Pages

Tuesday, December 15, 2009

Pelayanan Medis a'la RS Pemerintah

Pernah nonton serial Emergency Room (ER)?kalo pernah, pernah gak kelintas dipikiran temen-temen betapa kagumnya kita dengan kinerja dan pelayanan paramedis di film itu.Di film itu digambarkan betapa reaktifnya paramedic di rumah sakit dalam menangani pasien, semua pasien yang datang dengan penyakit baik ringan maupun parah, baik miskin maupun kaya,baik berpangkat maupun tidak, selalu mendapat penanganan serius. Dokter-dokter dalam serial itu pun senantiasa terlihat terlibat secara total dalam menangani pasiennya tanpa pilah pilih latar belakang pasien, dari dokter maupun perawat semua professional, benar-benar gambaran tentang idealnya sebuah pelayanan medis. Saya engak tau apakah emang pada kenyataan begitulah yang terjadi di luar negri,apakah hanya di film saja, mungkin teman-teman yang tingal di luar negri bisa menjawab pertanyaan saya.

Mungkin gak pemandangan kek gini kita liat di RS pemerintah?


Yang membuat saya tergelitik untuk menulis disini adalah,tentang pengalaman saya pagi ini. Ceritanya gini:sesampainya saya di kantor, seperti biasa saya kerap bertukar senyum maupun bertukar sapa dengan receiptionist, selang 15 menit berlalu,ada karyawan melaporkan ke saya kalo si receiptionis itu (Melly) mengalami sesak nafas. Di pikiran saya, ini astma mungkin..ketika saya mendatangi TKP ternyata ybs sudah ‘kepayahan’ bernafas bahkan mengaku nyeri di kedua tangan,dada dan perut, semacam kram. Wah saya panic, saya pikir harus bertindak cepat,mengingat di kantor kami gak punya persediaan oksigen untuk case semacam ini.Maka tanpa pikir panjang,dikomandolah untuk mempersiapkan kendaraan dan tenaga untuk mengangkat Melly ke RS terdekat.

Saya sih saat itu gak kepikiran RS mana yang bagus,pokoknya yang terdekat aja deh. Kebetulan kurang dari 500m dari gedung kantor ada sebuah RSUD (RS Umum Daerah) .Saya pikir kesana aja deh,masukin ke UGD mudah-mudahan cepat dapet pertolongan,minimal oksigen.

Sampai RS saya turut mengantar ke ruangan periksa,saya damping terus Melly sebagai gantinya keluarga (karena keluarga belom datang).Tak lama seorang suster melihat kondisinya,lalu dengan enaknya nyeletuk “Ini hysteria namanya”, what the maksud dengan hysteria,pikir saya. Saya tanyakan lebih lanjut,katanya ini penyakit gak bahaya,Cuma sekedar emosi yang tertahan,jadi gak berbahaya. Saya sih gak habis pikir,ini kan masih pagi,emangnya sudah ada masalah apa di kantor?Ternyata setelah melihat latar belakang kesehatan ybs,ternyata ybs memang memiliki kelainan jantung,dan ketika dilakukan rekam jantung,hasilnya pun menunjukkan hal serupa,kelainan jantung,dan sedang colaps.Nah lo tu suster seenaknya aja ngomong,kesannya kok ngentengin banget!

Dokter menyarankan untuk periksa darah untuk memastikan.Okelah,kemudian saya mengurus administrasi pengambilan darah,saya balik lagi ke UGD menyerahkan bukti bayar dll,tak lama suster menghampiri saya lalu menyerahkan sample darah dan seluruh dokumen bukti bayar sambil berkata :”Ini bu,silakan ibu antar sendiri samplenya ke Lab di lantai 2” (si suster nyerahin 2 tube berisi darah Melly kepada saya).

Whohoohohoo..saya melongo,kok saya yang nganter?aneh banget,bukannya saya tugasnya bayar aja trus setelah itu terima beres ya?aneh ni RS pikir saya..jujur ini pengalaman pertama saya berurusan sama RS pemerintah..jadi masih melongo aja.Well,saya trima aja tu sample dan saya sendiri yang nyerahin ke lab di lantai 2,sambil saya mikir,aduh kalo kayak gini apa gak kejadian tuh kasus2 tertukarnya sample darah seperti yang ada di sinetron-sinetron?eheheh…Nah kalo pasiennya datang sendiri apa harus mereka bangun dari tempat tidur dan membawa tu sample darah ke lab dengan tenaganya sendiri??aneh...M

Kejadian lucu kedua adalah,ketika saya menemani melly di ruang UGD sambil nunggu hasil lab selesai, suster menghampiri saya dan berkata :”dikasih minum aja bu..”, nah dengan begonya saya celingukan liat kanan dan kiri,kasih minum?mana minumnya ya?saya lagi bener-bener berfikir seseorang petugas telah memberikan setidaknya segelas saja air putih untuk Melly yang sudah kehilangan banyak cairan karena keringat dingin dan air mata.namun kenyataanya melihat saya celingukan gitu,si suster kembali menambahkan :”beli teh manis aja bu diluar..”

