Pages

Friday, October 12, 2012

Pilihan untuk Bekerja


Setiap hari saya pergi bekerja, dari pagi hingga petang. Hal yang sungguh enggak mudah, selain lelah perjalanan, juga lelah fikiran karena rasanya tiada hari tanpa sibuk dan harus menyelesaikan berbagai tumpukan tanggungjawab. Lebih lagi saya adalah seorang istri dan ibu sekaligus. Saya mungkin sudah ratusan kali mengalami kejenuhan, kecapean dan demotivasi terhadap rutinitass kerja saya ini.

Adalah bohong jika ada manusa yang tidak pernah jenuh, capek dan demotivasi dlm menjalani rutinitas kerja sehari hari, karena pada dasarnya semua manusia selalu ingin hidup enak dan bahagia.

Tapi ini kan hidup, mana bisa isinya seneng terus, mana bisa isinya mudah terus, pasti ada titik enggak enaknya dan titik susahnya.

Jadi saya melihat kerja itu bukan sebagai beban, tapi sesuatu yang emang suatu pilihan yang harus dijalanin. Ketika harus berhenti nanti ya bukan karena pertimbangan yang sepele atau bukan karena emosional. Apalagi gak bisa terus kerja karena alasan dikeluarin orang atau karena dipaksa dengan alasan kita tidak produktif lagi dan jadi beban orang.

Kerja itu saya buat sebagai salah satu bentuk ibadah saya sama Allah. Saya kerja bukan cuma sekedar nutupin kebutuhan hidup. Saya memang bekerja motivasi awalnya untuk anak2 saya, yap! Saya punya mimpi besar atas masa depan mereka, dan biaya untuk itu saya rasa tidak sedikit, dengan saya bekerja maka saya memiliki income yang bisa saya persiapkan untuk itu. Tapi karena ini untuk masa depan anak-anak maka saya mau income yg masuk itu harus lewat jalur halalan thoyiban, artinya halal dan atas ridho Allah SWT. Saya enggak mau se-sen pun income saya masuk dengan unsur ketidakadilan. Saya mau income saya emang setara dengan hasil kerja saya. Artinya, saya mau kerja keras dan atas itu pula saya ingin dibayar pantas. Saya enggak mau kalo saya magabut (makan gaji buta) karena saya anti jika tidak menunaikan kewajiban saya dengan baik sementara saya dapat hak saya utuh. Oleh karena itu effort kerja saya minimal harus sepadan dengan apa yg perusahaan bayar ke saya. Ini ada kaitannya dengan barokahnya pendapatan saya yang saya peruntukkan untuk anak2. Bayangin kalo dari sisi dana simpanannya aja enggak barokah, gmn jalan kedepan anak2 saya? Jangan2 saya malah jadi org tua yg tidak amanah krn memasukkan rezeki tidak halal untuk anak2 saya yang kemudian menjadi penghalang masa depan mereka? Na’udzubilaminzalik.

Itu alasan utama saya, alasan kedua saya ingin anak- anak punya role model yang memberikan mereka referensi tentang kerja keras, orang tua mereka memperlihatkan betul kehadapan mereka bahwa hidup itu tidak mudah, semua harus dikejar dengan kerja keras. Setiap manusia punya peran, dan itu semua harus berjalan dengan baik dan penuh tanggungjawab.

Alasan ketiga , saya ingin punya prestasi yang saya persembahkan untuk anak- anak saya, saya tidak semata mengincar jabatan demi pendapatan, tapi saya ingin mewarisi gaya kerja yg professional, berintegritas dan penuh prestasi. Karena saya pun melihat papa saya dulu bekerja penuh dengan integritas, bahkan bisa senantiasa menjaga prinsip dirinya di sebuah instansi kerja yang lumayan dinilai terkorup di negeri ini. Saya percaya anak2 akan melihat apa yg orang tuanya lakukan.

Jadi sebagai ibu bekerja, saya ingin sedikit berbagi perasaan, bahwa saat kalian para ibu memilih untuk bekerja dengan pertimbangan apapun, lakukanlah dengan penuh tanggungjawab kepada Allah swt. Karena peran kita sesungguhnya adalah ibu, pendidik anak- anak, maka jangan pernah memilih untuk berkarier hanya karena untuk status/ prestige dan prinsip asal dapat uang bulanan sementara cara kerja seenaknya, tidak berintegritas,professional dan tidak jujur, apalagi sering membohongi perusahaan dengan mengatasnamakan anak supaya dapat dispensasi untuk malas- malasan.

Ingat setiap kita pergi bekerja, sesungguhnya kita telah merenggut waktu yang seharusnya kita peruntukkan untuk anak2, jadi jika memilih untuk bekerja jangan sampai pilihan itu malah membawa keburukan kepada anak2 kita, seperti rezeki yang tidak halal, kita memupuk keburukan karena sikap kerja kita yang pemalas, tidak professional, tidak jujur maupun mental kerja buruk lainnya, jangan pula kita mewariskan atau mencontohkan mental kerja yang buruk semacam itu kepada anak2.

Pilihan menjadi pekerja ada pada diri masing2 orang, tapi bekerja itu harus dikembalikan kepada tujuan yang hakiki, bahwa hak dan kewajiban kita selaku pekerja dan mahluk Allah harus memenuhi unsur adil, agar hasil kerja kita dan waktu yang kita habiskan untuk bekerja mendapat ridho Allah dan barokah buat anak- anak kita…

 

Selamat berjuang!

