbulkan oleh hedonisme. Pertama, lenyapnya kekayaan, meningkatnya jurang antar miskin dan kaya berkembangnya kemiskinan, kebangkrutan dan hutang di tengah masyarakat kecil. Ibnu Khaldun sejarawan dan sosiolog muslim dalam hal ini berkata: Sejauh mana sebuah masyarakat tenggelam dalam hedonisme, sejauh itulah mereka akan mendekati batas kehancuran. Proses kehancuran akan terjadi karena hedonisme secara perlahan akan menyebabkan kemiskinan masyarakat dan negara. Sejauh mana hedonisme mewabah, sejauh itu pulalah kemiskinan akan menyebar di tengah masyarakat.

Tidak ada yang salah dengan memakai barang yang dirasa nyaman bagi kita apalagi sesuai dengan isi kantong. Tapi yang salah adalah jika situasinya secara sengaja menampilkan materi yang dimiliki apalagi jika tujuannya untuk membanggakan diri apalagi show up materi demi diberi label dirinya mapan dan sesuai dengan standar kekayaan yang menurutnya dianut orang lain.
Coba jika diperhatikan dengan seksama, mungkin teman2 dapat memperhatikan banyaknya teman dalam jejaring socialnya kita masing2 yang aktif memposting foto – foto yang menunjukkan hal ini, seperti, memposting gambar perhiasan emas yang baru dibelinya, gambar tas maupun sepatu koleksinya dengan harus memotret label nya, memajang foto mobil yang digunakannya lengkap dengan plat mobilnya (mungkin supaya semua orang tau itu mobil masih baru), memotret struk belanjaan milikinya, memajang foto2 situasi ruangan lengkap dengan perabot dalam rumahnya, memajang progress pembangunan rumah barunya dan postingan lain sebagainya yang menunjukkan sikap pamer. Bahkan saya pernah menemukan teman yang berpose di toilet (WC) rumah barunya untuk menunjukkan pada dunia tentang kemewahan rumahnya. Sejujurnya yang dilihat ini menimbulkan reaksi berbeda dari banyak orang, mungkin ada yang gerah karena iri, mungkin juga ada yang kecil hati karena tidak memiliki barang yang sama, mungkin juga menjadi jijik karena tidak sepaham dengan kesombongan orang2 ini atau mungkin justru seperti saya dan teman2 yang melihat itu semua malah menjadikannya guyonan karena tindakan itu saya nilai sangat konyol dan tidak menunjukkan sikap yang elegant. 

Dewasa ini jarang  orang memposting kegiatan belanja di pasar, kegiatan sederhana di alam, kegiatan alamiah manusia yang tidak melibatkan proses pamer harta ini, makan makanan kampung, melakukan aktifitas yang sederhana, naik kendaraan umum, maupun kegiatan biasa- biasa saja lainnya. Hanya segelintir orang yang tampil  nyaman dengan dirinya sendiri tanpa membawa embel2 harta seperti ini, jarang sekali orang tampil alamiah layaknya manusia normal. Gaya seperti itu belakangan ini dinilai hal normal, malah cenderung diposting norak dan ketinggalan jaman.
Tapi dibalik itu, tanpa sadar seseorang yang melakukan kegiatan pamer di media social sudah menjatuhkan martabatnya seolah tidak memahami intelektualitas dan etika. Tapi apa daya, saat ini orang tidak banyak berfikir tentang hal itu, orang seperti berlomba2 ingin terlihat kaya, entah ingin pujian atau apa. Yang pasti gejala hedonism ini mulai merambat kemana- mana. Mulai dari orang kaya baru, pegawai swasta, PNS sampai ibu rumah tangga. Semua berlomba untuk menunjukkan gaya hidup jet set. Ini mengerikan, jika dalam sebuah keluarga, ayah maupun ibunya terjangkit virus hedonism akut seperti ini, lantas bagaimana anak2 yang dihasilkan dari keluarga tersebut? 

Tapi mungkin inilah tantangan kita, gaya hidup hedonism ini memiliki daya tarik yang kuat, apalagi dengan kuatnya pengaruh media social yang membuat orang mudah tergiur untuk eksis dan show off. Ini adalah ujian berat bagi kita untuk mengambil langkah- langkah aman untuk menjauhkan diri kita dari godaan gaya hidup hedonism. Para pihak harus kembali menyadari pentingnya kembali menjalani hidup yang normal, maka mulailah untuk terbiasa menampilkan kesederhanaan dan membiasakan bersikap bersahaja. Karena kita adalah role model generasi kedepan.

Tidak ada yang salah dengan menampilkan citra diri yang mapan, sepanjang tetap memperhatikan sikap sederhana dan tidak pamer. Mulailah berimbang untuk menunjukkan sisi diri kita yang sebenarnya, berhentilah terobsesi membangun image ‘saya orang kaya’. Anda harus sadar anda tidak perlu bersaing dengan siapapun untuk itu, anda cukup membuktikan diri untuk diri anda sendiri bahwa anda adalah orang yang mampu bertahan hidup dengan normal dan memegang teguh prinsip hidup anda, tentu prinsip hidup yang positif. Anda tidak perlu sibuk menunjukkan diri anda sukses, orang yang sebenarnya sukses malah jauh lebih fokus pada hal- hal bermanfaat bukan hal2  yang sama sekali tidak memiliki manfaat seperti pamer.
Anda tidak perlu menjadi orang lain dan menarik perhatian orang lain, yang perlu anda titik beratkan adalah bagaimana anda bisa survive di masa depan anda, bagaimana anda menciptakan generasi berikutnya yang berkualitas bukan yang hedonism.