Whats the maksud lagi neh,beli teh manis diluar??ya ampun…konyol sekali. Kenapa saya bilang konyol?,pertama ini kan RS tempat orang sakit,berarti apapun yg dikonsumsi leh pasien berarti kan harus hygienis dan terjaga kebersihannya dong,nah kalo untuk segelas air minum or teh manis kita harus membeli diluar yang entah terjaga entah tidak kebersihannya,saya pikir bukannya nambah sehat malah nambah penyakit bukan sih?trus yang saya pikirin lagi adalah gimana kejadiannya sih kalo ada korban tabrak lari yang dilarikan ke RS tanpa satupun orang yang dikenal mendampingi,apakah kalo mereka haus juga harus beli sendiri ke kantin di luar…

Kejadian berikutnya adalah,selang 2 tempat tidur dari tempat tidur Melly di UGD tampak seorang pasien yang sedang ditunggui oleh keluarganya,kelihatannya kondisi sudah kritis,tak lama saya memperhatikan ketika keluarganya histeris memanggil suster untuk mendekat karena tampaknya pasien makin anjlok kondisinya,saat itu pasien saya liat hanya memakai oksigen,tanpa alat lainnya sama sekali (pacu jantung maupun alat monitor nadi dll),saya tunggu beberapa menit saya ingin melihat ketika keluarga bereaksi histeris begitu apakah para suster akan bergerak cepat menghampiri, dan ternyata TIDAK!para suster dan 2 orang dokter yang ada diruangan yang sama itu tampak duduk tenang di tempat masing-masing, selang beberapa menit seorang suster dengan langkah lenggak lenggok santai baru menghampiri si pasien,bener-bener terlihat santai seolah tu pasien sakit pilek!halo..tu orang sekarat lho??? Dan selang 40 menit dari situ,si pasien pun meninggal…., saya miris melihatnya,penangannya jauh dari cekatan dan professional.

Gila…ini pengalaman pertama saya menggunakan layanan RS Pemerintah,dan langsung terheran-heran dengan penanganannya yang asal-asalan..jangan-jangan kalo ada orang jatoh tergeletak di tengah jalan tanpa siapapun yg bisa menjamin coverage biayanya dan ketika dilarikan RS,tidak akan dilayani pulak?na’udzubillah…inikah yang namanya pelayanan kesehatan dari pemerintah untuk rakyat?

Duh saya miris pisan,jauh dari ideal banget ni pelayanannya,okelah gak usah merujuk pada style pelayanan ala paramedis di ER,tapi please lah..hargai nyawa orang..berikan pelayanan terbaik mbagi rakyat,karena kesehatan itu adalah hak azasi manusia,siapapun juga orang tersebut. Catatan untuk menkes kali ya untuk memperbaiki pelayanan kesehatan bagi rakyat kecil….

Thursday, November 12, 2009

Mereka Bicara JK

Siapa suka pak Jusuf Kalla?mantan wapres kita di cabinet SBY yang lalu. Saya yakin gak begitu banyak orang suka beliau, berbagai alasan yang pasti banyak orang kurang berkenan karena alasan style keras beliau dan berbagai apriori atas tuduhan miring peran gandanya sebagai Wapres dan saudagar asal Bugis. Orang berfikir, beliau akan memanfaatkan jabatan untuk keuntungan bisnis raksasanya. Semua tuduhan itu wajar adanya..manusia di Indonesia sudah muak dengan polah tingkah para pejabatnya, sehingga satu orang besar hadir di kancah politik Indonesia jelas akan tertutup oleh kisah sedih masa lalu bangsa.

Saya salah satu orang pengagum Jusuf Kalla, well..saya bukan orang yang biasa mengumbar arah dan pemikiran politik saya, saya menulis ini sebagai bentuk kekaguman atas pribadi seorang Jusuf Kalla bukan pada perahu dimana ia diusung pada saat pertarungan politik PEMILU 2009 lalu.

Awalnya saya tidak tau siapa dan bagaiamana track record si pak Wapres, toh di PEMILU 2004 saya jujur, kalo saya GOLPUT. Saat itu saya malas menjadi konstituen, muak adalah alasan dasar saya. Di tahun 2009 saya sadar saya adalah warganegara yang buruk dan pengecut, untuk memilih calon pemimpin saja pake trauma segala. Maka sejak itu saya bertekad untuk mempelajari semua kandidat presiden yang disodorkan Parpol di PEMILU 2009.
Muncul nama MEGAWATI SOEKARNO PUTRI, meski sudah lalu lalang di kancah politik,saya gak mengenal banyak akan sosoknya, maka saya riset banyak tentang dia,saya ulas lagi pemerintahannya yang lalu,namun saya gak jua jatuh cinta pada pemikirannya. Lalu giliran SOESILO BAMBANG YUDHOYONO yang merupakan President Incumbent,gak sulit menelusuri track record dan menyelami pemikirannya,saya bukannya tambah suka malah tambah gak sepakat,apalagi mau jatuh cinta,jauh deh…Saya hampir males untuk melihat si kandidat satunya,karena kabarnya si kandidat satunya itu akan kembali digaet SBY untuk berduet. Akhirnya saya off mencari literasi akan trackrecord kandidat satunya,yaitu MOHAMAD JUSUF KALLA.