Friday, August 31, 2012

Membangun Mimpi, bentuk upaya kemandirian financial keluarga


Seberapa banyak orang yang sadar akan pentingnya menabung?Era sekarang orang cenderung lebih memilih menggunakan system kredit daripada menyisihkan penghasilan untuk menabung.
Fasilitas kredit yang saat ini sudah benar- benar diobral memang cenderung menjanjikan orang yang memiliki berbagai kebutuhan, kadang tanpa sadar kredit yang ditawarkan sebenarnya justru merugikan, bukan menguntungkan. Ada beberapa jenis kredit yang menguntungkan, salah satunya kredit rumah, membeli rumah melalui kredit memang dinyatakan sbg bagian dr invesasi, mengingat harga rumah cenderung terus naik.
Namun sayangnya jaman sekarang orang mudah tergiur dengan adanya tawaran berbagai macam krdit untuk keperluan-keperluan yang bukan basic need dan barang- barang yang memiliki nilai penyusutan tinggi, seperti kredit kendaraan, kredit gadget bahkan kredit liburan. Untuk mendapatkan fasilitas- fasilitas kredit itupun sangat mudah, jadi hal ini begitu menggiurkan.
Sebenarnya yang mendorong kita untuk berani kredit ini dan itu adalah karena kita merasa kita punya uang sisa setelah pemenuhan basic need. Ketersediaan dana di depan mata tanpa alokasi jelas, tentu akan mendorong kita berfikir, mau beli apa lagi ya?Ujung- ujungnya kita akan menghabiskannya untuk membeli sesuatu baik tunai maupun kredit padahal barang- barang itu mungkin bukan kebutuhan utama. Dan yang paling parah adalah jika kita menghabiskan semua uang nganggur kita itu untuk kredit sementara kita tidak punya tabungan, apa jadinya jika ada hal mendadak yang sifastnya cenderung musibah bagi diri kita, system kredit dalam hal ini tidak akan meringankan anda, justru malah menghimpit anda dalam kesulitan.
Sebelum anda terjebak dalam iming- iming angin surga kredit, sebaiknya anda memulai untuk merencanakan keuangan anda. Memang gak mudah, tapi mulailah dari membangun mimpi terlebih dahulu. Jika anda punya mimpi, tentu anda akan berupaya meraihnya. Buat mimpi jangka pendek dan jangka panjang.
Mimpi jangka panjang misalnya, saya mau menyekolahkan anak ke Luar Negri, ini mimpi yang masih nanti- nanti terwujudnya, tapi gak kalah juga dengan besaran biayanya yang enggak sedikit, anda punya jangka yang panjang untuk mulai menyisihkan uang untuk meraih mimpi yang satu ini. Boleh juga anda membangun mimpi jangka panjang anda dengan keinginan memiliki rumah baru yang lebih besar 10 tahun lagi misalnya, besaran biayanya tentu tidak sedikit, dengan memasukkan sebagai mimpi jangka panjang, tentu anda punya banyak waktu untuk mewujudkannya pelan- pelan.
Lalu mimpi jangka pendek, misalnya saya mau punya motor baru tahun depan, atau saya mau traveling ke Thailand Tahun depan, jangka yang Cuma setahun dua tahun adalah jangka yang pendek,dan realisasinya pun sangat dekat, besaran biayanya pun tidak terlalu besar, cukup realistis bagi kita untuk mencapainya dalam jangka waktu yang pendek.
Setelah anda memiliki mimpi- mimpi ini, mulailah menyisihkan uang- uang yang semula anda pikir uang nganggur itu kedalam tabungan2 khusus.
Misalnya untuk mimpi jangka panjang, cobalah ikut serta dalam fasilitas tabungan yang sifatnya rencana, fasilitas ini marak disediakan oleh bank- bank. Sistemnya menabung dengan cara autodebet dari rekening anda oleh bank. Bank akan memotong tabungan anda sejumlah yang anda sepakati dengan bank sampai dengan jangka waktu yang juga telah disepakati, dan baru dapat diambil setelah jatuh temponya terlampaui. Menabung dengan cara ini sungguh tidak terasa,karena kita tidak perlu repot menyetor atau tidak perlu repot menahan diri untuk tidak mengambil, karena memang ada waktu tertentu yang kita sepakati dengan bank supaya uang itu bisa kita ambil.
Sedangkan untuk mimpi jangka pendek, mungkin bagi yang merasa bisa mengelola dirinya sendiri dengan disiplin, ia dapat mulai menyisihkan sendiri di tabungan anda setiap bulan. Namun jika anda merasa tidak disiplin dalam hal menyisihkan uang, sebaiknya kembali menggunakan fasilitas tabungan berencana namun jangka waktunya ambil yang singkat, misalnya setahun atau dua tahun. Saya punya tips lain untuk mengatasi ketidak disiplinan ini, saya kerap memiliki 1 tabungan yang sengaja tidak saya lengkapi dengan fasilitas ATM (ATM sengaja tidak saya aktifkan atau password saya acak dan lupakan), sehingga saya tidak mudah tergiur untuk menarik tunai uang tabungan saya di mesin ATM, dan jika harus mengambil harus melalui cara yang ribet yaitu ke bank terlebih dahulu.
Cara- cara menabung seperti ini kadang memaksa kita untuk menerima kenyataan bahwa uang nganggur kita memang tidak banyak, maka mau gak mau kita pun gak mudah melirik untuk menghabiskan uang kita untuk membeli barang- barang yang sebenarnya bukan keperluan bagi kita.
Sebenarnya dengan membuat tabungan- tabungan ini, kita juga memproteksi diri kita, jika kemudian hari ada keperluan yang sangat- sangat penting dan itu mendadak, kita dapat memanfaat kan tabungan kita ini tanpa harus kita kelabakan pinjam sana dan sini. Setidaknya kita punya kemandirian financial melalui penciptaan mimpi kita.
Jangan biarkan anda menjadi orang yang sepertinya memiliki semua barang dan gaya hidup yang trend namun anda sama sekali tidak memiliki tabungan. Itu namanya gak hits menurut saya…gede gaya dan jauh dari kesuksesan!eheheheh…
Menurut saya orang yang sukses adalah orang yang memiliki kemandirian financial, masalah terlihat bergaya hidup trendy atau tidak itu kan pilihan. Yang jadi prioritas adalah kita dapat membantu diri kita sendiri disaat sulit, kalo kita susah siapa yang mau nolong? Diri kita sendiri kan?peduli amat penilaian orang tentang outlook kita dan gaya hidup kita.
Hayuk mulai membangun mimpi, dan mulailah nabung biar sedikit, dari sekarang!

Wednesday, June 27, 2012

Antri

Suatu siang saya mendatangi rs ternama di jkt untuk berkonsultasi dng dokter kulit terkemuka yg jg merupakan sahabat baik saya.
Sehari sebelumnya saya sudah janjian dengannya untuk datang berkonsultasi dengannya. Ia berpesan spy berkali kali pd saya jk bsk saya sudah datang,saya bisa memberitahu pada perawat di poli tempatnya berpraktek tentang kehadiran saya, tujuannya supaya saya diprioritaskan untuk masuk duluan dan memotong antrian pasien lainnya.

Dan ketika saya melakukan pendaftaran via tlp saya mendapat nomor antrian 36 dan itu diperkirakan pukul 12.30.

Sesampai saya di rs, saya liat antrian pasien yg mengantri gak main2 banyaknya. Memang sempat terlintas keinginan untuk menggunakan fasilitas pertemanan saya dan si dokter agar waktu saya lbh efisien, karena saya masih ditunggu oleh bbrp urusan.
Tapi saya urungkan, saya nikmati saja antrian pasien yg tdk sedikit itu.

Meski waktu yg saya punya ga banyak, tapi buat saya ini resiko, toh ke dokter memang keperluan saya dan semua org disini jg sama2 perlu ke dokter dan juga sama2 punya keperluan lain yg sama banyaknya dengan keperluan saya.
Jadi disini posisi saya dan semua pasien lain itu sama, jadi meski saya bersahabat dengan si dokter saya gak lantas harus berbeda dng orang lain.
Kalo pun ada pasien yg hrs diprioritaskan adl pasien dlm kondisi darurat yaitu harus segera dapat penanganan jika tidak maka akan mencelakakan kesehatannya.

Sebagai sahabat tentu dokter ga mau saya sampai ga nyaman dng mengantri, tp deep inside saya lbh tidak nyaman jika hrs memotong antrian dan memprioritaskan diri saya hanya karena saya tdk mau antri. Mungkin ini idealisme saya yang aneh, tapi buat saya kepentingan semua pasien itu sama, semua hak pasien pun sama, jadi dengan kerendahan hati saya, saya menolak fasilitas itu, dan saya merasa jauh lbh nyaman duduk dibangku ini dan menuliskan ini.

Buat saya antrian adalah sebuah konsekuensi yang harus dilalui, antrian teratur adl gambaran orang saling mengahargai satu sama lain. Antrian yg teratur mengajarkan pada diri kita untuk menghormati hak orang lain.
Sederhana sih, tapi buat saya bermakna banyak, dan teach me a lot.

Have nice day!

Wednesday, June 20, 2012

Melatih anak belajar sebagai bentuk kerja keras

Hari ini Lulla bagi rapor semester dua di kelas 1. Saya cukup mengalami kecemasan,dan kecemasan saya ini dianggap berlebihan oleh suami saya.
Sebenarnya saya bukan cuma sekedar cemas sanak saya tidak dapat rangking. Karena buat saya rangking itu bukan barometer kesuksesan seorang anak, salah besar kalau paradigmanya semacam itu.
Tapi nilai rapor buat saya adalah ukuran keberhasilan bagi saya dan anak saya dalam melewati dan menguasai materi yang selama semester ini diberikan oleh guru. kenapa ada unsur saya dalam hal ini?
Saat ini saya tidak bisa menjudge hasil rapor Lulla hanyalah tangungjawabnya sendiri, saya sebagai ibu punya andil besar dalam hal itu, alasannya ;
1. Lulla masih belum terbiasa dengan sebuah tuntutan akademik
2. Lulla masih dalam masa pembentukan cara belajar dan mindset berprestasi
3. Saya adalah seorang ibu yang memiliki kewajiban mendampingi dan mendidik anak saya di rumah
Alasan- alasan itu yang membuat saya merasa masih memiliki kontribusi besar dalam hasil sekolah Lulla.
Saat ini Lulla dalam golden age, saya dituntut membentuk dia untuk terbiasa dalam memperjuangkan sesuatu, meraih sesuatu, memenuhi sebuah qualifikasi tertentu, berkompetisi secara fair, perfectionis terhadap hasil kerja dan bertanggungjawab terhadap waktu. Dan proses belajar dan ujian itu harus dilihat sebagai sebuah sebuah wadah ia berlatih untuk itu semua.



