M
|
anusia tidak akan
pernah cukup, istilah yang sering sekali kita dengar. Meski itu benar adanya,
saya berpendapat tiap manusia perlu untuk memiliki rasa kepuasan dalam
hidupnya, setidaknya berdamai dengan diri atas takdir dan kehidupan yang Allah
berikan kepadanya. Meski kita tidak boleh menyerah dan segera puas atas apa
yang kita peroleh, namun sebagai manusia yang bijak, anda punya hak untuk
memilah mana yang anda anggap cukup dan mana hal yang anda anggap harus terus
diperbaiki dan upayakan untuk jadi yang terbaik diantara manusia lainnya.
Kemampuan memilah
ini saya kaitkan dengan life satisfaction
seseorang. Kalau menurut literatur, life
satisfaction adalah komponen kognitif dalam subjective well being, subjective
well being mengacu pada perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya
berjalan dengan baik. Subjective well
being ini diidentifikasi sebagai positif affect dan negative affect.
Komponen afektif ini mengacu pada evaluasi langsung terhadap peristiwa yang
terjadi dalam kehidupannya, meliputi perasaan yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan yang dialami individu dalam hidupnya. Kepuasan hidup sendiri
merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman- pengalamannya yang
disertai dengan tingkat kegembiraanya. Dan life
satisfaction dapat diukur dari seberapa baik dan memuaskan hal- hal yang
sudah dilakukan individu tersebut dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas
area utama dalam hidup yang mereka anggap penting, seperti hubungan
interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, spiritualitas dan aktifitas di
waktu luang. Dan hal ini berpatokan dari kepercayaan orang tersebut dalam menilai
kehidupannya, ia yang dapat menilai apakah situasi dan kondisi kehidupannya
positif dan memuaskan atau tidak.
Intinya seberapa
besar seseorang merasa cukup puas atas kehidupannya, setidaknya untuk aspek-
aspek penting dalam hidupnya. Saya yakin sekali life satisfaction akan berkaitan erat dengan rasa syukur seseorang
atas kehidupan yang Allah berikan.
Mengapa demikian?
Karena, kadang kita
sebagai manusia sering lupa, bahwa hidup kita sudah cukup, bahkan jauh lebih
cukup dari orang lain. Contoh, saya pernah menemukan seseorang yang telah memiliki
pernikahan, anak-anak, rumah sendiri dan kendaraan, tapi orang itu tidak puas
atas apa yang dimilikinya, ia mudah terpancing ketika tetangganya membeli mobil
baru yang lebih bagus dari miliknya, ia kadang kurang bisa menerima dengan
lapang dada melihat orang lain naik jabatan sementara ia tidak. Padahal jika
dilihat dari apa yang ia miliki, ia memiliki hidup yang lebih dari cukup, namun
kehidupan orang yang ia nilai lebih baik dari dirinya membuat ia terusik, resah
dan mencari cari kesalahan pada banyak hal.
Saat menemukan hal- hal semacam ini, menurut
saya cobalah tenang, jangan tergesa- gesa melakukan judging pada banyak hal, entah pada tingkat keberhasilan diri anda
meraih materi ,maupun pertanyaan mengapa anda tidak meraih prestasi tertentu,
ada baiknya anda ‘bicara’ dengan diri sendiri terlebih dahulu. Anda sebaiknya
mengembalikan pada pemikiran bahwa tiap orang punya beban hidup dan prioritas masing-
masing yang sudah pasti tidak sama dengan anda. Dan jika anda melihat orang meraih
prestasi tertentu, pernah kah anda berfikir lebih bijaksana, bagaiamana cara
agar anda mampu meraih prestasi yang
sama baiknya, apakah anda memiliki kapasitas sebaik orang itu, apakah
kontribusi anda sebesar kontribusi orang itu? jika belum bagaimana meraihnya?.
Jika anda melihat orang memiliki barang
yang lebih bagus dari milik anda, pernahkah anda berfikir apakah benda yang
sama suitable for me? Dalam artian
sudah pantaskah anda memiliki hal yang sama, baik dari sisi kecukupan dana,
maupun kesesuaian antara barang tersebut dengan kebutuhan/ prioritas dalam
hidup anda?
Sebenarnya, tidak
ada yang salah dengan berupaya untuk meraih sesuatu, yang salah adalah jika kita
TIDAK menyusun prioritas pencapaian dengan baik, dan kita terlalu sibuk melihat
dengan barometer diluar diri kita tanpa melihat kedalam diri kita sendiri.