Ditengah kegamangan itu,saya menghadiri sebuah acara dimana saat itu hadir Presiden dan Wapres beserta pasangan masing-masing, jujur ini bukan kali pertama saya menghadiri acara yang sama dihadiri kedua orang number one RI itu,tapi karena saya yang emang gak simpatik jadi saya cuek aja,saya gak pay attention sama sekali. Tapi saat itu, entah kenapa saya tertarik melihat kedua bapak ini beratitude di muka umum, tiba-tiba semacam rasa jatuh cinta,tiba-tiba saya terhipnotis melihat JK,ia seperti mengeluarkan aura tertentu, sikapnya santai dan penuh tawa,saya kaget melihat seorang pejabat tinggi begitu santai pada seluruh ajudannya,bisa dibilang ajudannya tidak seperti mengawal orang penting, dan satu lagi sikapnya yang luar biasa menyentuh,caranya memperlakukan sang istri,ada rasa hormat dan mengagumi yang kentara saat ia menatap dan meraih tangan sang istri untuk digandeng. FYI,pasangan ini tak ubahnya pasangan manula,secara fisik mereka hanya kakek dan nenek belaka,tapi entahlah aura kasih sayang itu menyudutkan saya dan membuat saya sebagai pasangan muda merasa iri. Touche!saat itu saya simpatik akan kepribadian unik si Wapres yang dari tampilan luar keliatan nyebelin dan judes, tapi inside menyimpan berjuta rasa kasih,kebaikan dan kepedulian.

Itulah awalanya saya merasa tertarik mencari begitu banyak bahan untuk mengenal sosok seorang JK. Berbagai bahan saya kumpulkan, setiap di bicara di TV saya perhatikan,saya pelajari alur pemikirannya. Kemudian muncul keputusan dia mencalonkan diri jadi Wapres mewakili partai GOLKAR,diam-diam saya kecewa,karena beliau yang menggandeng WIRANTO saat itu hampir bisa dipastikan bakalan kalah telak, SBY terlalu kuat, dan budaya masyarakat kita masih melihat sesuatu dari sebuah pencitraan semata, dan SBY unggul untuk itu.

Semakin gaung pencalonan JK bertabuh keras,saya semakin rajin membaca tentang dia,mempelajari alur pemikiranya melihat dan berpendapat akan sesuatu,saya semakin suka semakin terinspirasi,namun firasat saya akan kekalahan beliau di Election semakin besar. Suami saya yang giat memperhatikan perkembangan pemilu pun kerap cerita bahwa peluang JK itu makin jauh,SBY maha kuat saat ini. Tapi saya sudah kadung suka sama kandidat saya,peduli mau menang atau kalah. Toh saya bertekat untuk menjadi konstiuen yang berani menerima kemenangan maupun kekalahan pilihan saya,buat saya adalah suatu hal konyol jika kita memilih seseorang di PEMILU hanya karena dasar pertimbangan kans menang dan tidak, bukan berdasarkan bisikan hati nurani. Maka saya memilih dengan hati nurani saya, JK adalah pilihan saya. Meski memilih JK saya harus tutup mata melihat pendampingnya yang sampai botak pun saya pelajari sosoknya tetap tidak bisa menyulkainya barang 1% saja.

Dan benar apa prediksi saya,JK kalah telak!eventh sama MegaPro sekalipun. Saya agak kesal karena kekalahan itu luar biasa anjloknya.Entah siapa mengkhianati siapa,saya gak tau,nasi sudah jadi bubur, dari awal pilihan saya emang kans nya berat.
Tapi saya kembali lagi diberi ‘kejutan’ ,kandidat saya tetap tersenyum dan berbesar hati dengan mengucapkan selamat pada SBY sang pemenang atas kemenangan di Election,mata saya panas oleh air mata karena saya terharu,betapa pilihan saya mengajarkan sebuah demokrasi yang sehat pada masyarakat. Dari sikap sederhananya untuk mengucapkan selamat pada pemenang sudah menandakan ia menerima kekalahannya dan mendukung sang Pemenang,ada berapa banyak pemimpin kita yg mampu menerima kekalahan?Isue panas Megawati VS SBY saja masih memanas hingga saat ini,lantas JK memberi warna baru bagi iklim demokrasi Negara kita.Ia lempeng menerima kekalahan,seakan tidak terjadi apa2 ia tetap menjalankan tugas disaat terakhir,ia tetap menjadi Wapres yang dulu..sampai akhir masa jabatannya,at least kesan itu yang ditangkap oleh masyarakat,ia tidak ribut2 atas kekalahannya....

Lamat-lamat dalam hati saya berkata,saya yakin akan ada rasa rindu dibeberapa kalangan akan kehadiran sosok pemimpin seperti beliau,karena jarang pemimpin di Indonesia berani bersikap keras dan apa adanya tanpa peduli akan tercompang camping seperti apa imagenya kelak..tapi itulah JK,si manusia baja,bisa dibilang saya cinta mati sama sosok ini.


Keyakinan saya akan siapa itu JK terkuak kemudian, beberapa hari lalu saya gak sengaja melihat buku baru berjudul MEREKA BICARA JK, ini bukan buku biografi dimana seseorang narsis menulis tentang dirinya sendiri. Ini adalah kumpulan kesaksian atau testimony banyak orang tentang sosok JK. Kalo para penulisnya adalah anggota Klan JK yang berasal dari partai Golkar saja sih saya sarankan anda buang saja tuh buku,sama aja boong. Tetapi para penulis testimony di buku ini berasal dari banyak kalangan, termasuk petinggi-petinggi media, dan orang –orang lain yang bisa dipertanggungjawabkan kredibilitas dan moralnya. Ada sederet nama mulai dari Wartawan senior Rosihan Anwar, Rosiana Silalahi, Najwa Shihab, Mutia hafidz,Jacob Oetama dll.

Mereka menulis siapa itu JK,kesan ketika berinteraksi dengan JK dan gaya leadership seorang JK. Kalo boleh saya bilang saya menitikkan air mata,tertawa dan belajar di buku itu.Gak mungkin orang-orang itu bohong akan apa yang mereka tulis,mereka orang-orang yang gak mungkin melakukan kebohongan public.
Hampir semua penulis menyatakan bahwa JK itu:
1. Gak bisa dibohongin,karena ingatannya kuat dan detail,semua anak buahnya (mentri-mentri dan kepala badan) tau kebiasaan JK untuk menuliskan PR anak buahnya yang masih pending di sebuah kertas post it kuning yang ditempel di depan meja kerjanya .
2. Dia bukan tipe ABS (asal bapak senang),dia senang didebat dan dikoreksi, dari mentri sampe ajudan bersaksi kebenaran hal ini.
3. Ia sosok yang sederhana
4. Memiliki kebiasaan menghitung segala hal sebelum memutuskan,ia selalu minta disiapkan kalkulator (meski kalkulator yg hanya bisa tambah,kurang bagi dan kali),ia kerap mengantongi pulpen murah dan notes kecil untuk menctat segala sesuatu temuan yang ia dapatkan di lapangan.
5. Ia sesosok pemimpin yang praktis,ia mampu membuat arahan-arahan teknis sehingga anak buah mampu mengikuti alurnya
6. Ia adalah seorang problem solver dan tangkas
7. Ia adalan man on crisis,saat genting ia lah tempat yang tepat untuk didatangi karena selalu punya ide cemerlang
8. Ia adalah sosok pemimpin siaga,siap 24 jam,dan mudah ditemu dan dihubungi

Dan hampir seragam,semua penulis menyesali berpisahnya SBY dan JK,karena mereka berpendapat SBY- JK adalah kombinasi yang komplit, SBY sebagai sosok yang berfikir jauh sedangkan JK adalah sosok yang mampu menelurkan ide2 briliant untuk jangka pendek dan menengah, JK seolah orang yang tepat menguraikan ide-ide SBY. Namun mereka (penulis testimony) pun berpendapat bahwa perbedaan kultur SBY dan JK lah yang menjadi satu-satunya penghalang, dan mungkin itulah yang kurang disikapi dengan positif sehingga terjadilah ‘perceraian’ itu.


Saya gak kampanye tentang siapa itu Jusuf kalla,saya hanya ingin berbagi, di Negara ini masih ada sesosok bapak bangsa, negarawan sejati, meskipun ia berlatar belakang sebagai saudagar…
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku ini, gak perlu merasa membaca kebohongan karena itu bukan biografi,itu kesaksian jujur dari puluhan orang terhadap seseorang,dan para penulis testimony sebagian besar adalah orang yang gak perlu diragukan kredibilitasnya.

Selamat membaca!

Tuesday, October 13, 2009

Menikmati Hidup tanpa Pembantu Rumah Tangga (PRT)

Saya sering kali iri melihat kehidupan orang di Negara maju, rata-rata orang hidup berumah tangga tanpa tergantung orang lain,artinya hampir sebagian besar rumah tangga yang dilakoni oleh penduduk sana tidak menggunakan jasa Pembantu Rumah Tangga. Dan hal itu adalah hal yang lumrah dan yang gak lumrah adalah apabila ada rumah tangga yang dihandle oleh pembantu rumah tangga,artinya keluarga itu pasti begitu kaya raya sehingga mampu membayar jasa pembantu. Saya melihat kehidupan normal tanpa pembantu itu tetap membuat hidup disana berjalan dengan, bahkan banyak orang yang memiliki anak lebih dari 2 pun tetap bisa menjalankan kehidupan dengan begitu lancarnya,dan gak menjadi huru hara seperti di Indonesia,yang masyarakatnya sebagian besar bergantung penuh pada jasa Pembantu rumah tangga. Bahkan saya sendiri pun terjebak dalam belitan ‘kemanjaan’ tersebut. Kenapa saya bilang hal itu sebagai suatu sifat manja?karena saya pun melihat kehidupan orang di Negara maju,mereka bisa hidup tenang dan gak perlu huru hara di rumahnya tanpa pembantu rumah tangga.

Saya adalah produk bentukan masyarakat yang lumayan bergantung sama jasa PRT,orang tua saya keduanya adalah pasangan yang bekerja,sejak saya kecil ortu saya menggunakan jasa PRT untuk mengurus rumah tangga dan mengurus kami. Namun lambat laun ketika kami besar, mama saya mulai menggunakan jasa PRT pulang pergi (tidak menginap) sehingga menuntut saya dan saudara perempuan saya ikut membantu pekerjaan rumah jika pembantu sudah pulang di sore hari. Hal itulah yang mengantarkan saya pada kemampuan memasak dan mengurus rumah. Namun kesalahan orang tua saya adalah tidak membiarkan semua anaknya belajar bekerjasama, anak laki-laki mendapat pengecualian, abang saya seperti di plot untuk gak mengurus rumah, tugas dia hanya mengurus mobil dan binatang peliharaan. Hal tersebut membuat ia menjadi orang yang tidak biasa bekerja rumah tangga Sehingga kami gak pernah berbagi tugas dengannya,padahal ia adalah lelaki yang paling memiliki energy lebih.

Saya yang juga terbiasa mendapat bala bantuan meskipun dari jasa PRT pulang pergi pun merasakan terus menerus tergantung orang lain. Saat ini disaat saya tidak memiliki pembantu tetap di rumah,saya baru menyadari,bahwa selama ini saya telah salah men- threat diri saya. Saya melumpuhkan kemampuan saya bermandiri dan mengurus semua sendiri,saya membiarkan diri saya larut dalam ketergantungan akan PRT,padahal dengan sedikit strategi yg efektif saya pastinya akan bisa.

Saya menyadari hal itu harus diperbaiki secepatnya,maka ketika saya kesulitan pembantu seperti sekarang ini,akhirnya saya mau tidak mau melakoni semua urusan rumah tangga sendiri,tentu dibantu oleh Tori. Yang Alhamdulillah memang terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sedikit crita ttg suami saya, dia adalah lelaki modern yang sama sekali tidak merasa tabu untuk mengerjakan urusan rumah tangga maupun mengurus anak. Sejak masih bujangan dia terbiasa berangkat kepasar untuk belanja kebutuhan rumah menggantikan mamanya yang memang sudah sepuh. Suami saya pun biasa mengurus keponakannya untuk hal-hal yang berkaitan dengan toilet. Dan satu hal,suami saya biasa nyuci sendiri dan menjemur bajunya sendiri,tanpa merasa malu kalo ada orang yang melihat. Buat dia pekerjaan rumah tangga itu gak ada masalah kalo dilakonin laki-laki, toh Rasulullah senentiasa membantu istrinya mengerjakan urusan rumah tangga,jadi gak ada yang salah…

Tapi untuk urusan dapur saya harus akui,suami saya tidak pandai dibidang itu,kalau dia ke dapur malah jadi berantakan,jadi kami pun sadar diri mengambil ‘jatah’ masing-masing. Saya ngurusin dapur, dia mencuci dan bebenah, dan urusan Lulla, kami membuatnya flexible,dengan cara membiarkan Lulla memilih kepengen lagi deket sama siapa,kalo lagi pengen sama saya ya saya yang ngurus,tapi kalo saya sibuk dia sama Tori ya mau-mau aja. Yang terpenting saya selalu menyempatkan diri mempersiapkan kebutuhan makanan,susu dan perlengkapan baju gantinya jika dia akan bepergian ikut papa nya ke kantor.

Sebenarnya,kami mampu menjalani rumah tangga tanpa PRT, toh kami sejak lama telah mencari alternative pengerjaan pekerjaan dengan mudah dengan memanfaatkan teknologi. Segala hal kami upayakan mudah dan cepat dikerjakan. Bahkan seperti urusan cuci setrika, dewasa ini telah menjamur jasa cuci dan setrika kiloan, kami pun memanfaatkan hal tersebut,jauh lebih efisien dan efektif!

Yang jadi problem adalah kami berdua bekerja, Lulla gak mungkin kami bawa terus ke kantor. Kalo lagi musim libur sekolah sih gak apa-apa,tapi ketika sudah masuk sekolah kayak gini,apa yang harus diperbuat?apalagi dia memiliki kegiatan les dari senin sampai rabu,maka sepulang sekolah ia butuh istirahat sebelum melanjutkan aktifitas selanjutnya…


Akhirnya saya kembali merecruit seorang pengasuh dan seseorang yg kebetulan meminta bekerja dan bersedia menjadi penjaga rumah. Tapi tugas kedua orang itu hanya untuk menemani Lulla, sambil bebenah,menyetrika dan menjaga rumah selagi kami belum pulang.

Masak ,mencuci ,mengurus keperluan Lulla dan urusan beberes hal-hal kecil lainnya kami tetap lakukan sendiri. Sepulang saya kerja,penjaga rumah dan PRT diperbolehkan pulang, dan pada weekend mereka kami liburkan,kami sendirilah yang melakukan semua pekerjaan rumah.

Entah terlalu dini atau tidak bagi saya untuk mengatakan bahwa hal ini menyenangkan!memang melelahkan bagi saya terutama,karena setiap malam sepulang kantor saya harus menyediakan makan malam,kemudian harus mempersiapkan masakan untuk keesokan harinya.Belom lagi saya harus mengurus keperluan Lulla sekolah dan les keesokan harinya,menyiapkan baju kerja suami untuk besok serta baju kerja saya sendiri.Jujur itu semua melelahkan,jam setengah 9 malam saya udah kelelahan dan siap tidur,tapi saya jadi lebih pagi saat bangun,jam 4 alarm tubuh saya udah membangunkan saya. Jelas menguntungkan bagi saya ,karena saya bisa sempat tahajud,menggerakkan tubuh saya dan dijamin tidak telat solat subuh!

Selain itu saya sendiri sudah merasakan nikmatnya hidup tanpa PRT,seperti yang sudah saya lakoni sejak 17 September lalu,diamana saya dan Tori bekerjasama mengurus anak dan rumah. Saat weekend pun kami jalani bertiga saja. Kami merasa lebih close satu sama lain,saya pun belajar untuk gak ngoyo untuk nyelesaian semua,pokoknya yang penting makanan tersedia dan ruang keluarga bersih. Alhamdulillah kalo dikerjain dengan gak ngoyo selesainya pun happy,gak bikin lelah dan gak jadi beban…

Pagi tadi,ketika suami saya berangkat mengejar flight paling pagi,saya merasa sunyi sekali di rumah,biasanya rumah saya tidak pernah sesunyi ini,tapi saya benar-benar menikmati kesunyian itu,hanya ada saya dan Lulla di rumah,sampai jam enam pagi pak supir datang,saya mulai kehilangan rasa menyengangkan itu…hohoho..saya mulai menikmati hidup yang menjaga privacy..saya mulai mengenal sisi kehidupan meyenangkan lainnya yang selama ini jarang saya rasakan..saya berharap kan datang satu hari nanti saya sekeluarga benar-benar dapat menikmati suasana penuh privacy dan bebas dari ketergantungan pada PRT. Saya berharap banget dapat mendidik Lulla untuk mandiri dan mengerjakan tanggungjawab hidupnya dengan efisien dan efektif. Semoga juga dijamannya nanti dia akan lebih mudah menemukan ‘jalan’ alternative untuk mempermudahnya menjalani tanggungjawab hidupnya…semoga saja kelak daycare di Indonesia akan menjamur kesemua wilayah, dan semoga juga mindset masyarakat lebih maju kedepannya,sehingga tidaka ada lagi manusia yang hanya hidup menjadi PRT,tetapi para PRT ini dapat berkembang mengerjakan peran strategis dalam masyarakat!

Menurut saya kebiasan bergantung pada jasa PRT ini sebenarnya harus kita geser perlahan,jangan biarkan diri kita dibuai oleh comfort zone yang sebenarnya membuat kita jadi lemah. Saya merasakan sendiri hidup hanya dibantu pengasuh anak,dan penjaga rumah,sebagian besar tugas rumah tangga harus saya tangani sendiri,di weekend pun saya dipaksa berubah peran jadi ibu rumah tanga, sungguh sesuatu yang awalnya saya rasa gak mun gkn saya lakonin,gak make sense saya menjalani beban seberat ini. Tapi diperjalanannya saya malah menikmati dan saya enjoy, saya tak lagi sakit hati oleh ulah PRT di rumah yang kerjanya malas-malasan, seenaknya merusak dan sembarangan memperlakukan isi rumah kita yang kita beli dengan susah payah,dan kita melihat tingkah polah aneh itu 24 jam!!

Now saya gak lagi tertekan di rumah saya sendiri,saya gak ngoyo harus begini dan begitu,karena saya sendiri yang mengerjakan,saya mengupayakan untuk mengkur kekuatan saya dan target kerja,yang penting anak dan suami bisa makan sehat,dan rumah juga gak kotor-kotor amat.

Hati kecil saya sudah mampu menerima jika ada yang kurang ini dan itu di rumah, karena saya sudah menganggap bahwa penjaga rumah dan pengasuh setengah hari yang ada itu hanyalah additional player dirumah saya, real player adalah saya dan Tori.

Jadi kalo ditanya, apakah kita bisa hidup tanpa PRT tetap seperti yang sudah-sudah, saya jawab BISA!,kelak jika jasa penitipan anak sudah ada dimana-mana maka saya yakin kita akan memasuki fase kemandirian seperti orang di luar negri.

Pada dasarnya kita pasti bisa asal kita mau…

Monday, October 5, 2009

Super Dad


Gimana interaksi anda dengan ayah anda sejak anda kecil?apakah semua orang merasa close dengan ayah masing2?
Saya rasa tidak…banyak orang yang saya kenal termasuk saya, tidak merasa dekat dengan ayah saya, hubungan saya dengan ayah saya ya gitu aja,dari dulu sampai sekarang papa bukan teman curhat,bukan seseorang yang selalu saya datangi kalo ada masalah,bukan orang yang saya anggap tepat menjadi shoulder to cry on, berbeda dengan mama saya.
Kalo ditanya kenapa saya gak dekat dengan papa?saya bingung juga,entah kenapa?padahal saya tau papa sayang kami semua,tapi kami berempat tidak ada yang dekat dengan papa.

Setelah dirunut lagi,kalo pengalaman pribadi saya,saya tidak dekat dengan saya karena alasan :
1. Papa sejak dulu menunjukkan sikap dictator,seolah berinteraksi dengan papa adalah hal yang menguras emosi dan rasa takut
2. Papa kurang terlibat dalam membantu kami menyelesaikan dan memecahkan hal-hal remeh,papa jarang mengambil alih kepengurusan diri kami
3. Papa jarang punya waktu bermain bersama kami,mungkin waktu kecil iya tapi setelah kami beranjak besar,papa jarang punya waktu untuk bercanda dengan kami
4. Papa tidak membiasakan untuk mendengar keluh kesah kami
5. Budaya jaman dulu menempatkan seorang ayah sebagai orang yang tidak harus disegani sekaligus ditakuti

Bukan saya tidak menyayangi ayah saya dan saya pun tau papa saya juga pastinya sayang sama kami,tapi saya sayangkan salah dalam mengimplementasikan rasa sayang itu sendiri.


Entah apa pertimbangan orang jaman dulu melakukan tindakan semacam itu sama anak-anaknya.Apa mungkin jaman dulu mentalitas anak-anak emang bisa dikerasin seperti itu sehingga anak-anak takut dan efeknya nurut sama orang tua?Atau karena banyaknya waktu yang seorang ayah habiskan untuk mencari nafkah membuat ayah tidak memiliki energy untuk menggali hubungan yang mantap dengan anak?Atau semua ayah merasa setelah tugas mereka mencari nafkah mereka tak perlu lagi terlibat dalam pengurusan anak?atau seorang merasa menjadi dekat dengna anak hanyalah kewajiban seorang ibu semata?

Tapi apakah cara itu efektif mendidik anak-anak kita?apakah sosok ayah harus menjadi sosok yang ditakuti jika hanya ingin anak dapat bekerjasama dengan baik dengan orang tuanya?memiliki anak-anak yang tidak kita miliki hatinya apakah itu yang anda inginkan?
Jawabnya :TIDAK!

Coba bayangkan,jika anak menjadi takut dengan ayahnya,kemana anak akan mencari tempat perlindungan?dengan terbukanya akses komunikasi dewasa ini kita sebagai harus ekstra kerja keras agar kehadiran kita adalah menjadi VIP di benak dan hati anak-anak kita,bukan sebaliknya. Anak harus dikondisikan nyaman dan damai dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan kita sebagai orang tuanya. Ibu dan ayah harus mampu menjadi sahabat bagi anak. Semua dilakukan agar anak tidak mencari tempat lain untuk mencurahkan hati dan berbagi,khawatir berbagi di tempat yang salah..

Kalau kedekatan dengan ibu,biasanya hal itu terjadi secara alamiah,sejak dalam kandungan hubungan ibu dan anak sudah menjadi istimewa, dan melalui ASI hubungan emosional anak dan ibunya akan semakin kuat.Lalu bagaimana dengan ayah,apakah mereka memiliki kesempatan untuk secara otomatis memiliki hubungan emosial ?jawabnya :TIDAK.
Seorang ayah harus berupaya lebih keras untuk memiliki tempat di hati anaknya. Gimana caranya?

Dari apa yang saya amati,ayah harus ambil peranan dalam perkembangan anaknya,buat anak nyaman dengan cara:
1. Bantu ibu dalam mengurus anak,misalnya Ibu bertugas menyusui,gak ada salahnya ayah mengambil alih pekerjaan mengganti popok maupun menyuapi anak.
2. Punya waktu khusus hanya untuk sekedar bercanda dan bermain,jika sudah besar dan sudah bisa diajak jalan berdua,sempatkan mengajak anak jalan-jalan ke tempat yang anak sukai tanpa ibunya.
3. Memiliki waktu untuk makan bersama anak entah pagi maupun malam.
4. Memiliki keseriusan dan minat khusus mengikuti perkembangan anak
5. Membangun kebiasaan menjadi teman bicara yang ‘asik’ bagi anak
6. Mengajak anak memahami dan melihat bagaiamana ayah menghabiskan waktu diluar sehingga anak tau pengorbanan yang dilakukan seorang ayah untuknya
7. Dsb…



Adalah cara yang salah apabila seorang ayah yang berupaya merebut hati anak dengan cara melimpahkan anak dengan hadiah-hadiah yang mungkin sebenarnya tidak diperlukan anak itu sendiri,karena hal itu bukannya mampu menempatkan anda sebagai super dad,malah anda telah merusak mental anak anda sendiri menjadi anak manja dan pemboros.

