Pages

Thursday, October 24, 2013

Make Your Husband Respect To You


Pesan orang tua : Make your husband respect to you, intinya peran perempuan harus seimbang dng laki2 di rmh tangga. Caranya gmn? Bantu dia melewati kesulitan hidup dengan berjuang bersama, bantu angkat bebannya dengan mendampingi dia, jadi teman diskusi yg baik dng menjadi sahabatnya, manjakan dirinya dng melayaninya sebaik mungkin, bantu ia menopang perekonomian keluarga dng kita turut menghasilkan, jadi mentornya disaat ia butuh masukan dan pendapat, dan jadilah orang yang membuatnya percaya bahwa segala apapun yg terjadi kita akan setia dan tetap menyemangatinya. Jangan sekali2 membiarkannya sendiri bergulat dng kesulitan hidup dan kita tidak ambil bagian sama sekali membantunya. Selamat Hari Kamis para Istri2 hebat!

Itu status facebook saya hari ini, kenapa saya menulis ini?
Awalnya emang terkenang aja sama ajaran orang tua tentang hal itu, terutama mama dan eyang saya yang rajin ngasih wejangan bagaimana jadi istri yang bener.Mindset ini saya lihat juga mulai bergeser di kehidupan sekarang, entah karena banyak orang memaknainya salah atau memang sudah begitu bedanya pola pikir orang sekarang.

Saya teringat pada seorang teman yang bisa menikmati hidup dengan berjauhan dengan suaminya, padahal suaminya kerja di kota yang sangat memungkinkan untuk membawa istrinya, alasan si istri tidak mau ikut adalah karena istrinya kesulitan karena tidak punya pembantu, jika ia dirumah orang tuanya ia merasa lebih nyaman karena ia bisa focus mengurus anaknya yang baru satu itu. Ada juga kisah teman yang memilih meningggalkan suaminya dan kembali ke rumah orang tua karena lebih nyaman di rumah orang tua yang masakannya lebih pas dilidah, dan ada yang menemani jika ia butuh teman. 
Ada juga banyak kejadian yang paling sering terjadi sekarang adalah maraknya para ibu rumah tangga yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk gaul diluar, dan pengurusan anak dan rumah  diserahkan ke PRT, alasannya sederhana aja, kita kan perempuan sudah kewajiban suami menafkahi kita.

Saya cuma agak kurang paham bagaimana ketika wanita- wanita itu minta pembenaran atas keputusannya itu kepada saya. Saya tidak diajarkan begitu dengan orang tua jadi enggak bisa bilang sepakat dengan langkah yang mereka ambil.
Saya teringat jaman orang tua saya dahulu, mama saya ikut pindah ke kota Lampung saat menikah, padahal mama hidup cukup nyaman di kota besar seperti Jakarta bersama eyang, mama papa saat itu pun judulnya nebeng di rumah nenek saya di Lampung. Sampai mama saya punya anak 4, belum pernah sekalipun mama saya meninggalkan papa saya sendiri melewati hidupnya. Susah senang mama saya jalani tanpa mengeluh. Saya pun melihat mama saya tetap bekerja mencari nafkah membantu papa, tapi mama enggak pernah ninggalin kewajiban masak dan ngebimbing anak2, mama saya taking care rumah tangganya dengan baik dari ada pembantu sampe enggak ada, mama saya tetap ibu yang baik dengan kemampuan financial yang independent.

Saya mentauladani itu, buat saya jika suami sibuk bekerja mencari nafkah, maka tugas kita adalah menjaga dan mengurus rumah tangganya dengan sebaik baiknya. Ini pola yang seimbang. Sangat tidak bertanggungjawab jika kita mengikat suami dlm sebuah ikatan pernikahan dan ia berkewajiaban menafkahi kita namun kita tak mau menjalani peran untuk mendampinginya. Kita para wanita bisa bilang bahwa lelaki itu tidak bertanggungjawab jika tidak menafkahi istri, lantas apa tudingan bagi istri yang tidak mau menjalani kewajibannya sebagai istri dan memilih kehidupan yang lebih nyaman daripada disamping suaminya? 

Intinya saya menulis ini saya ingin kembali mengingatkan bagi seluruh perempuan pembaca blog saya bahwa sebagai perempuan, kita harus kenal peran kita, jika kita kenal peran kita, bertanggungjawablah disana, jangan pernah merasa baik-baik saja dengan bersantai santai sementara suami kita berjuang keras menghidupi kita. 
Ini fair play sebenernya, karena setiap lelaki akan merasa tersanjung jika perempuannya ikut merasakan kesulitannya dengan ikut berjuang bersama. Lelaki akan jauh lebih respect pada istri2 yang semaksimal mungkin menjalani perannya (papun yang dipilih untuk jadi ibu rumah tangga ataupun ibu bekerja) seperti  mereka yang semaksimal mungkin menjalani perannya dengan baik seperti sebagai pencari nafkah.
Insyallah kalo niatnya mulia pasti Allah memudahkan.

3 comments:

Anonymous said...

Gimana ya kita tahu pria mana yang memang mau bertanggung jawab secara finansial, dan pria mana mau manfaatin kita karena kita financially independent?.

momLnB said...

Dear Persocon, gak ada yg tau niat orang, hati manusia siapa yang tau. Tapi sebagai orang yang independence memilih pasangan kita, kita dapt melakukan beberap aobservasi atas pasangan kita, menurut saya kamu dapat melihat tingkat kerja keras dan toughfull pria yang dekat dengna kamu. Jika ia cenderung bergantung org lain, menyalahkan orang lain, gengsi dan cepat menyerah, mungkin kamu harus berfikir ulang u percaya bahwa org ini siap u mandiri dan jangan2 kamu adlah andalan dia hidup di kemudian hari. Tapi saya selalu percaya bahwa wanita baik akan berjodoh dengan lelaki yg baik. Sukses ya :)

Mamiya said...

Bagaimana kalo kebalikan nya? suami saya bekerja di luar kota? saya ingin ikut mendampingin sementara suami menginginkan saya tetap di rumah bersama anak2 ?