Pages

Thursday, August 6, 2009

Berdandan..bagi kamu saya dan perempuan lainnya…

Ada gak diantara kalian yang gila dandan or may be sama skali gak suka dandan?
Selama saya hidup saya kerap dikelilingi perempuan-perempuan yang suka dandan, baik dandan dalam arti kata ber make up maupun bergaya. Hampir semua perempuan terdekat saya doyan tampil gaya. Dari Eyang, tante,kakak beradik sampe temen gank, semuanya aware sama urusan mempercantik diri.Mungkin basicnya dari Eyang yang sampe tua masih kenal tas branded, perfume branded dan barang2 berkualitas.Eyang pun orang yang menanamkan konsep berpakaian serasi kepada kami. Eyang pula yang mengajarkan konsep rapih dan chick dalam berpenampilan. Eyang yang didikan Belanda emang strickly untuk itu, sayangnya hal ini gak menurun ke mama saya, blio cenderung asal untuk urusan ini. Tapi thanks God papa saya adalah orang yang aware sama penampilan, blio doyan bergaya, koleksi jasanya cukup mumpuni,di usia senjanya pun blio masih suka pakai jeans dengan potongan bootcut yang modis dan kaos body fit yang trendy. Dari papa dan Eyang ini kami bertiga (saya Mbak eka dan epit) jadi punya hobby dandan dan punya keinginan untuk selalu gaya.

Emang diantara bertiga saya yang relative lebih doyan dandan, saya suka sama detail-detail penampilan dan saya pun suka menjajal-jajal make up. Tapi kalo soal ngikutin trend kami bertiga mudah ‘ngiler’ melihat barang yang lagi ‘in. Kadang malah saling tuker menuker barang. Saya dan epit yang sebelahan kamar benar2 sudah gak punya privacy lagi dalam urusan barang sandang, tas saya = tas dia,sepatu saya = sepatu dia, gak jelas kepemilikannya,saking rajinnya tuker pakai.

Teman satu gank saya?jangan Tanya…semuanya doyan dandan, apalagi 2 sobat saya Anis dan Lia, iih…kisruh deh sama mahluk-mahluk ini. Di kantor pun saya punya sahabat yaitu Fitri yang isi otaknya pun sama kayak saya.Isi lingkungan social saya berisikan orang-orang yang membentuk karakter saya sedemikian rupa menjadi seperti sekarang ini, jauh sebelum hari ini saya emang udah kayak gini, banyak gaya kalo kata Mama saya.

Dan ketika saya berada di kantor ini, saya sempat kaget karena kebanyakan perempuan disini tidak suka berdandan, kebanyakan mereka tampil apa adanya ke kantor,malah jangan-jangan berbedak pun tidak. Saya merasa jamak saja melihat hal semacam itu, buat saya dandan atau tidak, gaya atau tidak gaya itu adalah pilihan. Namun buat saya tampil rapi itu semacam atribut wajib, dan bergaya adalah sebuah ritual wajib, sama halnya kayak mandi dan sikat gigi, meski harus di catat gak semua barang saya mahal, saya ini bukan type orang yang gak akan beli baju kalo gak branded. Buat saya baju dan aksesori beli dimana aja pun jadi, tapi kalo mau nyaman,untuk sepatu dan tas emang kita harus menyisihkan kocek lebih guna memperoleh barang berkualitas bagus. Namun perbedaan lingkungan yang sekarang saya jalani ternyata tidak memberi pengaruh banyak pada saya,namun justru memberi ‘pengaruh’ banyak pada orang lain. Saya sempat mendengar ada beberapa ladies yang merasa saya ini berlebihan, ada yang dengan nada mencibir mengatakan gaya saya ‘bak selebrity, dan ada yang paling parah, seseorang pernah nyeletuk ke saya : “sayang ya ruangan lo dipojok, jadi lo gak bisa berlenggak lenggok di ruang tengah (ruangan yg paling rame karyawan mksdnya), gak bisa deh lo mamerin gaya spektakuler elo…”
Saya mendengarnya cukup kaget, OMG…saya berpakaian rapi tidak untuk lenggak lenggok dan menarik perhatian orang loh, buat saya tampil rapi itu wajib,saya malah gak pede kalo ngantor dengan gaya asal,apalagi kalo gak serasi.
Sebenernya dandan itu untuk apa bagi kaum perempuan?

kalo buat saya yang emang suka gaya ini,jelas dandan adalah sebuah sarana mengaktualisasikan diri. Ibarat pelukis wajah adalah kanvas dan bagi seniman tubuh adalah lempung yang siap dibentuk dengan keindahan busana yang kita pilih.Dandan gak ubahnya dengan seni. Gak ada yang salah dan perlu disalahkan kalo ada perempuan suka dandan. Yang salah adalah apabila perempuan lebih mementingkan untuk memoles tampilan luar dibandingkan memoles potensi dalam dirinya. Apalagi kalo perempuan sibuk memoles penampilannya sampai tidak lagi mengindahkan kepribadiannya, agama yang dianut dan kebahagiaannya sendiri. Buat saya dandan itu harus dalam takaran yang wajar,dalam takaran yang masih bisa dibilang membawa kebahagiaan bagi suami, akan menjadi tidak wajar dan perlu dikoreksi apabila karena demi tampil cantik suami kita malah tersiksa, misalanya untuk tampil cantik kita ‘merampok’ atau ‘memerah’ isi kantongnya atau dengan tampil cantik kita malah gak bisa jaga diri dari godaan kaum adam yg tidak halal bagi kita.
Ada orang yang pernah ber-argumen ke saya “ah saya gak mau dandan kalo ke luar rumah apalagi ke kantor karena saya hanya mau dandan di depan suami aja”.

Mungkin pendapat orang ini benar, tapi coba ditelaah deh, beda ga dandan sama jorok kan jauh ya, sementara orang yang komentar ini benar-benar berbadan bau, memakai baju yang ‘ancur’ jauh dari serasi dan bikin sakit mata yang melihat serta dekilnya bukan main. Sementara orang ini punya kewajiban untuk berhubungan dengan banyak orang. Mungkin orang yang baru pertama bertemu dengannya akan menilai orang ini jorok sekali karena bau ketiaknya merebak kemana-mana, dan mungkin dengan melihat gaya pakaianny a yang jauh dari rapih membuat orang enggan bekerja sama karena terkesan gak professional dan mungkin ada juga yang menilai “ya ampun..ni orang kesian amat suaminya gak ngebeliin kosmetik kali ya,lusuh amat”. See..ujung-ujungnya bukan menjaga kehormatan suami kita malah menjatuhkan suami sendiri dan menjatuhkan diri sendiri, untuk apa?
Suami saya pernah berpendapat, “kamu mo gaya kayak apapun juga, terserah,tapi harus tutup aurat,karena itu hanya aku yang berhak. Dengan kamu tampil cantik,rapih dan gaya sebenarnya yang paling beruntung itu aku,karena kamu mendongkrak image aku” .
Sometimes suami juga merasa begitu bangga jika menggandeng istri yang cantik bergaya dan bersih,selain saya katakan tadi factor brain dan keimanan diatas segala-galanya. Tapi sebagai perempuan,selagi kita bisa kenapa tidak untuk selalu tampil sempurna baik dalam dan luar.

Jadi menurut saya, berdandan bagi perempuan gak perlu disikapi negative maupun kaku,karena ada yang mengaggap ini adalah kebutuhan,sepanjang mereka mampu, tidak mengganggu orang dan tetap dalam koridor keagamaan,serta dilakukan dengan cerdas, so why not?

No comments: