Pages

Thursday, January 22, 2009

Diantara Karier Saya dan Tori..


Banyak orang bilang,”enak ya kalo suami istri satu jurusan”, jurusan yang dimaksud adalah background keilmuan. Saya setuju sama ungkapan itu,soalnya sedikit banyak kita bisa ‘nyambung’ saat membahas masalah karier,mengingat saya dan Tori sama-sama punya karier. Meskipun ya karier saya dan dia berbeda, saya lebih concern di dunai Human Resource sementara suami saya concern di dunia Praktisi Hukum. Gak jarang saya mengkonsultasikan permasalahan hukum perusahaan saya kepada beliau,lumayan lah itung-itung konsultasi gratis. Berbagai kenyamanan saya dapatkan dengan kesamaan bidang keilmuan ini,sulit saya jabarkan rasanya ketika saya punya problem dan secara professional dia ikut memberi solusi. Tapi emang dasar suami saya orangnya ceplok batok kalo bicara,makanya dia cenderung mudah mengkritik saya dan kebijakan yang saya create di kantor,ini salah satunya sisi gak enaknya dengan memiliki pasangan yang mengerti seluk beluk karier kita,dengan entengnya dia akan mengkritik.Saya jadi selalu tertantang untuk perform dan perfect sama hasil kerja saya,alasannya agar si Mister ini gak mengkritik saya terlalu pedas,ahahhahaa…Ternyata hal sama pun dia rasakan,saya cenderung bersikap kritis terhadap beberapa kasus hukum yang dia tangani,kadang dari itu semua kami jadi saling adu argument. Walo akhirnya sih damai-damai aja,tapi watak kami sesama sarjana hukum itu gak mudah membuat kami mundur dari pendapat kami masing-masing,kami adu teori-teori hukum dan argument common sense lainnya. Duh,mungkin supir saya pusing kali ya mendengar kami sering berdebat di mobil.Adik saya pun kerap tutup kuping kalo saya dan Tori udah saling ‘beradu’ argument seperti itu. Dan memang kebanyakan kalo kasusnya mengenai perburuhan dan keperdataan saya lebih cepat memenangkan perdebatan,tapi kalo soal Tata Negara dan politik,saya mudah ciut dan nyerah, dan Tori adalah juaranya…
Tapi itulah seninya kami bersama,saling mengisi,saling mengkoreksi dan saling mengasah kemampuan mempertahankan opini.Dia terasa sempurna bagi saya,terasa seperti sparing partner yang hebat dan mentor yang bijaksana,walo kadang nyebelin karena dia kalo ngomong gak pake tedeng aling-aling,karakter pengacara mungkin ngotot kaya gitu semua kali yaaaa…
Mungkin untuk satu hal inilah saya bisa berkomentar bahwa karier kadang bukan penghalang bagi pasangan suami dan istri untuk makin memper-erat hubungan.
Setidaknya diantara kami, karier ternyata tidak menganggu sama sekali,saya merasa tambah ‘cerdas’ dengan menjadikannya ‘partner’ saya. Saya bisa maklum dengan ritme hidup dia yang jadi begitu cepat dan padat disaat sedang tersita menangani kasus, dan dia pun kerap meluangkan waktu untuk banyak mendampingi saya saat saya stress dengan permasalahan kantor dan dateline kerja.Diskusi bersama adalah pengantar tidur yang sempurna disaat-saat genting bagi pekerjaan kami. Kami berusaha untuk memberi advice terbaik bagi masing-masing masalah,ini jauh dari kesan sweet dan romantic,but inilah given dari Allah yang membuat kami enjoy menjalani rumah tangga ini…

2 comments:

mommy adit said...

Kalo nita ma suami mah jauuh... dia design, nita sekretaris. Tapi walau begitu, masih banyak kok hal2 yg bisa didiskusikan hehe..

primaningrum said...

hahahahaha.... jadi inget ma sepupuku yang suami istri dokter,... supirnya mpe membudegkan diri kalo mereka sedang berargumen!!!