Saya pun menanamkan padanya bahwa dalam hidup harus kerja keras untuk mendapat hasil terbaik, kenapa? karena hidup itu adalah anugrah Allah swt. Hidup itu ada amanah yang kita emban, yaitu waktu dan penggunaan waktu dengna sebaik mungkin adalah kewajiban terutama umat muslim. Jika saya dan ayahnya bekerja keras dengan cara bekerja mencari nafkah dan menjalani kewajiban kami mendidik anak- anak, maka seorang anak punpunya bentuk kerja keras yang tidak sama, yaitu belajar untuk meraih hasil pendidikan terbaik, dan kerja keas adalah bentuk tanggungjawab kita terhadap umur yang diberikan oleh Allah.
Setiap hari ia sekolah, ada guru yang bersusah payah menyampaikan materi pelajaran, ada uang sekolah yang dibayarkan orang tua agar ia belajar, ada persaingan ketat dihadapannya kelak, dan ada waktu yang tiap hari ia habiskan dalam bersekolah, maka itu semua harus ia pertanggungjawabkan dengan benar. Dan belajar dengan baik adalah sebuah cara ia bertanggungjawab . Sementara ujian atau ulangan adalah cara untuk mengevaluasi kerja kerasnya selama 1 semester.
Semester lalu ia mendapat rangking 3, tidak terlalu sempurna, saya tidak memarahinya. Saya mengucapkan selamat padanya, tapi secara fair saya mengatakan padanya bahwa saat ini ia belum maksimal bekerja keras, masih ada 2 teman lainnya yang menduduki rangking 1 dan 2. Artinya mereka lebih baik dari Lulla, Lulla harus sadar itu bahwa ia masih punya 'pe er' untuk mengejar prestasi temannya, karena inilah persaingan, yang dicari adalah yang terbaik, maka selalu semangat ntuk mengejar prestasi untuk menjadi yang terbaik adalah wajib.
Saya bukan ambisius, tapis aya secara fair memberi gambaran pada anak saya bahwa hidup tidak mudah. orang tidak boleh mudah puas atas sesuatu yang dicapai, karena hidup ini isinya ya perjuangan sampai akhir hayat. membiasakan diri bekerja keras menurut saya adalah baik adanya daripada kit amembiarkan kemalasan tumbuh dalam diri anak- anak kita.
Dan dalam golden age ini, saya berusaha semaksimal mungkin membiasakan Lulla untuk bekerja keras, karena insyalah bisa ia lekatkan dalam ingatannya dan ia tanamkan semangat ini seumur hidupnya. Intinya menjadikan bekerja keras adalah kebiasaan dirinya.

Friday, June 15, 2012

Management Asi Ekslusif

Kegagalan memberi ASI ekslusif di anak pertama saya, membuat saya ingin sukses di anak kedua. Bukan karena pilih kasih atau apa pada anak, tapi pada waktu saya memiliki Lulla, lingkungan tidak kondusif mendorong saya untuk memberikan ASI ekslusif. Saya bisa katakan karena kebodohan saya lah sehingga saya iya aja apa kata sekeliling saya, harusnya kan saya punya program tertentu buat buah hati saya,bukannya ikut aja apa kata orang disekeliling.
Tapi ya sudah lah, itu jadi pelajaran berharga buat saya, ketika Lulla tidak mendapat ASI ekslusif,maka kesehatan Lulla pun kurang tangguh seperti anak2 lain, saya yakin imunitas ini tidak terbentuk karena asi yang diberikan tidak maksimal.
Sekarang berbicara tentang Brave, sejak hamil saya begitu giat browsing pompa asi yang recomended, saya tanya sana sini. yang banyak disarankan adalah merk Medela. Saya mengukur situasi keuangan dan kebutuhan, saya pun memilih medela Swing, meski hati cukup naksir melihat Medela yang seri free hands, yang bisa memerah kedua payudara langsung tanpa harus dipegang pula, asik banget. tapi akhirnya saya cukup memilih medela Swing, dengan teknologi two phase, jadi gak cuma sekedar memerah tapi juga memberikan pijatan. Tapi buat saya selain teknologi two phase ini ada 1 hal yang cukup membantu, yaitu corong pompa yang terbuat dari silicone, sehingga cukup lembut dan tidak mudah membuat payudara lecet. Karena beberapa review teman- teman pengguna mini electric rata2 merasakan agak sakit karena corong yang keras.
Ketika Brave baru lahir saya langsungmenyusuinya, ia pun room in bersama saya dikamar, saya tidurkan satu tempat tidur dengan saya. ia terlihat begitu rakus meminta ASI, bolak balik saya menyusuinya. Saya merasa ini waktu yang tepat untuk mulai memompa ASI. Finaly, sejak itu saya mulai memerah ASI saya meski masih 2 hari di rumah sakit. Awalnya pertama kali merah, saya dan mama saya sama-sama bengong karena asi yang diharapakan tidak juga terlihat di botol tampungan. Sekian menit kemudian tetesan2 ASI mulai mengisi botol. Apakah langsung melimpah? eheheh jangan harap, saya cuma dapat 10 ml. 2 jam kemudian saya coba lagi, terus demikian, sampai kemudian beberapa kali merah hari itu saya akhirnya bisa juga memperoleh 25ml sekali perah. Situasi itu berlangsung selama 4 hari dirawat di RS, sampai saya bisa memerah 50-70ml sekali perah. Banyak teman yang bilang untuk apa masih cuti kok merah? Buat saya pribadi tujuan awalnya cuma mau melatih diri untuk rutin merah dan memperbanyak produksi ASI. Tapi ternyata ada gunanya juga, saat harusnya kami pulang dr RS, ternyata Brave kuning (bilirubinnya tinggi) maka ia harus menambah waktu untuk dirawat untuk mendapat sinar secara intensif. Saat itu ia harus banyak minum ASI, maka ASI perahan saya selama di RS sangat berguna.
Sepulang dr RS, saya tetap memerah ASI, saya menyimpannya dalam plastik2 khusus untuk menyimpan ASI yang memang BPA free. kenapa saya pilih plastik bukan botol beling? agar mudah mencair saat ingin digunakan, kalo botol agaknya bth proses lebih lama untuk membuat ASI menyesuaikan suhu ruangan dan mencair.
Pada hari ke 17, Brave dinyatakan butuh disinar lagi untuk kedua kalinya, dengan alasan bilirubin yang masih tinggi. Akhirnya di rs dekat rumah ia dirawat, lagi2 asi tampungan saya kembali bermanfaat. terpakai banget untuk memberi asi untuk brave yang mudah haus karena disinar.
Setelah brave berusia 3 bulan saya kembali bekerja, setiap pagi saya membawa peralatan pumping untuk memompa asi di kantor. Maklumlah masih dibawah 6 bulan, kekawatiran saya masih besar, takut stok asi tidak mencukupi. Jadi saat itu saya mentargetkan seharian di kantor saya pompa asi 2 kali, masing2 saya biasanya mendapat 150-200ml sekali pompa. Alhamdulilah saya tidak mengalami kendala, stok ASI saya dikulkas biasanya sekitar 30-40bungkus. Setelah bulan ke 8 saya mengalami penurunan produksi ASI, mungkin karena intensitas Brave menyusui tidak seperti sebelumnya, pumping di kantor pun paling banyak saya dapat 200ml/ hari. Sekarang stok ASI paling hanya 20 bungkus tidak semelimpah sebelumnya.
Untuk mekanisme penyimpanan, saya standar mencatatkan hari - tanggal, jam dan ml asi tampung tersebut. Saya tempatkan di freezer kulkas rumah saya. Setiap memompa asi dikantor saya menyisipkan blue ice di dalam tas asi saya, untuk membantu asi bertahan baik sepanjang jalan.
Ada banyak mitos tentang makanan yang berpengaruh pada produksi asi, buat saya produksi asi cukup melimpah jika saya banyak makan daun2an dan daging, walahu’alam bener apa enggak,tapi jika makan saya banyak emang cukup ngaruh juga. Yang pasti pengaruh adalah jumlah air minum yang saya konsumsi, makin banyak asi saya insyallah lancar.
Alhamdulilah selama 11 bulan 2 minggu ini, proses menyusui masih berjalan lancar, meski saya menemui beberapa kendala karena Brave tidak suka pakai dot, sehinga jika saya tinggal pergi kerja pengasuh akan sangat kerepotan memberinya asi. Meski baru2 ini kami sudah menemukan solusi, ia lebih suka minum asi menggunakan mag mag (gelas bayi). Overall sampai hari ini saya berhasil mewujudkan mimpi saya memberi asi ekslusif untuk anak saya, alhamdulilah...
Ayo ibu2 bekerja jangan patah harapan, ternyata memberi asi ekslusif itu bisaaaaa banget.

