Pages

Tuesday, June 7, 2011

7 tahun

Saya menulis ini disaat saya sedang merayakan 7th anniversary pernikahan saya dengan suami saya, Tori. Betul sekali, pernikahan kami masih seumur jagung, gak ada apa-apanya dengan orang-orang yang mungkin sudah puluhan tahun dan sukses pula menjalani biduk rumah tangganya. Tapi di tulisan ini, saya bukan bermaksud menggurui karena saya belum terbukti berhasil,saya pun bukan bermaksud untuk memberi tips- tips karena saya juga bukan seorang counselor pernikahan. Saya hanya sekedar seorang yang sedang mengalami proses panjang dalam rangka mewujudkan mimpi membangun rumah tangga yang sukses.

Rumah tangga sukses gak memiliki panduan baku, semua seolah di customize masing- masing dengan kebutuhan tiap keluarga. Karena tiap keluarga mengalami badainya masing- masing. Dan mustahil ada keluarga yang tidak pernah diterpa badai kehidupan/ badai rumah tangga. Bentuk badai rumah tangga ini tentu berbeda- beda, ada yang berupa kesulitan financial, keharmonisan, krisis kesetiaan, krisis perkembangan anak, kesehatan, dan segala bentuk lainnya yang sungguh unpredictable.

Kita selaku pelaku rumah tangga dituntut untuk tangguh bertahan menghadapi badai- demi badai yang menghampiri. Untuk itu kita dituntut untuk siap, bijaksana dan tangguh. Kesiapan semacam apa yang diperlukan?menurut saya sih mental yang kuat dan tawakal. Yakin Allah akan mengulurkan tangannya bagi kita yang beritikad baik untuk menghadapi badai.
Maka sebelum badai datang, kita harus trust dulu sama Allah, bahwa Ia akan membantu kita. Tentu hanya pasrah pun tidak tepat, kita manusia harus berupaya, disini letak sulitnya. Gak banyak orang kuat dan kekeuh untuk berusaha menyelesaikan masalahnya.


Bahkan kebanyakan orang merasa sudah berserah diri lantas merasa sudah cukup berikhtiar. Saya percaya bahwa harus ada balancing antara berusaha dan berpasrah diri pada Penguasa Semesta. Berusaha adalah bagian dari implementasi dari rasa syukur karena kita adalah mahluk mulia yang berakal yang tentunya ditakdirkan untuk bisa berfikir dan menelurkan ide- ide dan gagasan- gagasan untuk kebaikan, lantas rasa pasrah pada Tuhan adalah sebuah rem pada diri kita,bahwa sehebat apapun strategi yang kita rancang kita tetap manusia, apalah arti kita dibanding Allah.
Dengan bermodalkan keyakinan perlu adanya balancing kedua hal ini, saya belajar banyak hal, terutama dalam menghadapi badai yang menghampiri rumah tangga saya. Dulu saya selalu berfikir untuk memastikan rumah tangga saya tidak terkena badai, saya sibuk mencari strategi ini dan itu, lama- lama hidup tidak relax. Hidup dipenuhi rasa ketakutan. Belakangan saya mencoba untuk mengurai masalah yang ada di rumah tangga, saya menyusun kembali apa- apa yang selama ini jadi masalah, apa-apa yang berpotensi jadi masalah, apa-apa yang menjadi titik lemah saya dan harus saya perbaiki dan segala macam koreksi diri. Intinya saya mencoba mengenali kelemahan dan kelebihan kami (saya dan tori). Lalu lambat laun, seiring berjalannya waktu kami terus memperbaiki diri dan menyusun prioritas hidup, kami berharap kami dapat kuat menghadapi badai, bukan mati- matian menghindari badai. Semua proses ini dilalui selain dengan kesadaran penuh dari kedua belah pihak, tentu harus disertai pola komunikasi yang lancar dan dua arah. Kadang pola komunikasi kami sering terkendala sehingga harus ada adegan bertengkar dan bersilang pendapat dengan cukup sengit, tapi itu semua jangan membuat kita kapok membangun pola komunikasi,karena komunikasi adl jembatan yang mengantarkan kita pada pencapaian misi hidup kita.

Dan alhamdulilah, sampailah kami di titik ini, masih bergenggaman tangan dan meyakinkan diri bahwa kami saling mencintai dan bersyukur pada Allah karena telah menakdirkan kami bersama. Bersamanya saya belajar banyak dan bersama saya dia pun demikian. Gak semua orang tau apa- apa yang telah saya dan Tori hadapi, kami pun kadang surprise dan suka gak habis pikir bagaimana bisa kami melalui masa- masa sulit itu?

Intinya,apa yg dapat saya bagi disini adalah, badai harus dihadapi bukan dihindari,karena yakinlah badai pasti berlalu dng sukses jika kita gak gentar menghadapinya....


No comments: