Pages

Wednesday, November 20, 2013

Menuju Life Satisfaction



M
anusia tidak akan pernah cukup, istilah yang sering sekali kita dengar. Meski itu benar adanya, saya berpendapat tiap manusia perlu untuk memiliki rasa kepuasan dalam hidupnya, setidaknya berdamai dengan diri atas takdir dan kehidupan yang Allah berikan kepadanya. Meski kita tidak boleh menyerah dan segera puas atas apa yang kita peroleh, namun sebagai manusia yang bijak, anda punya hak untuk memilah mana yang anda anggap cukup dan mana hal yang anda anggap harus terus diperbaiki dan upayakan untuk jadi yang terbaik diantara manusia lainnya.
Kemampuan memilah ini saya kaitkan dengan life satisfaction seseorang. Kalau menurut literatur, life satisfaction adalah komponen kognitif dalam subjective well being, subjective well being mengacu pada perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik. Subjective well being ini diidentifikasi sebagai positif affect dan negative affect. Komponen afektif ini mengacu pada evaluasi langsung terhadap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya, meliputi perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dialami individu dalam hidupnya. Kepuasan hidup sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman- pengalamannya yang disertai dengan tingkat kegembiraanya. Dan life satisfaction dapat diukur dari seberapa baik dan memuaskan hal- hal yang sudah dilakukan individu tersebut dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area utama dalam hidup yang mereka anggap penting, seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, spiritualitas dan aktifitas di waktu luang. Dan hal ini berpatokan dari kepercayaan orang tersebut dalam menilai kehidupannya, ia yang dapat menilai apakah situasi dan kondisi kehidupannya positif dan memuaskan atau tidak.
Intinya seberapa besar seseorang merasa cukup puas atas kehidupannya, setidaknya untuk aspek- aspek penting dalam hidupnya. Saya yakin sekali life satisfaction akan berkaitan erat dengan rasa syukur seseorang atas kehidupan yang Allah berikan.
Mengapa demikian?
Karena, kadang kita sebagai manusia sering lupa, bahwa hidup kita sudah cukup, bahkan jauh lebih cukup dari orang lain. Contoh, saya pernah menemukan seseorang yang telah memiliki pernikahan, anak-anak, rumah sendiri dan kendaraan, tapi orang itu tidak puas atas apa yang dimilikinya, ia mudah terpancing ketika tetangganya membeli mobil baru yang lebih bagus dari miliknya, ia kadang kurang bisa menerima dengan lapang dada melihat orang lain naik jabatan sementara ia tidak. Padahal jika dilihat dari apa yang ia miliki, ia memiliki hidup yang lebih dari cukup, namun kehidupan orang yang ia nilai lebih baik dari dirinya membuat ia terusik, resah dan mencari cari kesalahan pada banyak hal.
Saat menemukan hal- hal semacam ini, menurut saya cobalah tenang, jangan tergesa- gesa melakukan judging pada banyak hal, entah pada tingkat keberhasilan diri anda meraih materi ,maupun pertanyaan mengapa anda tidak meraih prestasi tertentu, ada baiknya anda ‘bicara’ dengan diri sendiri terlebih dahulu. Anda sebaiknya mengembalikan pada pemikiran bahwa tiap orang punya beban hidup dan prioritas masing- masing yang sudah pasti tidak sama dengan anda. Dan jika anda melihat orang meraih prestasi tertentu, pernah kah anda berfikir lebih bijaksana, bagaiamana cara agar anda  mampu meraih prestasi yang sama baiknya, apakah anda memiliki kapasitas sebaik orang itu, apakah kontribusi anda sebesar kontribusi orang itu? jika belum bagaimana meraihnya?.
Jika anda melihat orang memiliki barang yang lebih bagus dari milik anda, pernahkah anda berfikir apakah benda yang sama suitable for me? Dalam artian sudah pantaskah anda memiliki hal yang sama, baik dari sisi kecukupan dana, maupun kesesuaian antara barang tersebut dengan kebutuhan/ prioritas dalam hidup anda?
 
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan berupaya untuk meraih sesuatu, yang salah adalah jika kita TIDAK menyusun prioritas pencapaian dengan baik, dan kita terlalu sibuk melihat dengan barometer diluar diri kita tanpa melihat kedalam diri kita sendiri.
Jika kembali mengangkat pada apa yang terjadi pada contoh yang saya berikan tadi, dimana seseorang mudah terpancing melihat orang membeli kendaraan yang lebih bagus dari miliknya lalu ia otomatis membentuk mindset bahwa “wah saya jangan sampe kalah dari dia”, lalu mati- matian mengupayakan untuk memiliki benda yang sama, saya kawatir orang ini menyusun prioritas yang salah dalam hidupnya. Karena sebuah benda tidak merefleksikan apa- apa tentang diri anda. Dalam hal ini kendaraan hakikatnya adalah kebutuhan dan berkaitan dengan kemampuan, tanpa memiliki kendaraaan yang sama atau lebih baik dari yang dimiliki orang, anda akan tetap hidup baik-baik saja dan tidak sengsara. Jika orang itu punya prioritas tertentu, anda tentu memiliki prioritas lain dalam hidup, mungkin anda bisa lebih fokus mempersiapkan hal hal yang lebih penting bagi kehidupan anda. Jika memang prioritas penting dalam hidup anda sudah terpenuhi, anda pun ternyata memiliki kebutuhan yang membuat anda harus membeli kendaraan yang lebih baik dari yang dimiliki sekarang dan ternyata anda masih memiliki dana lebih dari cukup, itu artinya anda memang patut memilikinya tanpa harus memaksakan diri. Sekali lagi tujuannya bukan karena anda ingin dilihat oleh orang atau terlihat lebih hebat dari orang, tapi karena prioritas hidup anda sudah beres, anda pun membutuhkannya untuk kemudahan hidup anda sekeluarga serta anda pun punya dana lebih untuk hal itu.
Inilah realita hidup yang saat ini kita hadapi, orang kadang terpancing untuk aktif mengawasi hidup orang lain dan mengabaikan Life Satisfaction nya sendiri.
Untuk itu cobalah tips berikut ini :
1.           Susunlah prioritas- prioritas hidup anda sesuai dengan porsi hidup anda, jangan mengacu pada kehidupan orang, karena hidup kita, pandangan kita, kebutuhan kita dan rezeki kita tentu tidak sama dengan orang lain.
2.         Berbahagia atas apa yang anda punya, ikutlah berbahagia atas keberhasilan orang, dan jadikan keberhasilan orang lain sebagai inspirasi dan energy positif yang ikut mendorong anda untuk bahagia dan menjadi kekuatan anda dalam mengejar mimpi bukan sebagai pengusik rasa bahagia dan tujuan hidup.
3.         Jujur atas hidup anda, buat diri anda percaya diri atas diri anda bukan barang- barang atau hal- hal lain yang melekat di diri anda. Menjadi percaya diri bukan berarti merasa selalu lebih baik dari orang lain, menjadi percaya diri artinya mencoba jujur dihadapan orang atas kekurangan diri anda, mau belajar, mau menerima kritik dan dengan fair mengakui kesalahan dan meyakini diri sendiri untuk dapat memperbaikinya. Jangan pernah menjadi orang yang gemar mencari kesalahan orang lain dan mengkambing hitamkan orang lain atas kekurangan atau kesalahan anda, karena hal ini dapat menghalangi proses belajar pada diri anda sendiri.
 
Menjadi pribadi seperti dikatakan tips diatas akan membuat anda selalu merasa bersyukur dan secara damai dapat menerima kenyataan apa yang anda dimiliki dan tidak dimiliki, secara tidak langsung hal itu  akan membuat anda berpacu melakukan perbaikan diri dengan cara yang positif, saya yakin pula anda akan jauh lebih bahagia, lebih menghargai diri dan hidup tenang tanpa harus berhenti berusaha memperbaiki diri. Jika sudah demikian, maka katakan selamat datang pada Life Satisfaction!
(ErryTMRiyadi)

2 comments:

rahmawati said...

mbak erry, salam kenal...
saya rahma, wm dengan anak 15m yang sedang berencana menitipkan anak saya di rumah cerdas depok..
mbak.. boleh berbagi cerita tidak mengenai rumah cerdas depok..

email saya:
rahmawati.kd@gmail.com

momLnB said...

dear rahma, bias email saya ke erryriyadi@gmail.com ? mungkin kita bias sedikit diskusi :)