Memang enggak mudah, bagi seorang ayah yang mungkin gak terbiasa menangani hal-hal kecil terutama dalam pengurusan anak,tiba-tiba harus ekstra jeli mengambil peran bagi anak. Butuh kemauan dan usaha yang keras,serta butuh kepekaan tertentu.Menjadi ayah yang baik memang butuh pengorbanan baik tenaga maupun waktu,tapi sangat worthed kok dengan predikat super dad di benak anak.

Jika bagi anak ayah adalah seorang super dad,anak biasanya sulit menentukan lebih dekat dengan mama or papa,karena bagi anak kedua orang itu adalah mataharinya,belahan jiwanya.

Hayo siapa mau jadi super dad?

Pernikahan My Lil’ Sista



Dua tahun terakhir saya diberi amanah sama ortu saya, adik saya Epit, tinggal di rumah saya, dan menjadi tanggung jawab saya dan Tori, secara financial sih tidak,karena adik saya sudah bekerja dan berpenghasilan sendiri. Setelah lulus kuliah ia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan mencari kerja, maka ia tinggal bersama saya. Epit adalah adik bungsu saya,kesayangan papa mama saya,maka gak heran dia manja dan gak bisa apa2 selain berprestasi di bidang akademik. Sejak tinggal sama saya,saya gak menerapkan manja manjaan,buat saya semua orang harus mandiri, selayaknya perempuan lain ya harus bisa mandiri,setidaknya siap jika harus melangkah ke jenjang pernikahan. Si lil sista ini saya paksa untuk punya tanggungjawab,kadang gak tanggung-tanggung saya omeli habis-habisan kalo dia mulai malas-malasan. Di hari weekend pun kamar nya selalu saya gedor di pagi hari,saya ajarkan dia terjun ke pasar tradisional,belajar belanja dan mengatur menu rumah. 2 tahun sungguh membuatnya lebih maju, di bulan ramadhan lalu,dialah yang selalu bangun lebih dulu memberi komando ke para pembantu untuk mempersiapkan makanan sahur.

Dan kemarin setelah lebaran,saya sekeluarga mengantarkan si bungsu ini ke jenjang berikutnya,yaitu pernikahan. Saya pernah cerita sebelumnya,kalo adik saya berhubungan serius dengan salah satu sahabat saya,dan sekarang mereka mengikatkan diri dalam tali pernikahan.




Lega,senang sekaligus sedih,kenapa sedih?karena saya tentu akan merasa begitu kehilangan dia sebagai teman curhat saya di rumah,mungkin nanti saya akan merindukan sesi ngobrol ngalor ngidul sepulang kerja dan kadang curhat ini dan itu. Mungkin juga akan merindukan ritual tukar-tukaran baju,tas dan sepatu yang kerap kami lakukan setiap hari.Saya pasti akan merasa sedikit kehilangan nantinya…

Pernikahan my lil sista berlangsung Minggu 27 September 2009 lalu,di masjid Sidratul Muntaha di Jl.Gajah Mada Bandar Lampung,sebuah masjid tempat saya dan epit dulu mengaji di TPA-nya,saya ingat betul, dulu kami berdua setiap sore berjalan kaki ke masjid itu untuk belajar mengaji.Bagi epit yang saat itu masih TK mungkin itulah tempatnya petama kali belajar al Qur’an. Dan kemarin menjadi tempat bersejarah baginya….




Alhamdulillah acara akad nikah dan resepsi berjalan sangat mulus,gak kurang satu apapun meskipun sehari sebelum acara seserahan (Jumat 25 September 2009) terjadi bencana kebakaran di rumah sebelah rumah papa saya padahal saat itu tenda sudah berdiri tegak. Bayangin deh kalo aja Allah gak berbaik hati menghembuskan angin sehingga membawa arah api menjauhi rumah kami,saya yakin api sudah melalap tenda tersebut. Kebakaran besar itu telah meneganggkan kami sesaat,adik dan papa saya sampai jatuh pingsan, kami saat itu sudah pasrah!. Alhamdulillah angin benar2 menjauhkan arah api dari rumah kami,sampai pemadam kebakaran tiba dan memusnahkan api..alhamdulillah…Itulah cerita seru sebelum acara pernikahan adik saya .Dan kembali kami bersyukur,acara selanjutnya berlangsung sangat lancar..
Tinggal nanti harus lebih konsentrasi lagi untuk menyelenggarakan resepsi di Jakarta 24 oktober malam mendatang di Balai Sudirman,doakan semoga kembali lancar ya…