Wednesday, June 6, 2012

Our 8th wedding anniversary

Hari ini adl hari spesial u saya dan tori, kami merayakan 8 th ulang tahun pernikahan kami. Masih seumur jagung, meski rasanya bgitu byk yg sdh kami lewati.
Cobaan demi cobaan tlah Allah perkenankan bagi kami untuk melewatinya, dan saat ini merupakan fase yg gak kalah berat yaitu mempertahankan dan menjaga nya. Kenapa berat? Krn smakin hari gangguan yg datang jg tdk main2, yg paling hrs dijaga adl bgmn mempertahankan komitmen setia, bgmn menumbuhkan rasa kasih sayang tanpa rasa jemu dan bgmn tetap istikomah menjaga amanah2 dr Allah.
Semoga Allah senantiasa melindungi kami sekeluarga dr smua godaan prilaku buruk yg membahayakan keutuhan keluarga kecil kami.

Sekelumit cerita hari ini, tengah malam tadi tori membangunkan saya, dia menyerahkan kotak merah mungil berisi cincin cantik yg tak mampu ia belikan disaat ia melamar saya dulu. Namun yg lucunya dr cincin itu adl, cincin itu sdh melekat di jari saya ketika saya ke jewelry langganan bbrp hari sebelumnya, saat itu saya sedang mebawa perhiasan yg butuh direparasi, saya tertegun dng kecantikan kilau cincin itu, saya berniat serius u membelinya , namun ketika minta advice suami ( kebiasaan saya beli apapun meski dng uang sendiri slalu minta advice suami) ia menyarankan u tdk membeli cincin itu,dng alasan saya lg byk pengeluaran, saya nurut saja pdhl ditabungan saya ada dana yg bs dipakai, haha... Taunya dia mau kasih saya surprise tadi pagi. Bukan krn barangnya yg emang cantik dan emang saya inginkan, tp cerita lucu dibalik belinya benda ini dan niat dia u kasih kejutan yg buat saya akan mengenang ini selalu..
Hari ini kami khusus cuti u bersama seharian, dia ajak saya makan siang, katanya tempat spesial, haha .. Ternyata dia ngajak mkn di warteg yg ada di jl raya ciawi, dia bilang impiannya emang ngajak saya mkn disitu, di riuhnya warteg, tradisionalnya penyajian makanan, interaksi sosial yg terjalin dimeja panjang sebuah warteg, dan sgala keunikan sebuah warung makan yg sederhana, and we enjoy it alot.
For all im happy for today, dng celebration yg sederhana kami tau we love each other dng cara yg sederhana dan apa adanya..

Thursday, May 31, 2012

Peran Ayah dan Mengasuh Anak

Suatu sore saya datang menghadiri Kultum di masjid kantor, acara rutin yang diselenggarakan oleh pengurus masjid kantor. kali ini tema pembahasannya pendidikan anak. Saya type orang yang suka sekali dengna hal2 berbau parenting, menarik untuk disimak.
Biasanya untuk urusan mendidik anak, maka ibu yang yang seolah di kultuskan sebagai ujung tombaknya, tapi kali ini si ustadz mengetengahkan sasaran yang menarik, yaitu ayah sebagai ujung tombak pendidikan anak. mengapa? Selain karena ia mengacu pada banyaknya kisah ayah-anak di Al Quran yang banyak, ia pun melihat dari aspek psikologis anak akan lebih pede dengan kehadiran ayahnya.
Kenapa kita sering mendengar bahwa perceraian orang tua bisa berdampak buruk bagi perkembangan anak?nah saya mendapat jawabannya disini. Seorang anak memang selayaknya tumbuh di keluarga yang utuh, dimana figure ayah dan ibu lengkap tersedia untuk mereka amati, dan hal itu bs tidak terwujud disituasi keluarga yg tidak utuh.
Ini koreksi buat saya dan suami, yang awalnya kami mengkotakkan bahwa urusan anak2 itu urusan saya, suami taunya beres. Ternyata gak semuanya hal itu bener adanya.
Untuk urusan anak, idealnya harus ada pembagian peran, saya dan suami berbagi porsi pengasuhan, idealnya semacam itu, dan kami pun memang sudah merubah situaasi ke arah itu meski belum juga total sempurna.
Sewaktu saya melahirkan Brave, memang kami sepakat, kehadiran suami saya harus kongkrit dirasa oleh Brave, Brave harus dekat dan intim dengan papanya. Tujuannya agar Brave menjadikan papa nya sebagai rolemodel. Ia harus akrab sama papa nya, untuk itu pola yang tadinya semua urusan anak saya yang handle, sejak itu kami ubah.
Suami saya pelan2 ambil bagian dalam ngurus Brave, sekarang aturan di rumah cukup jelas, tiap pagi tugas suami saya adalah memandikan Brave, sepulang kerja jika Brave belum tidur tugas suami saya menimang Brave sampai tidur. Jadi memang suami saya terlibat betul dengan pengurusan Brave, tidak seperti waktu Lulla kecil dulu. Kami yang minim pengetahuan dan begitu banyaknya orang yang siap membantu membuat suami saya berada pada urutan terakhir dalam mengasuh Lulla. Efeknya jelas kami rasa sekarang, Lulla lebih mencontoh saya pada semua hal, dan ia lebih bisa memahami apa yang saya katakan daripada papa nya. Ini kurang seimbang. Terlebih lagi, Lulla kurang percaya diri, tidak suka kegiatan fisik seperti bersepeda dan man keluar rumah,dan yang parahnya Lulla tidak punya keagresifan lelaki saat harus melawan teman2 lelakinya yang kerap nakal,  itusemua karena kurang stimulus yang harusnya ia dapatkan dari papa nya. jadi pendapat si ustadz ada benernya, anak2 perlu mengadokpsi gaya sikap laki2 yang ada pada diri seorang ayah, bagaimana kaum lelaki berfikir secara logis, bagaimana lelaki marah dengan perempuanmarah kan berbeda, jadi kebayang gak kalo seorang anak laki2 menumpahkan rasa marahnya ala perempuan karena minimnya role model dari ayahnya?kan jadi konyol. hal- hal ini yang harus kami perbaiki di pengasuhan Brave yang kebetulan memang anak laki- laki.
Sekarang suami saya kerja keras mengejar ketinggalan itu, maka untuk urusan Lulla seperti les dan lainnya, suami saya banyak melibatkan dirinya. Mudah2an tidak terlalu ketinggalan.
Nah berbicara mengenai peran ayah, ternyata apa yang kami rasakan belakangan ini bahwa peranan ayah itu begitu penting, ini benar adanya, seorang ayah harusnya memiliki kewajiban yang sama dengan ibu dalam hal pengasuhan anak. namun yang kita lihat dilapangan kan berbeda. Banyak kalangan ayah yang sampai rumah benar2 tidak mau berurusan dengan anak. bahkan mertua saya berkisah bahwa kakek suami saya dulunya setiap pulang kerumah dan makan, anak2 nya tidak boleh menggangu, bahkan kakek suami saya itu total tidak ikut pola pengasuhan yang terjadi di rumah, gak tau apa2 tentang perkembangan anak, tau2 gak sadar anakanya udah pada besar saja. Sedikit banyak pola itu diadopsi oleh mertua saya, mertua saya jadi tidak familiar dekat dengan anak2nya, sampai anak2nya dewasa pun mertua saya tidak terbiasa menjadi teman curhat atau tempat berkonsultasi bagi anak2nya. Pada keluarga saya juga terjadi hal yang mirip, papa saya cenderung jadi orang terakhir yang tau tentang kami dibanding mama saya, karena sejak kecil papa saya memang tidak memposisikan sebagai pengasuh kami. Papa cenderung menjalankan tugas sebagai pencari nafkah dan pemberi izin jika kami memerlukan izin keluar dan bepergian.
Kasian sekali saya melihat papa saya dan papa mertua saya saat ini, peran mereka disaat anak2 dewasa jadi terasa nomor dua dibanding para mama. Ini semua menurut saya terjadi karena proses interaksi yang dibangun sejak anak2 kecil. Anak2 selalu diserahkan kepada para ibu, si ayah terima bersih hanya mau dekat anak di kondisi ideal, misalnya si anak lagi gak bersedih dan di kondisi yang sudah rapih, giliran disaat mood anak lagi down, anak sakit, anak lagi butuh bantuan, semua ditangani oleh ibunya,maka memori akan orang paling setia buat anak2 adalah ibunya, si ayah menjadi tidak menonjol.
Jadi para bapak harusnya berfikir lagi jika mau menjalankan pola lama tentang interaksinya dengan anak, saat anak2 masih kecil inilah saatnya merekatkan ingatan anak2 akan peran ayah, jangan sampai dimata anak2 peran ayah hanya si pencari nafkah dan pemberi izin, ternyata setelah anak2 dewasa ingatan akan hal itu tidak membekas sama sekali di benak anak. para ayah hanya akan menjadi orang nomor kesekian dibenak anak2nya.
jadi sebelum para ayah merasa kelak anak2 setelah dewasa durhaka, ada baiknya saat anak2 kecil lakukanlah peran sebagai ayah yang baik, jangan sampai kita menuntut anak tidak durhaka ketika mereka besar ternyata dimasa mereka kecil ayahnya malah menjadi orang tua yang durhaka karena hanya mau kebagian bagian yang 'enak'nya saja, sementara disaat sulit ayah cenderung 'cuci tangan'.

