Pages

Saturday, April 19, 2008

Mari Ber-kain Nasional!!!!!!!!

Masih berkaitan dengan kain nih, soalnya jadi keingetan untuk kembali menyemangati semua orang terutama seluruh wanita di Negara ini untuk mulai menggunakan kain daerah.
Udah sejak lama batin gw agak tergelitik saat melihat betapa wanita-wanita di India ( bahkan wanita semodern apapun) tetap menggunakan pakaian khas bangsa mereka, yang kita kenal sebagai Sari India.Dan Ironisnya, pada awal tahun 2004-2005, Sari India dan tenun Thailand begitu popular di Indonesia, bahkan beberapa teman gw begitu bangga ketika mengenakan satu set Sari India impor itu, secara mang mahal juga harganya.
Gw dalem ati rada ngiri juga ama bangsa India, how come ya wanita disana begitu setia mengenakan baju khas-nya? sampe-sampe wanita-wanita di Negara lain pun ikutan ‘jatuh cinta’ dengan pakaian khas mereka, dan rela mengeluarkan kocek besar demi mengenakannya.

Gw berfikir, apakah Indonesia gak punya kain yang keindahannya melebihi kain Sari-nya India dan kain tenun Thailand??Gw liat-liat batik seluruh Propinsi di Indonesia juga cantik,apalagi tenun songket yang udah terkenal glamour dan indah. Lalu kenapa?kenapa perempuan Indonesia enggak bangga untuk mengenakannya?mengapa lambat laun kain Nasional tergilas oleh kain-kain ‘impor’ yang menurut gw enggak juga lebih indah dari kain nasional kita?
















Perpaduan Motif parang truntum-kawung truntum parang















Beberapa Kain Warisan
Sejak itulah gw jadi mulai tertarik sama kain Nasional. Kain pertama yang menjadi koleksi gw adalah kain warisan dari mama dan Eyang.Di adat Lampung (secara bokap gw orang Lampung), tiap anak perempuan yang mo nikah akan ‘dibekali’ kain adati oleh keluarganya, nah…saat itu gw dapet ‘bekal’ berupa kain Tapis Lampung dan Songket Palembang warna Putih yang juga gw pakai saat ijab Kabul pernikahan gw.Trus dari eyang, gw dapet warisan kain batik motif truntum kuno, yang usianya udah tua banget, lebih tua dari Eyang sendiri katanya (eyang saat ini berusia 83 tahun).Sejak itu, gw jadi sering beli kain-kain daerah apalagi kalo harus berkunjung ke suatu daerah, kadang-kadang dalam benak gw ya nyari kain aja, gak kepikiran tuh oleh2 yang lain…Tori juga suka ngebawain kalo pas dia tugas didaerah, dan beberapa kerabat juga mulai tau kalo gw suka kain, mereka juga sering menghadiahkan gw kain.


















Sutra Makasar,colourfull dan cantik




















Awalnya gw hanya berkain jikalau ke pesta saja, karena dalam benak gw, kain ya hanya untuk ke even special seperti pesta, gak lebih! karena emang gak simple juga memakai kain untuk keseharian.Tapi pemikiran gw mulai berubah, ketika gw menemukan buku “Cara Memakai Kain” dari Art kea, disana diajarkan cara mengenakan kain yang mudah dan praktis, serta disebutkan juga bahwa kain nasional itu juga sangat menarik meski dipadankan dengan busana kerja, baik kemeja biasa maupun blazer.
Dengan berbekal sebuah buckle yang gw dapatkan dari Pekalongan, gw mulai coba-coba menggunakan kain untuk keseharian, untuk ke kantor maupun untuk memenuhi undangan gak penting seperti hang out ma teman-teman. Hasilnya?semua teman-teman merasa penampilan gw unik, ternyata kain itu catchy juga…

























Awalnya gw memburu kain-kain yang ringan dan melayang,apalagi rajanya kalo bukan variant-nya batik dan sutra Sulawesi?, secara kain semacam itu ringan dan gak berkesan berat dibadan sehingga lebih fleksibel dipakai ke acara casual or ngantor. Tapi belakangan gw juga mulai tertarik sama beragam tenun dan songket-songketan.
Pelan-pelan, gw mulai melirik tenun dan songket untuk dikoleksi, walo make-nya emang hanya untuk ke pesta aja, lain halnya dengan batik yang hampir bisa dipakai untuk suasana apa aja.Thats why koleksi batik dan kain berbahan sutra jauh lebih banyak daripada songket dan tenun.
Kalo kekantor kain dipadan sama apa?
Gw pribadi lebih seneng memadankannya dengan kemeja sepinggul dan kadang jas simple,lalu untuk padanan alas kakinya adalah pump shoes. Sementara untuk acara casual gw kerap memadankan kain dengan blose berbahan kaos atau rajutan yang bergaya lalu menambahkan aksesoris etnik dan tas etnik, sementara untuk alas kaki gw biasanya mengenakan sepatu sandal yang juga bergaya etnik.





Gw pribadi lebih suka mengenakan kain panjang tanpa harus dijahit. Untuk awalnya, gw emang gak cukup mahir mengenakan kain, tapi lama-lama jadi biasa juga. Oh iya, pakai batik selama ini selalu identik dengan wiron mewiron, gw kurang suka dengan wiron semacam itu, agak kaku kliatannya,dan kurang pas untuk dipakai keseharian.

Gw lebih suka mengenakan kain dengan melilit-lilitnya, biasanya dengan bantuan buckle, dan kain pun sudah cukup terkait kencang kok.

Dengan buckle kita bisa berkreasi lebih untuk menciptakan draperi pada kain maupun menciptakan lipatan yang natural dan indah. Selain itu, kain yang tidak dijahit akan terus abadi menjadi kain panjang, bisa terus kita pakai meski kondisi badan berubah, secara ya tubuh ibu-ibu kan fluktuatif, mudah melar maksudnye,hehehehehe…
Bahkan kemarin gw mulai mencoba mengenakan kain dengan cara membuat galembong (cara mengenakan kain khas orang Madura), nyaman dan keren loh! Untuk bikin kain menjadi galembong gak perlu dijait dan gak perlu buckle, cukup diikat-ikat aja, udah cukup kuat, dan trendy tentunya!Ada banyak cara kan untuk mengenakan kain?















Untuk kain bervolume dan blink blink semacam songket emang bener-bener hanya untuk acara khusus aja, but untuk berbagai batik dari seluruh propinsi yang emang berbahan lebih lemes bisa kita kenakan pada keseharian kan?Ngantor oke, hang out pun wokeh…
Nah kalo udah begitu,kenapa gak mulai sekarang kenapa kita mengenakan kain nasional untuk acara apa saja, toh kain nasional gak kalah cantik?

2 comments:

Lisa said...

duuuh kain2nya keren2 banget

Butik-Ceria said...

Saya rasa wanita berkain jg tampak lebih anggun dibanding bercelana jeans .. apalagi sering saya lihat wanita berpolo shirt ..

Tetep semangat ya mba ..

Best Regards

Inu Arya A
www.butik-ceria.com
Butik Sprei-Kaos-Handuk Online