Jika kembali
mengangkat pada apa yang terjadi pada contoh yang saya berikan tadi, dimana seseorang
mudah terpancing melihat orang membeli kendaraan yang lebih bagus dari miliknya
lalu ia otomatis membentuk mindset bahwa “wah saya jangan sampe kalah dari dia”,
lalu mati- matian mengupayakan untuk memiliki benda yang sama, saya kawatir
orang ini menyusun prioritas yang salah dalam hidupnya. Karena sebuah benda
tidak merefleksikan apa- apa tentang diri anda. Dalam hal ini kendaraan
hakikatnya adalah kebutuhan dan berkaitan dengan kemampuan, tanpa memiliki
kendaraaan yang sama atau lebih baik dari yang dimiliki orang, anda akan tetap
hidup baik-baik saja dan tidak sengsara. Jika orang itu punya prioritas
tertentu, anda tentu memiliki prioritas lain dalam hidup, mungkin anda bisa
lebih fokus mempersiapkan hal hal yang lebih penting bagi kehidupan anda. Jika
memang prioritas penting dalam hidup anda sudah terpenuhi, anda pun ternyata memiliki
kebutuhan yang membuat anda harus membeli kendaraan yang lebih baik dari yang
dimiliki sekarang dan ternyata anda masih memiliki dana lebih dari cukup, itu
artinya anda memang patut memilikinya tanpa harus memaksakan diri. Sekali lagi
tujuannya bukan karena anda ingin dilihat oleh orang atau terlihat lebih hebat
dari orang, tapi karena prioritas hidup anda sudah beres, anda pun membutuhkannya
untuk kemudahan hidup anda sekeluarga serta anda pun punya dana lebih untuk hal
itu.
Inilah realita hidup yang saat ini kita
hadapi, orang kadang terpancing untuk aktif mengawasi hidup orang lain dan
mengabaikan Life Satisfaction nya
sendiri.
Untuk itu cobalah tips berikut ini :
1.
Susunlah prioritas-
prioritas hidup anda sesuai dengan porsi hidup anda, jangan mengacu pada
kehidupan orang, karena hidup kita, pandangan kita, kebutuhan kita dan rezeki
kita tentu tidak sama dengan orang lain.
2.
Berbahagia atas apa
yang anda punya, ikutlah berbahagia atas keberhasilan orang, dan jadikan
keberhasilan orang lain sebagai inspirasi dan energy positif yang ikut mendorong
anda untuk bahagia dan menjadi kekuatan anda dalam mengejar mimpi bukan sebagai
pengusik rasa bahagia dan tujuan hidup.
3.
Jujur atas hidup
anda, buat diri anda percaya diri atas diri anda bukan barang- barang atau hal-
hal lain yang melekat di diri anda. Menjadi percaya diri bukan berarti merasa
selalu lebih baik dari orang lain, menjadi percaya diri artinya mencoba jujur
dihadapan orang atas kekurangan diri anda, mau belajar, mau menerima kritik dan
dengan fair mengakui kesalahan dan meyakini diri sendiri untuk dapat
memperbaikinya. Jangan pernah menjadi orang yang gemar mencari kesalahan orang
lain dan mengkambing hitamkan orang lain atas kekurangan atau kesalahan anda,
karena hal ini dapat menghalangi proses belajar pada diri anda sendiri.
Menjadi pribadi seperti dikatakan tips
diatas akan membuat anda selalu merasa bersyukur dan secara damai dapat menerima
kenyataan apa yang anda dimiliki dan tidak dimiliki, secara tidak langsung hal
itu akan membuat anda berpacu melakukan perbaikan
diri dengan cara yang positif, saya yakin pula anda akan jauh lebih bahagia,
lebih menghargai diri dan hidup tenang tanpa harus berhenti berusaha
memperbaiki diri. Jika sudah demikian, maka katakan selamat datang pada Life Satisfaction!
(ErryTMRiyadi)
2 comments:
mbak erry, salam kenal...
saya rahma, wm dengan anak 15m yang sedang berencana menitipkan anak saya di rumah cerdas depok..
mbak.. boleh berbagi cerita tidak mengenai rumah cerdas depok..
email saya:
rahmawati.kd@gmail.com
dear rahma, bias email saya ke erryriyadi@gmail.com ? mungkin kita bias sedikit diskusi :)
Post a Comment