Thursday, April 19, 2012

Balada working mom

Bangun pagi,solat subuh,nyiapin makanan bayi untuk all day long,nyiapin anak berangkat sekolah,mandi,mandiin bayi,dandan,masuk ke mobil,antar anak ke sekolah sambil nyuapin bayi sarapan lalu ke daycare antar bayi,trakhir meluncur ke kantor,berkarya skaligus muter otak seharian,plg kantor jemput bayi di daycare,sampe rumah meriksa pr anak,nyiapin anak2 untuk tidur sambil review pelajaran anak sambil ngelonin+nenenin bayi.setelah anak2 sukses bobok,bersihin badan,siap mnunggu suami pulang,sambil upgrade diri baca buku dan al quran..itulah rangkaian padat seharian hidup saya......sungguh hidup gak mudah ya untuk dapetin surga dunia akhirat..

Monday, March 19, 2012

Raport Pertama Lulla di SD


Mungkin hampir seluruh ibu di dunia ini akan merasakan sama dengan apa yang saya rasakan, kawatir dengan prestasi anak- anaknya di sekolah. Yah,sejak Lulla masuk SD saya memang menjadi panik setiap kali dia akan menghadapi ulangan, karena saya tau betul bahwa psikologis anak yang dari TK ke SD itu lumayan berat.
Di TK anak-anak kan belum dituntut banyak, sementara di SD anak dituntut untuk mengejar prestasi. Kejadian pada Lulla, ia masih gak mengerti apa itu ulangan, kenapa harus ada jatah waktu pengerjaan soal, kenapa harus ngerjain PR, apa itu nilai, guna nilai itu apa. Dan lain sebagainya. Hal- hal yang gak mudah untuk dijelaskan.

Dengan kondisi seperti itu membuat Lulla seperti seperti malas2an dalam melakukan review pelajaran. Sebelum ulangan pun sepertinya santai2 saja, kadang malah saya yang sangat tegang dan panik, sementara ia tetap santai saja.
Saya akui Lulla adalah anak yang cerdas,dari sisi IQ ia memiliki keunggulan dengan berada di angka 120 jika diukur dengan skala Wechsler, tentunya tidak sulit baginya menangkap sebuah pelajaran, tapi menilik dari pola santai yang dia terapkan dalam belajar, saya tetap kawatir.

Ditambah dengan kesibukan saya mengurus Brave yang masih bayi dan mengurus karier saya yang juga gak tau kapan santainya, saya jadi terbatas untuk punya waktu mengajar Lulla.
Terkadang saya menyempatkan diri sepulang kerja mereview pelajaran, mengoreksi PR, mengajari pelajaran sekolah dan lain2. Kadang itu juga dirasa tidak kondusif, dimana di fisik saya yang lelah kadang membuat saya hilang kesabaran. Jadi yah, kadang seadanya saja.
Tapi memang kunci mengajar anak bukan kuantitas semata tapi kualitas dan kontinuitas,jadi gak bisa asal2an dan suka2 aja yah. Harus tekun biar mental belajar anak terbentuk disitu. Jujur saya belum sukses untuk itu.
Di bagi raport kemarin saya merasa belum maksimal, dari nilai-nilai raport yang dibagikan oleh sekolah, Lulla mendapat dua angka 10 yaitu di mata pelajaran English dan Bahasa Indonesia, dan nilai paling kecil adalah angka 8 untuk olahraga. Sepintas terlihat memuaskan karena buku raport dihiasi dengan angka 8,9 dan 10, tapi ternyata Lulla hanya berhasil menempati peringkat ke 3 di kelasnya.
Not bad but not really good, ehehehe...masih gak puas aja nih si ibunya ehehehe. Tapi saya cukup mengapresiasi dia atas pencapaian itu, lumayan lah untuk anak yang begitu santainya itu. Jadi saya tetap mengucap terimakasih atas persembahan prestasinya, dan saya juga masih berharap ada peningkatan yang berarti di semester mendatang.
Memang ini adalah fase yang gak mudah, dimana merawat bayi sendiri dengan impian memberi ASI sampai 2 tahun, harus dibarengi dengan memberi bimbingan belajar buat Lulla dan karier yang gak ada santainya, saya Cuma berdoa semoga Allah kasih kemudahan,saya harus tetep semangat dan optimis karena saya harus konsisten sama prinsip hidup saya bahwa "HIDUP HARUS DIISI DENGAN KERJA KERAS AGAR BERMANFAAT BAGI UMAT DAN AGAR JADI AMAL BAIK SEBAGAI BEKAL AKHIRAT..

Friday, February 10, 2012

Datang dan pergi

Ini foto diambil beberapa bulan lalu,disaat seorang karyawan yg semangat kerja dan hasil kerjanya bagus harus hengkang dari perusahaan. Saya sedih?yep! Boong kalo enggak.tapi saya gak boleh nahan masa depan orang kan?
Jadi setiap ada karyawan yg resign saya selalu ajak diskusi,supaya saya tau penyebabnya,jika ada ketidakpuasan karena kebijakan perusahaan yg tidak bisa diterima atau jikalau ada masalah pada pimpinan nya maka itu akam menjadi bahan evaluasi saya terhadap management. Jadi resignnya karyawan selalu saya pandang sebagai hal yang membangun.
Kadang ada rasa jengkel ketika nerima surat resign seseorang, brati saya harus kembali mencari pengganti,namun pola itu lambat laun harus dikoreksi, bahwa yg ideal adalah perusahaan wajib senantiasa membuat sistem2 darurat jika ada kasus resign.
Saya lebih menyukai sistem regenerasi yang berkelanjutan untuk mencegah kekosongan yang terjadi.

Karena saya berpendapat bahwa sebuah perusahaan yg besar adalah perusahaan yang tidak bergantung pada beberapa gelintir karyawan karena ia memiliki pasukan karyawan dan sistem kerja yang konsisten disegala kondisi.

Wednesday, February 1, 2012

Ibu rumah tangga adalah profesi tersibuk di dunia

Tulisan ini saya buat sebenarnya berkaitan dengan fenomena baru yang menjamur dewasa ini, fenomena Ibu Gaul, ehehehe...wajar sebenarnya kalo ibu2 bergaul, lha wong manusia kan?tapi wajar atau tidaknya pola gaul yang dimaksud itu menarik untuk ditelaah. Awalnya saya prihatin karena membaca email balasan dari seorang teman suami saya yang baru saya tegur karena prilakunya yang pernah (secara intens)merayu suami saya (saya pernah bercerita di postingan bertema reuni sebelumnya). Si teman ini kebetulan ibu rumah tangga, di permintaan maafnya ia beralasan ia sedang merasa jenuh dan reuni via bbm adalah hiburan satu2nya buatnya dalam menghadapi kejenuhannya, dan disitulah ia jadi bertindak salah dengan menaruh hati pada suami orang.

Disini saya sebagai sesama kaum ibu merasa prihatin, yang saya tau profesi sebagai ibu rumah tangga adalah profesi tersibuk yang ada di bumi ini. Dimana sejak bangun pagi hingga tidur, mata dan pikirannya terus berputar. Dari mulai anak, rumah tangga hingga suami. Sehingga seharusnya keinginan untuk berprilaku negatif tidak sempat terfikir, karena padatnya kesibukan seorang ibu rumah tangga.

