Mungkin ada dari pembaca blog sama merasakan hal yang sama
dengan saya, muak dengan PILPRES!
Ini yang saya rasakan, awalnya saya semangat menyonsong
PILPRES, saya pun sibuk mencari bahan untuk membuka cakrawala pemikiran saya,
karena PILPRES kali ini terasa begitu ketat, sungguh dari hati yang paling
dalam saya sulit memilih, bukan saja karena dua-duanya bagus,tapi dua- duanya
punya ‘catatan’ bagi saya.
Saya diawal merasa pantas jika disebut swing voters, karena
benar2 gamang mau milih Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK. Saya benar2 cukup
mengandalkan riset pribadi dan mengamati Debat Capres. Pada debat Capres
kedua,saya akhirnya bulat membuat keputusan, saya punya kepastian mau milih
siapa di PILPRES ini. Saya enggak perlu sebut pilihan saya di sini ya, karena
cukuplah FB, PATH, Twitter sekitar saya saling serang gara- gara beda pilihan
ini.
Saya nulis ini karena saya sungguh muak, muak semuak muaknya
dengan para pendukung Capres yang seperti orang gila membabi buta.
Satu sisi saya senang melihat orang- orang sekarang punya
concern dalam memilih presidennya, mau punya peduli pada politik negaranya.
Tapi ternyata masih juga ada yang tidak siap dalam mengemban demokrasi. Orang2
awam yang dadakan paham politik ini tau- tau mulai aktif dan massif. Mereka
dengan pengetahuan yang mungkin baru segitu tidak diimbangi kebesaran jiwa dan
memaknai demokrasi dengan benar.
Sehingga dengan info sedikit yang juga belum tentu benar,
akhirnya siap menyerang siapa saja yang berbeda dengannya. Dan enggak pandang
bulu, mau saudara kandung, mau orang tua, mau sahabat, mau kenal mau enggak,
pokoknya kalo beda ya wajib serang.
Apa sebutan yang pantas disematkan dengan prilaku seperti
ini? Egois?? Mungkin, saya enggak tau yang pasti saya lelah dan muak liat
sikap2 itu.
Saya menyimpan rapat pilihan saya di dalam hati, mungkin
suami saya tau siapa pilihan saya, tapi kami pun enggak banyak membahasnya. Saya sering lihat
orang2 di lingkaran pergaulan media social saya sering menyanjung Capres Pilihannya
yang sering juga beda dengan pilihan saya, tapi saya enggak pernah mau nyerang.
Saya berfikir, ini demokrasi, silahkan pilih yang anda suka karena saya
menghormati anda, dan saya ingin anda melakukan hal yang sama terhadap saya.
Tapi lain kenyataannya dengan beberapa orang di lingkaran
media social saya, yang kadang melihat orang lain yang menyanjung capres
pilihannya lantas ‘diserbu’, disudutkan, diolok bahkan berujung pada adu argument.
Suami saya yang dikenal cukup vocal pernah ikut menyuarakan
isi kepalanya, ia menulis sesuatu di laman FB nya tentang pilihannya, saya pikir
itu gak salah. Toh selama ini teman2 di FB saya banyak yang begitu, dan saya pikir
itu hak azasi dia, kalo saya enggak sepakat ya saya gak usah capek2 mikirin
apalagi ngabisin waktu mendebat. Karena media social bukan tempat paling fair
untuk berdebat.
Lagi pula apa sih yang perlu diperdebatkan, toh salah satu Capres
akan jadi presiden kita. Apakah kalau presiden pilihan kita kalah kita akan
diusir dari Negara ini?
Apakah pula kalau presiden pilihan kita terpilih kita pun
tiba2 jadi kaya mendadak atau dikasih jabatan mentri? Enggak kan? Kita akan
menjalani hidup kayak biasanya kan apapun itu?
Jadi kenapa kalau hidup akan berjalan seperti biasa siapapun
yang terpilih, kenapa kita harus kehilangan sahabat, saudara, kerabat maupun
kenalan hanya karena ini?
Saya merasa hubungan silaturahim dengan semua orang adalah
hal penting, saya enggak mau menjadi orang yang gegabah dalam menentukan sikap.
Yang saya pahami, hidup saat ini tidak bisa dipandang hitam atau putih, tapi
ada abu- abu yang kita mungkin gak mampu menterjemahkannya.
Didalam ketidakpastian itu, kita akan tetap hidup dalam
masyarakat, kita tetap hidup bersama di Negara ini, sebuah perpecahan gak
berguna apa2 untuk kita, gak akan membangun apa2 buat Negara kita.
Maka dalam tulisan ini, saya mau bilang pada semua orang,
jangan menjadi pemicu masalah dengan terus menerus terpancing emosi dan
memancing emosi orang lain dalam urusan Pilpres, apapun hasilnya, Negara kita
harus tetap dipimpin seorang Presiden dan Negara kita harus maju. Gak akan ada
kemajuan sebuah bangsa yang dng adanya perpecahan apalagi sebuah kerusuhan.
Mari dukung
kedamaian untuk Indonesia.