Coba ayo kita runut circle kerja ibu rumah tangga, bangun pagi harus ibadah, lalu menyiapkan sarapan bergizi sambil mempersiapkan keperluan anak2 untuk sekolah, belom lagi harus nyiapin baju suami bekerja. lalu sebelum suami bangun harus mandi mempercantik diri, biar suami pergi dilepas dng istri yg enak dipandang. Lalu antar anak2 sekolah, tak lama kepasar untuk menyediakan stok makanan di rumah, sampai rumah harus nyiapin makanan untuk makan siang dan malam, sesiangan harus berkutat dengan urusan rumah tangga lainnya, sampai waktunya jemput anak sekolah harus berangkat lagi, lalu antar anak les. Tibalah sore hari, mengurus anak2 lagi, mengajari anak pr sekolah dan mengajari anak pelajaran sekolah untuk esoknya, waktunya makan malam harus disiapkan dulu, minimal dihangatkan, lalu makan malam dengan anak2, tak lama anak2 disiapkan untuk pergi tidur, mulai dari sikat gigi dan ganti piyama, lalu membacakan dongeng.kemudian retouch wajah dan rambut supaya suami pulang kita kece dilihat. Tak lama suami datang, harus disiapkan makan, disiapkan pakaian tidur dll, lalu diajak ngobrol dan mungkin harus ditutup dengan melayani suami di tempat tidur.

Nah panjang bukan aktifitas harian seorang ibu rumah tangga?kalo dibilang kurang kerjaan sehingga akhirnya membuang waktu aktif di group chat sampe harus terbawa perasaan disana saya melihat itu hal yang kontra produktif sementara urusan rumah tangga sebenernya seabreg.

Namun yang saya cermati belakangan ini, ibu rumah tangga jaman sekarang cenderung menyerahkan tanggungjawabnya kepada pembantu rumah tangga.
Saya sering melihat ibu2 disekitar rumah saya, sampai punya pembantu lebih dari satu padahal kegiatannya di rumah saja, karena terlalu banyak orang yang dipekerjakan,sehingga diri sendiri jadi kurang produktif.
Seperti begini, suatu pagi saya sudah rapih mau ke kantor, sambil gendong si bayi yang mau dititipkan ke daycare, tau- tau saya bertemu para ibu rumah tangga disekitar rumah yang juga sudah rapi jali, saya pikir mau antar anak2 ke sekolah bareng2, ternyata rombongan ibu2 tersebut mau 'menabung' ke Tanah Abang.
Fine kelihatannya, mungkin sekali- sekali boleh lah, tapi ternyata para pembantu mengeluhkan hal itu, si-nyonya terbilang hampir tiap pagi punya agenda yang padat pasca melepas si tuan pergi ngantor, mulai dari ke tanah abang, ngopi ke PIM, reuni sama teman SMA, SMP, gosip berjamaah berkedok pengajian, belom lagi urusan salon dan hang out dengan alasan lainnya, kalo pun dirumah tangan kayak nempel sama blackberry, lalu gak lama senyum2 sendiri ke layar blackberry yang mungkin meyuguhkan sesuatu yg manis. Kalo udah di rumah dengan sindrom ‘ketempelan’ blackberry begini ,maka semua urusan anak pun dikit2 neriakin si pembantu. Keluhan semacam ini saya dapat dari curhat para pembantu ke si Eneng pembantu saya dan curhat pembantu2 lain yang pernah kerja sambilan di rumah saya.

Jadi bisa disimpulkan pendelegasian tugas ke pembantu itu jadi berlebihan. Padahal ada hal2 yang harusnya tetap dipegang peranananya oleh si ibu, seperti:

1. Fungsi pengelolaan buget rumah tangga, saya melihat itu tugas ibu, karena agama yang saya anut menyatakan bahwa tugas perempuan adalah menjaga harta suami. Semakin ia cermat menghabiskannya meski untuk urusan rumah tangga, semakin terjaga harta suaminya. Namun yang terjadi umumnya, para ibu menyerahkan semua urusan ke pembantu, pembantu yg atur menu masakan, pembantu yang berwenang nentuin mau belanja apa aja, si nyonya pun membuang uang untuk urusan hang out dan shopping yang keliwat sering, bahkan ada yang menggunakan fasilitas suaminya berikan untuk flirting/ goda menggoda lawan jenis yang gak halal untuknya hanya dengan alasan kesepian. Ini cara salah menafkahkan harta suami saya menurut saya, jauh dari anjuran agama untuk menjaga harta suami.

2. Lalu fungsi mendidik dan mendampingi anak, banyak yang menyepelekan quality time. Padahal quality time itu bisa diperoleh dari hal-hal kecil, misalnya mengantar anak ke sekolah, di perjalanan sekolah, kita bisa menggali anak-anak tentang apa yang mereka rasakan, sayangnya para ibu yang gak bekerja lebih suka menyuruh pembantu untuk mengantar jempt anak sekolah atau bahkan menaikkan anak ke antar jemput sekolah meski memiliki kendaraan ekstra di rumah. Pada waktu menjemput anak2 itulah waktunya kita mendampingi anak2, ada kalanya anak sedang berkonflik dengan temannya,ada kalanya anak sedang drop mentalnya karena pelajaran yang mungkin sulit baginya dan bagi yang sudah besaran mungkin akan merasakan gejolak jatuh cinta. Intinya hal2 kecil yang dapat digali untuk perbaikan ke depannya. Dan nilai2 baik dapat ditanamkan dari waktu ngobrol yang ada.

3. Mengajari anak pelajaran sekolah, ini hal kecil yang sering didelegasikan para ibu ke guru les, padahal seorang ibu juga harus menakar kemampuan anak2nya terhadap suatu pelajaran, sehingga jika dilihat ada masalah, para ibu dapat men drive dan menjadi teman diskusi si guru les untuk mencari solusi atas masalah itu.Yang ada dewasa ini, para ibu, menyerahkan semua ke guru les, padahal itu kan anak2 sendiri, kenapa prestasinya digantungkan pada si guru les?jadi terbalik bukan?Padahal saat ini banyak lembaga kursus bagi para ibu untuk mengajari anak2nya, bahkan ada kursus matematikan for mom, sehingga para ibu dapat merefresh kembali ingatannya tentang pelajaran sekolah yang anak2nya akan hadapi, sehingga ia bisa menjadi mitra anak dalam mempelajari pelajaran di sekolah.

4. Melayani suami, suami sibuk bekerja seharian di rumah, sibuk mencari solusi keuangan agar seluruh biaya2 di rumah tangga bisa tertutupi, fasilitas dan masa depan ntuk anak2 bisa dipenuhi, begitu juga memberikan nafkah bagi kita. Sepulang ke rumah, ia layak untuk dibahagiakan, mungkin mencicipi masakan enak bikinan istrinya, merasakan suasana kamar yang selalu segar dilihat, berkomunikasi dengan istrinya dengan lancar dan hangat, dan segala hal lain yang membuat dia merasa hanya istrinya yang dapat memenuhi itu semua.Namun bagaimana itu mau dicapai jika si istri tak kalah sibuk agendanya dengan pergaulannya, namun sayangnya genda sibuknya sama sekali tidak membantu, baik diri sisi financial maupun dari sisi psikologis. Ini yang sangat berbahaya menurut saya.

5. Menjadi role model keluarga, ibu adalah role model keluarga, disadari atau tidak prilaku kita adalah contoh bagi anak2 kita, bahkan kadang mempengaruhi prilaku suami. Lihat saja, seorang ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak, gerak gerik kita dilihat oleh anak, gak jarang anak selalu ingin meniru ibunya. Kadang dalam hal mengerjakan sesuatu si anak selalu menggunakan cara ibunya melakukan pekerjaan itu. Sebagai role model tentu kita harus semangat untuk selalu tampail baik, menjadi orang yang menginspirasikan prilaku baik pada anak2 kita dan keluarga di rumah. Bagaimana caranya?selalu upgrade diri. Banyak membaca, banyak2 membuka wawasan, jangan letih dan bosan untuk belajar hal-hal baru yang bermanfaat, banyak2 menggali informasi yang menunjang sekolah anak2 kita kedepan, banyak2 menggali informasi tentang apa2 yg menjadi hobby suami,agar bisa menjadi mitra sejajar dan teman diskusi bagi suaminya. Jadi menjadi ibu harus pandai menyisipkan waktu untuk kegiatan up grade diri, karena ini mutlak diperlukan untuk menunjang perannya sebagai role model.


Ibu Rumah Tangga Juga Harus Terus Belajar

Jika anak-anak senantiasa belajar di sekolah, para suami mengupgrade diri agar lebih berkualitas dan lebih menghasilkan,maka ibu rumah tangga juga demikian. Jangan merasa menjadi ibu rumah tangga lalu selesai sudah urusan belajar ini. Ibu rumah tangga juga waktu untuk mengupgrade diri, memberikan kesempatan bagi dirinya untuk menambah ilmu dan pengetahuan.

Untuk apa?
pertama, anak-anak terus berkembang, untuk dapat menjadi orang yang mampu memahami dan mendidik anak2 dengan baik, kita harus dapat mengikuti perkembangannya, supaya dapat memberikan advice dan arahan terbaik bagi mereka.Bagaimana caranya? ya banyak membaca, banyak diskusi dengan orang yang eksperts disitu, perluas jaringan yang memiliki semangat sama yaitu pendidikan anak, dan terus menimba ilmu agar mampu menjadi contoh bagi anak-anak kita bahwa hidup memang harus disi dengan sesuatu yg produktif.

Kedua, suami dengan kariernya diluar rumah itu setiap hari mengalami proses pembelajaran yang tujuannya untuk meningkatkan mutu diri agar penghasilan yang didapat mengikuti kebutuhan yang terus meningkat. Mau tidak mau mereka berkembang, entah sengaja maupun tidak suami mengupgrade dirinya terus, nah kita yang di rumah apakah hanya mau begitu saja?tentu tidak, suami pulang ingin diajak ngobrol, ingin mendapat advice dan ingin punya mitra dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Namun apa yang terjadi jika kita tidak mengembangkan diri?suami hanya pulang secara fisik, ia akan tetap sendiri menyelesaikan urusannya sendiri, lama- kelamaan mungkin kita hanya pihak yang tidak berarti yang senantiasa hanya menggantungkan hidup pada mereka, gak bermakna lebih dari itu semua.

Dan terakhir, kita harus mengupgrade diri adalah untuk diri kita sendiri, hidup harus dimanfaatkan sebaik mungkin, makin berisi 'kepala' seseorang, gak bisa dipungkiri makin wise dirinya menyikapi sesuatu dan akan jauh bermanfaat bagi orang banyak. Jadi karena hidup hanya sekali, kenapa kita hanya berpangku tangan tidak memperbaiki diri sendiri, toh semua kebaikan ganjarannya surga? Jika para ibu merasa kurang ruang gerak sementara energi dan fasilitas di rumah tangganya berlebih, kenapa tidak kembali bekerja, kembali menimba ilmu ataupun aktif di kegiatan sosial dengan hasil kerja yang kongkrit untuk masyarakat?daripada membuang waktu, energi dan fikiran hanya untuk pergaulan apalagi pergaulannya menjurus ke sesuatu yang negatif? Bukankah hidup harus dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai ungkapan syukur kepada Allah?

Mengutip dari statement Nurcholis Majid,”bahwa bekerja adalah tingkatan syukur yang tertinggi setelah mengucapkan alhamdulilah dan istigfar”, ini berlaku BUKAN hanya untuk orang2 yang memiliki karier, tapi juga para Ibu rumah tangga yang memiliki profesi paling sibuk di dunia ini, yaitu: Ibu Rumah Tangga, dengan komitment seumur hidup, bahkan ini adalah profesi yang tidak mengenal istilah cuti.

Monday, January 30, 2012

Efek Reuni via BBM group

Siapa yang gak punya blackberry dewasa ini?kayaknya bisa dibilang jarang, orang yang memiliki kemampuan financial menengah rata- rata memiliki blackberry sebagai bagaian penting dalam hidupnya, gak ubahnya sebuah dompet saja. Kalo di era tahun 1990 an pertengahan orang mulai tergiur handphone dan kemudian mulailah menjamur handphone sebagai gaya hidup yang begitu umum dan lumrah, siapa saja punya Hp. Dulunya HP sama kayak blackberry diciptakan untuk mereka kaum sibuk. yang kehidupannya begitu mobile, dan dituntut untuk bereaksi cepat dan aktif. Seperti pebisnis, pekerja level atas dan profesi sibuk lainnya. Namun seperti tak ubahnya hp juga, lambat laun semua orang entah kenapa jadi merasa perlu memiliki blackberry. Dari mulai direktur, politisi,ibu rumah tangga sampe pembantu maupun driver merasa perlu memiliki BB.

Pertama kali saya pakai BB mungkin sekitar 3 tahun lalu, itu didorong oleh nyamannya teknologi email yg bisa diakses dngan mudah dari layar handphone semudah menggunakan SMS. Dulu saya berfikir, wah asiknya ada alat begini, dimana aja kapan aja saya bisa jawab seluruh email, saya bisa kerja dan meremote kerjaan dari mana saja. Awalnya itu saja yang menjadi sasaran saya. Lama kelamaan seluruh team kerja management di kantor memiliki BB, lalu terbentuklah group BBM (black berry messenger) urusan kantor, saya cukup merasakan kenyamanan, dimana kesibukan seluruh pemimpin perusahaan seperti disatukan dalam ruang itu, nyaman dan mudah.Rasanya meeting koordinasi bisa dipindahkan ke ruang itu tanpa kami harus saling bertemu, ada yg di Kalimantan, di Pengadilan, di WC kantor, dimanapun semua bs ikut berdiskusi masalah kantor di group chat itu. Tak lama muncul group- group serupa, mulai dari teman sepergaulan, teman kuliah, teman SMP,teman SMA dan teman kenal- kenal saja.

Awalnya harus jujur saya akui, saya menikmati keberadaan group2 tersebut, seperti makin punya banyak teman, seperti berada lebih dekat dengan teman2 dan sahabat2 lama. bahkan yang sudah tidak bertemu sejak SMP pun akhirnya bisa berakrab-akrab lagi.Disitu pula biasanya ada ajakan untuk kopi darat alias reuni, namun sampai detik ini saya hanya nyanggupin kegiatan reuni semacam itu 1 kali saja. Selain karena agenda hidup saya cukup sibuk, saya pun merasa ada kejanggalan jika kegiatan kongkow baik melalui kopi darat maupun melalui group chat yang aktif dilakukan terlampau sering.Saya merasa kurang wajar aja karena yang namanya reuni masa lalu akan hilang rasa nya jika terlalu sering dilakukan.Yang namanya masa lalu ya masa lalu gak perlu di bongkar bolak balik, dipakasakan sejalan dengan apa yang ada di hidup kita sekarang. Toh tak bertemu juga sudah bertahun- tahun, maka tujuan hidup dan kesibukannya pun jadi beda, jadi akan terkesan maksain kalo dari berbagai perbedaan itu disatukan dalam satu ruang yang intens, itu menurut cermatan saya.

Dan benar saja, diperjalanan saya merasa gak nyaman dengan komunikasi masa lalu yang intens kembali itu. Saya perhatikan member dari group sekolah itu seperti terbawa ke alam masa lalu, dimana saat itu semua adalah anak remaja dalam status 'orang bebas' seolah saat ini semua jadi mengidap amnesia saja, lupa bahwa masing2 sudah punya pasangan dan anak2. Ini terlihat dari tidak segannya mengumbar obrolan seputar mantan pacar, mantan gebetan, becandaan yang kekanakan dan obrolan gombal yang tidak pantas, nah belum lagi trafic pengiriman gambar/video berbau pornografi yang seolah begitu wajarnya. Padahal seharusnya tidak demikian, mengingat masa-masa itu sudah lewat, kita sekarang bertemu lagi dalam situasi dan kondisi yg sudah berbeda, sebagian besar sudah menikah, sudah memiliki keluarga dan tanggungjawab.Dan ada aturan berupa etika pergaulan yang membatasi itu. Karena tidak dibatasinya interaksi yang demikian, tentu akan membuat orang jadi lupa dirinya, lupa statusnya. Bahkan mungkin jika ada seorang member yang sedang tidak harmonis malah bisa membuat group sebagai pelarian, atau bagi member yang memiliki pasangan yang tidak suka melihat interaksi semacam itu jadi tersinggung, atau parahnya dengan ketersinggungan itu bisa mengakibatkan keretakan rumah tangganya.

Jadi saya melihat potensi- potensi bahaya disini jika semua orang dalam group tidak memahami etika yang baik dalam bergaul.
Saya yang tadinya (diawal terbentuknya group) cukup rajin membalas sapaan teman- teman, makin kesini makin sering mengabaikan, selain karena kesibukan, saya juga kawatir saya terbawa jauh, jadi saya memagari diri saya sebelum saya merasa ketidak nyamanan mengganggu diri saya. Namun karena semakin banyak group, emang BB jadi lemot, itu juga yang membuat saya malas pakai BB, jadi gak praktis dan jadi kurang gesit fungsi si BB itu.

Namun suami saya yang memiliki beberapa group BBM, jadi sempat merasakan dampak negatif dari groupnya. Dikarenakan alasan yang sama, suami saya sempat menikmati pertemanan melalui BBM. Maka ia rajin mengirim joke2 lucu dan terbawa suasana obrolan yang ngalor ngidul kalo bisa dibilang hampir kurang bermanfaat. Saya rajin mengingatkan tapi karena ia orang yang lempeng, ia merasa warning saya gak akan terjadi. Ternyata dan ternyata dari komunikasi di group gak bisa dihindari ada yang saling tersinggung yang menimbulkan sakit hati, sehingga kadang dari becandaan di group akhirnya ada yang leave group dengan alasan yang kurang enak, yaitu tersinggung. Ada juga yang pasangannya tersinggung.

Sebenarnya situasi-situasi tersebut tidak serta merta membuat suami saya yang tadinya aktif di group jadi leave group, namun yang terjadi adalah terdapat indikasi negative dari pertemanan group bbm ini ‘mampir’ ke kehidupan kami. Ada seorang teman member group bbm yang memiliki ketertarikan negative pada suami saya yang mengarah ingin masuk ke rumah tangga saya dan suami, bahkan dengan gamblang pelaku mengadakan pendekatan intes ke privat messenger (japri) bahkan dengan berani menyakan rasa sukanya pada suami saya, padahal situasinya wanita itu bersuami dan dia tau persis suami saya sudah memiliki keluarga.Awal ketertarikan negative itu memang diakui si wanita berawal dari intensitas percakapan di group, dari lelucon2 yang kerap suami saya sampaikan di group, dari sikap ramah suami saya yang tergambar di interaksi group dan hal-hal baik yang dinilai simpatik akhirnya mengantarkan pada rasa suka wanita ini kepada suami saya, dimana rasa suka itu adalah rasa suka yang tidak pada tempatnya ini. Dan yang cukup parah, ada seorang teman dari group tersebut yang seolah berperan menjadi ‘mak comblang’ alias provokator, dimana dia tau wanita ini menempatkan perasaan yang salah pada suami saya, namun si provokator bukannya melerai malah seperti memberi angin segar dan dari percakapan yang saya baca si provokator member reaksi yang sama sekali tidak mencegah bahkan malah mensupport. Padahal si provokator adalah istri orang juga, entah apa pikirannya perempuan2 ini, bagaimana jika kondisi itu terjadi pada suaminya yang sedang di rayu wanita lain sementara ada wanita lain yang ‘menseponsori’? apa tidak sakit hati kita sebagai istrinya??

Akhirnya suami saya menarik kesimpulan ini group jadi gak sesuai semangat awal lagi, yaitu untuk menjalin silaturahmi, dan malah menjurus pada arah sebaliknya. Jadi melalui diskusi panjang dengan saya, ia menarik kesimpulan untuk menarik diri dari group, bukan berarti benci pada member group, tapi lebih pada memagari diri dari hal-hal yang bisa menimbulkan fitnah dan perselisihan. Saya appreciate dia yang mau mengambil langkah itu meskipun dia adalah orang yang cukup aktif di group tersebut. Jadi proteksi diri itu perlu dilakukan manakala kita merasa apa yang terjadi sudah tidak sejalan lagi dengan semangat membangun masa depan yang baik.
Pertemanan yang awalanya diharapakan adalah pertemanan yang positif dimana saling mendorong untuk kebaikan, baik kehidupan profesi maupun keluarga, namun yang terjadi sebaliknya, dengan tidak menafikkan rasa suka orang, menurut kami rasa suka harus ada rem nya dan tepat sasarannya, karena kita orang2 beriman, mengganggu rumah tangga orang dengan alasan karena suka atau mencintai atau ingin memiliki atau apalah itu juga, menurut kami itu hanya akan membawa dampak buruk bagi kehidupan orang lain, jadi sebagai orang beriman sebaiknya mampu menahan dirinya. Disituasi ini, suami saya berinisiatif untuk melepaskan diri dari itu semua, agar tidak ada satu pihak pun yg terperosok lebih jauh lagi.

Dan sekilas yang saya dapat simpulkan, bahwa kemajuan teknologi jika tidak diperuntukkan sesuai dengan manfaatnya, emang jadi menimbulkan banyak mudarat daripada manfaat.

Berikut beberapa penglihatan saya efek negatif yang bisa terjadi bila tidak menempatkan reuni via bbm di tempat yang benar:
1. group sekolahan yang dimaknai sebagai ruang hidup yang baru kurang tepat membangun kedewasaan jika diisi dengan trafic pembicaraan yang mayoritas ttg masa lalu maupun pepesan kosong, namun jika diisi dengan pertukaran informasi yang membangun mungkin akan lain dampaknya.

2. group sekolah yang terlalu aktif berlebihan berpotensi menggangu kesinambungan hidup orang, karena tidak berhentinya percakapan yg terjadi, membuat efek tidak konsentrasi bagi org yang memang butuh untuk konsentrasi

3. group sekolah berpotensi membangkitkan cinta masa sekolah dan merusak kehidupan rumah tangga yang sedang berjalan.

4.group sekolah yang diisi dengan postingan-postingan yang tidak membangun (contoh artikel/gambar/video porno) mendorong kemaksiatan bukan kebaikan.

5.group sekolah berpotensi membuat seseorang addicted untuk terus mencurahkan waktunya berbincang didalamnya sehingga tidak mengindahkan kehidupan di dunia real nya.

6.group sekolah yang tidak diatur etika komunikasi dan batasan becandanya berpotensi menimbulkan perpecahan antara member group maupun antara member group dengan keluarganya.

7.group sekolah yang dibuai atmosphere masa lalu sehingga menimbulkan efek amnesia bahwa semua member sudah berkeluarga berpotensi dapat menimbulkan cinta- cinta2 terlarang yang gak seharusnya berkembang.

8.bagi beberapa pihak yang mengalami masalah cenderung melarikan diri ke group dan bukan mencarai penyelesaian masalah.

Dan entah apa efek lainnya, tapi inilah yang kerap terjadi disekeliling saya, bahwa reuni yang tergabung dalam group bbm teman-teman sekolah kadang jika tidak disikapi secara benar dapat menimbulkan kerugian. Dilingkungan terdekat saya sudah terjadi beberapa kasus perceraian akibat perselingkhuhan yang diawali dengan adanya intensitas pergaulan di dalam group bbm semacam ini.

Jadi menurut pandangan saya,penyikapan reuni harus dalam tataran wajar, bahwa pertemanan masa lalu adalah bagian dari kisah lalu, jika harus kembali lagi di masa sekarang masuk kedalam kehidupan kita, maka tempatkan di tempat seharusnya. Karena setiap orang dalam kurun waktu yang lama tentu sudah mengalami perubahan, baik perubahan pendidikan, lingkungan sosial, pola pikir, tujuan masa depan dan tanggungjawab, jadi pertemanan yang sudah lama tidak terjalin, jika harus terjalin kembali situasinya jangan dimundurkan ke masa lalu tapi di tempatkan sesuai ruangnya di kehidupan masa sekarang dan harus memberikan implikasi positif untuk masa depan bukan sebaliknya.

Semoga berkenan, Happy Monday all, tetap semangat ya...

Monday, January 2, 2012

baby brave suka buku







surprise sekali,beberapa bulan lalu saya coba kasih brave buku,dia excited melihat lihat isinya.saya yakin krn kebiasaan di daycare nya yg sering membacakan dongeng.dan ktika eranya eksplorasi mulut dan gusi hya sedang gatal seperti sekarang,semua benda dimasukkan ke mulut,tapi lucunya buku tidak demikian,ia tidak sm sekali terlihat mengemut buku yg diberikan padanya,sudah tau ya nak buku itu fungsinya apa?hehehe